Postpassion: Ketika Passion Hadir Sebagai Media Sosial
Passion bisa diartikan gairah, antusiasme, hasrat, hobi, gairah hidup, minat, ketertarikan, kesenangan. Sesuatu yang membuat kita tertarik dan sangat sukai untuk dikerjakan. Setiap orang memiliki ketertarikan yang berbeda-beda, minat yang beragam. Passion menjadi begitu penting, sebab orang-orang yang sukses dalam bidangnya kebanyakan orang-orang yang memiliki passion untuk pekerjaannya. Sangat masuk akal karena passion merupakan sebuah gairah besar untuk terus berkarya dan berinovasi. Seperti bensin atau bahan bakar yang tak ada habisnya untuk terus bergerak.
Nah, sekarang ada sebuah media sosial yang memfokuskan diri sebagai wadah passion para pengguna. Postpassion hadir menawarkan wadah berbagi bahkan menemukan passion para penggunanya melalui foto, tulisan, atau video.
“Latar belakang mendirikan Postpassion sangat sederhana: ingin menyediakan platform untuk pengguna berbagi hal-hal yang mereka sukai, passion mereka. Karena dengan passion sharing, kita mungkin bisa memberi dampak positif bagi orang lain. Postpassion juga ingin berperan dalam menggali passion para pengguna,” ujar Hario Seto Supranggono, founder Postpassion.
Memang, inti layanan ini adalah interaksi sosial. Pengguna pun bisa saling follow, atau mengikuti pengguna lain yang memiliki passion yang sama. Setelah melakukan pendaftaran pengguna akan diminta untuk mengisi kolom untuk mengisi passion-nya.
Pertanyaan sederhana yang mungkin untuk sebagian orang tak mudah dijawab adalah, bagaimana jika belum tahu, atau belum yakin tentang ketertarikan serta minat yang dimiliki? Jangan khawatir karena di bagian ini ada pilihan untuk melewati tanpa menjawab dan juga ada pilihan bantuan. Pilihan bantuan akan mengajak calon pengguna Postpassion untuk menonton video tutorial untuk mengenal serta menemukan passion. Bagian blog Postpassion sendiri banyak menampilkan video tentang pengertian dan penemuan passion.
Dari kumpulan tulisan, video dan foto yang ditampilkan di blog PostPassion, sang penggagas memiliki cita-cita untuk memenuhi dunia dengan orang-orang yang memiliki passion, sebab merekalah yang akan membanjiri dunia dengan karya-karyanya yang luar biasa.
Seperti layaknya media sosial pada umumnya, pengguna akan memiliki halaman profil yang bisa diisi tentang dirinya, ketertarikannya, serta tautan pada media sosial lain, serta blog dan situs miliknya. Pengguna juga dapat menampilkan foto dan video yang mereka sukai. Tampilan Postpassion cukup bersih, ringkas, dan tak banyak fitur yang membingungkan, namun sepertinya akan lebih seru jika hadir juga dalam versi mobile. “Mengenai platform sendiri, kami mengarah kepada mobile platform. Saat ini kami sedang mengembangkan mobile platform html5 dengan back end Rails,” jelas Hario.
Bisa dibilang, fokus yang dipilih layanan ini memang belum umum di Indonesia. Ini adalah fenomena wajar, meski masih harus diuji oleh waktu, apakah layanan ini akan mendapat sambutan dari publik atau tidak. Sebab, konsumsi media sosial yang besar-besaran di tanah air mendorong hadirnya layanan media sosial lokal yang memberikan layanan lebih spesifik untuk pengguna. Pengguna media sosial juga kebanyakan memiliki dan aktif di lebih dari satu akun media sosial.
Postpassion memiliki fokus yang sangat spesifik untuk sebuah media sosial dengan pasar yang sangat niche, namun seharusnya bisa menjadi sesuatu yang besar, karena passion orang bisa sangat berbeda-beda, dan menjangkau banyak pengguna. Lalu tantangannya membuat pengguna memilih platform ini untuk menggunakan sebagai media menyiarkan, menyebarkan passion mereka.
Saat ini dari sisi konten yang ditampilkan oleh para anggota Postpassion terlihat lebih seperti hal-hal yang umum ditemui di Pinterest. Bisa jadi karena Postpassion masih sangat awal dan belum terbentuk pola yang lebih jelas, namun Pinterest sendiri memang dapat digunakan untuk berbagai macam jenis post bergambar, sehingga konten yang ada terlihat sangat umum.
“Untuk pangsa pengguna sendiri, di stage awal, (testing) kami fokus pada calon pengguna yang sudah memiliki konten untuk di-share. Orang-orang ini sudah hidup di dalam passion mereka. Diharapkan pengguna-pengguna di early stage ini bisa menjadi influencers bagi pengguna lain. Ke depan pasti kami lebih terbuka ke pengguna lain yang masih meng-eksplore passion mereka,” pungkas Hario.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]