Memahami Peluang Bisnis Korporasi Melalui E-Procurement
Belajar dari Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan di sesi #SelasaStartup
Meskipun jumlahnya masih belum terlalu besar dibandingkan negara mature seperti Tiongkok atau Korea Selatan, ketika dibandingkan dengan bisnis ritel (B2C), namun kenaikan jumlah kebutuhan e-procurement antar bisnis (B2B) di Indonesia mulai menunjukkan jumlah yang signifikan. Salah satu alasan mengapa e-procurement semakin popular di kalangan bisnis adalah keinginan perusahaan untuk mengadopsi teknologi dalam merapihkan sistem procurement mereka.
Startup B2B e-commerce milik Lippo Group, Mbiz, menegaskan posisinya tak sekadar layanan e-procurement biasa. Mereka juga memberikan layanan jasa terpadu yang bisa dimanfaatkan korporasi.
“Berdasarkan survei yang kami lakukan, bisnis B2B di Tiongkok jumlahnya mencapai 37 kali lipat dibandingkan dengan B2C. Sementara di Korea Selatan mencapai 52 kali lipat. Meskipun di Indonesia tercatat baru sekitar dua kali lipat namun saya melihat ke depannya lebih banyak lagi jumlah tersebut mengalami peningkatan,” kata Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan saat sesi #SelasaStartup.
Alasan lain mengapa e-procurement saat ini makin familiar adalah prosesnya diklaim bisa memangkas waktu pemesanan dan budget demi memenuhi kebutuhan perusahaan. Ryn menegaskan, kebutuhan procurement perusahaan tidak lagi terbatas hanya kebutuhan alat kantor, namun juga termasuk keperluan pengadaan kendaraan.
“Mbiz sendiri pernah menyediakan kebutuhan mobil Mercedes untuk kebutuhan perusahaan. Artinya kebutuhan procurement saat ini makin beragam,” kata Ryn.
Ekosistem e-procurement terpadu
Kehadiran platform seperti Mbiz diklaim tidak hanya memudahkan bisnis memenuhi kebutuhan, tetapi juga sudah menciptakan proses transparansi. Proses teratur dan tertata menjadikan procurement bersifat pasti dan jelas, mulai dari awal hingga akhir. Untuk itu dibutuhkan ekosistem yang lengkap dan saling mendukung demi kelancaran proses tersebut.
Ryn mengatakan, “Karena sifatnya masih harus didukung secara manual, teknologi yang dihadirkan oleh e-procurement tetap harus dilampiri dengan materai hingga kontrak yang masih banyak diminta oleh bisnis. Artinya proses tersebut masih sarat dengan penggabungan online dan offline."
“Bukan hanya men-disrupt, e-procurement juga memungkinkan bisnis untuk memproses sistem secara otomatis didukung dengan teknologi sesuai dengan kebutuhan bisnis,” tutupnya.