Layanan Loker Pintar PopBox dan Peluang di Sektor Logistik E-Commerce
Sebagai open platform, PopBox ingin jadi solusi alternatif dalam pemecahan tantangan logistik e-commerce di Indonesia
Inovasi dengan campur tangan teknologi dewasa ini terbukti dapat menghadirkan solusi lebih baik bagi masyarakat. Lihat saja bagaiamana GoJek kini menjadi tren dan bagaimana e-commerce mengubah gaya hidup berbelanja konvesional masyarakat Indonesia dewasa ini. Tapi, tantangan juga tak pernah absen. Di sisi e-commerce, Indonesia masih mencari solusi terbaik untuk logistik dan startup PopBox hadir untuk coba memberi solusi alternatif, sekaligus coba mencicipi kue dari peluang yang masih belum digarap maksimal.
PopBox adalah startup yang didirikan oleh Adrian Lim dan Greta Bunawan yang menawarkan solusi teknologi platform loker otomatis untuk e-commerce. PopBox bisa dikatakan sebagai salah satu pioner di Indonesia yang menghadirkan layanan loker untuk e-commerce selain NEX-KITA yang merupakan hasil kerja sama antara Blibli dan NEX. Di ranah global, layanan serupa juga sudah ada, yakni Amazon Locker.
Pada dasarnya, PopBox adalah loker fisik yang dapat menjadi tempat akhir pengiriman paket dari layanan e-commerce. Lokasi di mana loker PopBox berada, dapat menjadi lokasi pengambilan, pengiriman, maupun pengembalian barang yang dilakukan sendiri.
Kisah di balik hadirnya layanan PopBox di Indonesia
Sedikit banyak, pengalaman Adrian yang tinggal di Tiongkok selama beberapa tahun telah menginspirasi kehadiran PopBox di Indonesia. Ketika di Tiongkok, Adrian melihat bagaimana e-commerce di sana tumbuh di masa-masa awalnya, bagaimana e-commerce menciptakan hambatannya sendiri di bidang logistik, dan bagaimana itu semua telah merubah gaya hidup masyarakatnya. Adrian melihat hal yang tak jauh berbeda juga ditunjukkan di Indonesia.
Adrian mengatakan, "Kita tinggal di Jakarta dan harus percaya bahwa e-commerce sedang tumbuh di Jakarta [layaknya di China]. Saya pernah tinggal di China dan melihat bagaimana e-commerce menciptakan masalah logistik. [...] E-Commerce berkaitan erat dengan pengiriman paket. Jadi bila tidak percaya dengan logistik sama saja tidak percaya dengan [layanan] e-commerce."
Segmen e-commerce di Indonesia saat ini memang masih hijau, tetapi tengah bergairah dan diprediksi pada tahun 2016 nilainya bisa mencapai $25 miliar. Dijelaskan Adrian bahwa seiring bertumbuhnya market, maka orang-orang akan butuh lebih banyak pilihan untuk mengambil, mengatur, ataupun mendapatkan paket ke tangan mereka.
"Dari sana [melihat pertumbuhan e-commerce di Indonesia] kami berpikir mengapa tidak mencoba menghadirkan solusi layanan titik akhir pengiriman paket. Di mana kami manifestikan dalam bentuk layanan loker pintar, sebuah layanan yang kami pahami bagaimana itu bekerja dan disesuaikan untuk pasar dan kebiasaan orang Indonesia," ujarnya.
Cara PopBox bekerja dan mengelola bisnisnya di Indonesia
Pada dasarnya, ide dari layanan PopBox bukan hal yang baru, baik itu secara lokal maupun di internasional. Tapi, Adrian optimis layanannya tetap dapat tumbuh di Indonesia. Salah satu alasannya adalah bagaimana PopBox memposisikan dirinya sebagai layanan yang terbuka dan siapa saja, baik itu pemain e-commerce, jasa pengiriman, maupun perorangan, dapat menggunakan PopBox.
"Ini yang membuat kami berbeda. Kami open platform, siapa saja bisa menggunakan layanan kami, baik itu pemain e-commerce, jasa pengiriman, maupun perorangan [...] kami rasa model kami akan mendorong penggunaan layanan lebih baik lagi. Akan ada lebih banyak orang menggunakan jasa kami, karena layanan kami terbuka.[...] Kami berada di posisi yang netral." ujar Adrian.
