Transaksi Bisnis E-commerce Indonesia Diproyeksikan Capai 910 Triliun Rupiah di Tahun 2022
Menurut riset Sirclo, perlu adanya penguatan di sisi pembayaran, logistik, dan SDM untuk pertumbuhan berkelanjutan
Sebagai lokomotif industri digital, bisnis e-commerce masih memegang peran penting di Indonesia. Salah satunya divalidasi oleh riset Google, Temasek, dan Bain & Company; dari capaian ekonomi internet $40 miliar di tahun 2019, e-commerce menyumbangkan angka $21 miliar sendiri.
Berbagai inovasi yang digulirkan nyatanya membuat konsumen digital semakin betah melakukan aktivitas berbelanja online. Sebut saja berkat dukungan platform pembayaran yang mudah dan dukungan logistik yang semakin membaik. Untuk memvalidasi hal tersebut, Sirclo baru-baru ini melakukan riset dan mempublikasikan hasilnya dalam laporan bertajuk "Navigating Market Opportunities in Indonesia’s E-Commerce".
Salah satu temuan dalam laporan, rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di e-commerce sebanyak 3-5 kali dalam satu bulan dan menghabiskan hingga 15% dari pendapatan bulanan mereka. Riset juga mengungkapkan konsumen online di Jakarta berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada kota-kota lain.
Tahun 2022 diproyeksikan sentuh 910 triliun Rupiah
Menurut data yang dirangkum dalam laporan, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$15 miliar (Rp 210 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022, menyentuh angka US$65 miliar (Rp 910 triliun). Hal ini membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8% penjualan total pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24% di tahun 2022.
Selain itu Sirclo juga melakukan survei melibatkan 747 responden penikmat e-commerce. Salah satu pertanyaannya soal alasan mereka menggunakan layanan tersebut. Disebutkan ada tiga poin yang paling unggul, yakni harga yang murah, fleksibilitas transaksi, dan kemudahan dalam membandingkan produk. Untuk konsumen laki-laki, produk favoritnya meliputi perangkat elektronik, fesyen, dan alat olahraga. Sementara untuk perempuan yakni produk kesehatan/kecantikan, fesyen, dan makanan.
Sebagian besar konsumen menggunakan medium ponsel pintar untuk mengakses layanan e-commerce. Untuk metode pembayaran, menurut riset Sirclo, transfer bank masih menjadi yang paling diminati. Dilanjutkan penggunaan kartu kredit/debit dan digital wallet.
Tantangan ekosistem e-commerce Indonesia
Mendasarkan pada tren bisnis yang ada, riset turut menggarisbawahi beberapa tantangan dalam industri e-commerce di tanah air. Pertama mereka menyoroti tentang maraknya pemain di lanskap bisnis tersebut, membuat tiap perusahaan mencoba memenangkan pasar dengan beragam strategi berisiko, seperti “membakar uang” untuk memberikan iming-iming promo atau diskon.
More Coverage:
Kedua tentang banyaknya masyarakat Indonesia yang masih belum memiliki rekening bank formal. Inisiatif pengembangan platform digital wallet atau fintech lainnya dinilai perlu terus digenjot, termasuk penetrasi penggunaannya. Model pembayaran menggunakan mekanisme COD –dibayar sembari menerima barang pengiriman—juga dinilai efektif untuk meningkatkan sekaligus meningkatkan keyakinan beberapa tipikal pengguna.
Isu selanjutnya mengenai layanan logistik yang dinilai belum bisa mengakomodasi kebutuhan pengiriman secara optimal. Memang, ditinjau secara geografis Indonesia memiliki tatanan wilayah yang unik, sehingga membutuhkan effort lebih untuk kegiatan pengiriman barang. Poin keempat, riset menyoroti kurangnya SDM yang relevan di bidang sains dan matematika untuk pengembangan teknologi berkelanjutan.