Path Track, Jalan Monetisasi Baru Media Sosial Path
Baru meluncur 20 Oktober 2016 silam, masih belum terlihat taringnya
Seminggu yang lalu, 20 Oktober 2016, Path meluncurkan advertising platform bernama Track yang memungkinkan brand untuk memasang iklan dan tampil di timeline pengguna Path. Meski meluncur dalam senyap dan bisa dikatakan terlambat, namun Path optimis Track bisa diterima di tengah masyarakat, terutama di Indonesia yang menjadi pasar paling penting bagi Path.
Path lahir dari tangan Shawn Fanning dan Dave Morin pada 2010 dan sempat menjadi hype di Sillicon Valley karena mengedepankan nilai-nilai “simplicity, quality, dan privacy”. Seiring berjalannya waktu, Path ternyata tak begitu diterima di rumahnya sendiri dan sambutan hangat justru datang dari negeri yang jauh dari rumah, yaitu Indonesia. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan Path menerima pinangan Daum Kakao pada tahun lalu dan Dave pun mulai fokus dengan lembaran barunya.
[Baca juga: Apa Itu Path, Sejarah dan Fitur-fitur Utamanya?]
Pun begitu, tidak ada banyak perubahan yang berarti setelah hampir satu tahun Path menerima pinangan Daum. Memang ada beberapa pembaruan dari sisi tampilan dan fitur, tapi di luar Path Premium dan berjualan item virtual secara eceran, praktis belum ada inovasi monetisasi yang baru. Akhirnya pertengahan Oktober kemarin Path memutuskan untuk meluncurkan secara resmi ads platform mereka yang bernama Track.
Perkara memonetisasi layanan Path melalui iklan sebenarnya bukan barang baru. Ketika Dave masih menakhodai Path, dia menyatakan kemungkinan untuk mendapat revenue dari iklan memang ada. Meskipun demikian, Dave menegaskan bahwa iklan tersebut harus dapat terpasang dengan pas dalam etos jaringan pengguna yang berarti konten iklan harus berkaitan dengan konten pengguna atau menggunakan model opt-in.
[Baca juga: Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Pengakuisisian Path]
Dalam keterangan yang kami terima, pihak Path sendiri mengakui bahwa ada banyak orang yang concern terhadap iklan yang akan tampil. Namun, mereka berjanji untuk tetap memberikan pengalaman terbaik dalam penggunaan Path dengan menampilkan iklan layaknya posting-an teman dalam jaringan.
Pada kenyataannya, sejauh ini memang seperti itu. Iklan yang tampil dalam Path termasuk dalam model native ads – tampil tersamar layaknya konten umum. Dari sisi UI/UX tidak jauh berbeda dengan Instagram Ads, Twitter Ads, atau Facebook Ads. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah konsep iklan Path ini akan bekerja dengan baik memberikan pendapatan signifikan bagi perusahaan?
Saya memang tidak bisa memberikan jawaban pasti, seperti “ya” atau “tidak, karena masa depan itu dinamis dan selalu berubah. Namun jika dilihat dari sisi potensi, kemungkinan itu ada – terutama untuk pasar Indonesia.
Dalam survei terbaru yang diterbitkan JakPat tentang tren media sosial di Indonesia, Path mampu keluar sebagai salah satu media sosial populer di tanah air. Ia menempati posisi empat dengan persentase 26 persen, tidak terpaut jauh dari Twitter yang ada di posisi tiga dengan persentase 28 persen.
Di sisi lain, Path sendiri mengklaim saat ini pihaknya memiliki 10 juta pengguna aktif di Indonesia yang terdiri dari profesional muda perkotaan dengan kecenderungan konsumsi yang tinggi. Sebagian besar penggunanya pun (59%) berada di usia 20-an.
Jangkauan segmen konsumen yang luas dan memiliki kemampuan untuk menjadi platform rekomendasi yang kuat bagi jaringan pertemanan untuk berbagi selera yang asli inilah yang menjadi salah satu alasan Path untuk meluncurkan Track.
Sejauh ini, yang saya rasakan Path adalah platform media sosial yang sangat tertutup dan terbatas untuk kenalan dekat saja. Alasanya sederhana, bila di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter pengguna bisa mengikuti akun official suatu brand dan bisa menjadi referensi mesin untuk menampilkan iklan, di Path ceritanya akan lain.
Tidak ada akun official dari suatu brand yang dapat diikuti pengguna di Path. Jadi, pertanyaan mengenai bagaimana iklan akan tepat sasaran pun masih menggantung di kepala.
Terlepas dari keraguan yang ada, potensi ads platform dalam media sosial memang menggiurkan. Dalam survei beberapa waktu lalu, terbukti iklan Facebook dan Instagram mampu memberikan dampak yang signifikan mendorong keputusan penggunanya untuk berbelanja online.
Path sendiri menggantungkan harapannya ke Track sebagai jalan baru dalam memonetisasi layanan agar bisa financially-sustainable di masa depan. Pun demikian, pelaksanaannya tetap menjaga nilai-nilai inti Path agar bisa terus tumbuh beriringan bersama pengguna dan rekan bisnisnya.