Di masa awal kehadirannya ini, fokus pasar PopBox lebih pada model B2B di mana, menurut Adrian dan Greta, sejumlah toko online telah bekerja sama, Bilna adalah salah satu di antaranya. Selain itu PopBox juga telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan jasa pengiriman.
Untuk monetisasinya sendiri, PopBox mengadopsi sistem berlangganan, di mana ada sejumlah biaya yang harus dibayarkan setiap menggunanakan layanan PopBox. Namun, Adrian menekankan bahwa hal tersebut bukan prioritas utama mereka saat ini, meski diakui uang itu juga penting. Adrian mengatakan:
"Money is important. Tapi, itu bukan prioritas utama kami saat ini. Kami ingin memastikan dahulu para pemain e-commerce dapat menggunakan jasa kami dengan baik. Kami hadir di sini untuk tumbuh, membangun infrastruktur, dan membentuk ekosistem [e-commerce] bersama."
Layanan loker PopBox sendiri dijanjikan untuk selalu online dalam 24 jam. Cara kerjanya pun sangat sederhana, yakni ketika transaksi antara konsumen dan merchant telah terjadi, merchant akan memproses barang untuk diletakan dalam loker terdekat konsumen. Setelahnya konsumen akan menerima kode rahasia, saat ini melalui sms atau email, yang digunakan untuk mengambil barang di loker. Demi menjamin keamanan, selain melalui kode rahasia, terdapat juga CCTV di loker PopBox untuk mengawasi aktivitas mencurigakan.
Fokus dan rencana PopBox di sisa tahun 2015
Sebagai layanan dengan konsep yang terbilang baru di Indonesia, salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana membuat layanan tersebut diterima oleh masyarat. Menanggapi hal tersebut, Adrian menjelaskan bahwa ada dua hal yang menjadi faktor kunci agar PopBox dapat diterima oleh masyarakat, yaitu kemudahan layanan dan cakupan area layanan. Oleh sebab itu fokus area PopBox saat ini adalah lokasi yang sering di lewati sehari hari, seperti area perbelanjaan, perkantoran, apartemen, ataupun universitas.
Greta menjelaskan, "Ide dasarnya adalah suatu area yang sering dilewati setiap hari, sadar atau tidak, bukan area yang kita harus ke sana dulu ketika ada perlu. Di fase berikutnya, baru kita pertimbangkan tempat-tempat seperti itu, misalnya seperti toko-toko retail."
Saat ini, loker otomatis PopBox sendiri telah tersedia di beberapa lokasi di Jakarta seperti Baywalk Mall, Grand Slipi Tower, Kalibata City Square, dan EV Hive. Dengan pendanaan awal dari East Ventures, salah satu rencana PopBox adalah dapat hadir di seluruh Jabodetabek di akhir tahun ini. Selain itu Adrian juga mengungkapkan bahwa ada rencana untuk meluncurkan mobile apps juga di akhir tahun nanti dan ke depannya model C2C juga akan diadopsi oleh PopBox.
Adrian mengungkapkan bahwa meski pasar e-commerce di Indonesia masih berkembang dan ada banyak peluang untuk tumbuh, termasuk dalam jasa logistik, namun pasarnya sendiri sudah cukup besar bagi sebagain orang untuk berpatisipasi. Kehadiran PopBox pun diposisiskan sebagai solusi alternatif untuk tantangan logistik, yang menurut Adrian merupakan salah satu tantangan utama e-commerce di Indonesia selain payment. Adrian mengatakan:
"Kami tahu apa yang kami lakukan [dengan baik]. Kami akan fokus dengan itu, sehingga kami dapat memberikan yang terbaik dari apa yang sedang kami lakukan. Bagi saya itu adalah hal terpenting."
Logika layanan PopBox terdengar masuk akal bila diadopsi di kota besar, di mana masyarakatnya hidup sangat dinamis. Sebagai bentuk implementasi konsep O2O, di atas kertas masa depan PopBox pun terlihat cerah. Jika PopBox mampu membuktikan dirinya, bukan tidak mungkin layanan loker pintar dapat menjadi gaya hidup baru di masyarakat perkotaan.