Chief Logistics Officer aCommerce Mitch Bittermann Bicara tentang Industri E-Commerce di Indonesia
"Tidak ada layanan pengiriman yang dapat benar-benar menjangkau seluruh Indonesia"
Meskipun menyimpan potensi yang luar biasa, pasar e-commerce di Indonesia memiliki beberapa tantangan. Sementara pertumbuhan konsumen terus berada pada angka yang positif, tingginya tingkat pertambahan konsumen Indonesia yang mencapai lima juta orang per tahun, nyaris menyamai jumlah penduduk negara Singapura, ternyata berdampak pada timbulnya beberapa tantangan bagi bisnis yang ingin melakukan transaksi lintas batas, seperti masalah geografis dan infrastruktur.
Selain itu, transaksi lintas batas di Indonesia memang memerlukan biaya yang besar karena berbagai hal, seperti pajak yang tinggi serta peraturan perizinan yang rumit. Sebagai contoh, pengiriman sebuah gaun seharga US$ 100 ke Indonesia akan dikenai pajak sebesar 36 persen dari nilai gaun tersebut, hal ini membuat banyak UKM menjadi ragu-ragu untuk mengimpor barang dari luar negeri.
“Dalam situasi yang ideal, Anda dapat mengirimkan apapun kemanapun dari Indonesia,” kata Chief Logistics Officer (CLO) aCommerce yang baru, Mitch Bittermann.
Ia menjelaskan bahwa partner ekspor terbesar Indonesia adalah negara-negara Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, India, dan behkan Amerika Serikat.
“Namun pada tahapan ini saya masih merasa bahwa hal tersebut rumit, karena masih ada peraturan pemerintah yang sulit untuk diatasi,” tambah Mitch, seraya mengakui bahwa Indonesia merupakan tempat tersulit untuk melakukan pengiriman.
Dengan 10 tahun pengalamannya di bidang logistik dan transaksi lintas batas di Asia, Mitch berbagi beberapa tips mengenai cara membuat bisnis e-commerce di Indonesia dapat melakukan transaksi lintas batas dengan jauh lebih baik.
Pahami peraturan dasar
Hal yang harus dipahami pertama kali oleh para pengusaha adalah bagaimana proses perpajakan berjalan di Indonesia. Para pendiri startup sebaiknya mengetahui kategori mana yang menaungi produknya, serta peraturan mana yang dikenakan terhadap mereka. Memahami peraturan dapat membantu perusahaan memotong biaya pengurusan pajak serta mempercepat proses pendistribusian.
Setiap layanan pengiriman memiliki keunikan masing-masing
Meskipun Mitch mengatakan bahwa 74 persen dari PDB Indonesia dihasilkan di kota-kota tingkat pertama dan kedua seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung. Startup harus lebih hati-hati ketika melakukan distribusi ke kota-kota yang lebih kecil, karena peraturan disana bisa menjadi sangat rumit.
“Berdasarkan pengalaman saya, kami tidak selalu menemukan jasa pengiriman yang dapat menjangkau seluruh bagian di Indonesia sama baiknya. Terkadang, ia hanya menguasai pulau Jawa, bahkan kadang hanya menguasai Jakarta. Tidak ada yang dapat benar-benar menjangkau seluruh Indonesia,” ujarnya.
“Saya sangat merekomendasikan untuk mempelajari kekuatan setiap mitra serta jenis layanan yang mereka tawarkan,” ia menambahkan.
Konsolidasi pengiriman dapat menjadi alternatif hebat lainnya untuk dapat mencapai target ekonomi dan mengurangi biaya pengiriman. Mitch mencontohkan layanan Cash on Delivery (COD), yang hanya digunakan dalam kurang dari 50 persen transaksi online di pasar Indonesia. Alasannya simpel, karena tidak semua penyedia layanan mendukung metode pembayaran COD.
Inilah alasan mengapa aCommerce perlu untuk bekerjasama dengan lebih dari satu jasa pengiriman seperti JNE, First Logistics, Atri Express, Pandu Logistics, RPX, dan bahkan layanan nasional Pos Indonesia, karena masing-masing dari mereka memiliki nilai berbeda untuk ditawarkan.
Kembali ke Internet
Terakhir, Internet memainkan peranan penting dalam mempermudah para pengusaha untuk memilih layanan mana yang mereka butuhkan. Mitch menjelaskan bahwa aCommerce saat ini tengah menyelesaikan proyek perangkat lunak manajemen pengiriman yang dinamakan ShipHawk, yang memungkinkan perusahaan untuk mebandingkan berbagai layanan pengiriman.
“Sistem tersebut menyediakan keuntungan besar bagi startup yang lebih kecil karena ia membantu mereka membuat keputusan – apakah lebih masuk akal untuk mengirimkan barang sekaligus dalam jumlah banyak atau satu per satu ke Bali,” Mitch menyimpulkan.
- Tulisan ini ditulis oleh Anisa Menur dan diterbitkan pertama kali di e27.
Terjemahan oleh Rifki Aria Nugraha