Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kasus Pengurangan Karyawan di Berrybenka dan Sale Stock Indonesia
Ada modal yang harus diirit, ada "burn rate" yang harus dikurangi, dan ada sumber daya tertentu yang diprioritaskan
Menjalankan sebuah bisnis tentu banyak tantangan dan hambatan. Salah satu syarat sebuah bisnis bisa tetap bertahan, berjalan, dan menghasilkan keuntungan adalah mampu menghadapi tantangan dan juga hambatan. Tidak mudah memang, perlu sebuah keputusan yang benar dan ditimbang secara matang, juga sedikit keberuntungan. Demikian juga di dalam sebuah startup. Selalu banyak tantangan dan hambatan yang dilalui. Seperti kabar terbaru dari Sale Stock Indonesia dan Berrybenka yang terpaksa merumahkan beberapa karyawannya. Alasannya jelas. Ada hal yang lebih prioritas dan urgent bagi bisnis yang memaksa terjadinya pengurangan karyawan.
Sebenarnya, dalam operasonal bisnis, pengurangan karyawan bukan hal yang aneh. Terlebih bagi startup yang notabene merupakan bisnis rintisan. Namun keputusan pengurangan karyawan dengan jumlah yang lumayan banyak (40 orang untuk Berrybenka dan 200-an untuk Sale Stock) meninggalkan sebuah pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada kedua bisnis startup tersebut?
Dapat disimpulkan bahwa keadaan kedua bisnis ini sebenarnya baik-baik saja, belum sampai taraf menuju kebangkrutan. Hanya saja ada prioritas yang sedang mereka kejar. Sale Stock, meski merumahkan ratusan karyawan, masih tetap melakukanhiring untuk posisi developer.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa disimpulkan. Pertama mereka belum berhasil mendapatkan pendanaan lanjutan sehingga harus menentukan prioritas sumberdaya yang dibutuhkan dan mengurangi burn rate. Kedua, investor mungkin sudah mulai mendorong mereka untuk menuju bisnis yang menghasilkan profit, misalnya dengan penggunaan layanan pelanggan in-house atau lebih banyak mengembangkan private label yang bisa mengoptimalkan margin. Dengan budget operasional yang sudah di-set di awal, mau tidak mau ada hal (sejumlah pegawai dengan skill set tertentu) yang terpaksa "dikorbankan".
Berrybenka memang belum banyak membuka lowongan pekerjaan baru. Hanya beberapa untuk posisi internship marketing dan leader quality control, tapi apa yang dilakukan Sale Stock dengan membuka lowongan pekerjaan untuk developer menunjukkan fokus inovasinya.
Apa yang terjadi di kedua startup ini menjadi semacam pengingat bagi startup lainnya. Harus ada alokasi yang diperhitungkan dengan matang mengingat startup yang masih berkembang membutuhkan alokasi dana yang benar-benar pas untuk menghindari hal mubazir. Sebagai startup berbasis teknologi, bisa dibilang satu-satunya posisi yang relatif aman adalah para engineer.
Jika sebuah startup mulai merumahkan engineer-nya, itu berarti antara mereka sudah berhenti berinovasi atau sudah di ambang kematian.
- Amir Karimuddin berkontribusi dalam pembuatan artikel ini