Redseer Ungkap Pedoman Sukses Model Bisnis Agritech dan Aquatech di Indonesia
Pada 2022 nilai pasar agrikultur dan akuakultur di Indonesia sudah mencapai $140 miliar, potensi besar untuk digarap inovator digital
Industri agrikultur atau the sleeping giant dari Indonesia makin memperlihatkan tajinya semenjak pandemi. Tren pertumbuhan agritech (termasuk aquatech) justru kian kuat, salah satunya ditandai dengan pendanaan ke sektor ini yang meningkat tiap tahunnya.
Mengutip dari laporan Startup Report 2023 yang diterbitkan DSInnovate, sektor aquatech menduduki urutan ketiga untuk total pendanaan sebesar $213 juta. Agritech masuk ke urutan ke-8 dengan total pendanaan $26 juta untuk delapan kesepakatan. Dibandingkan tahun sebelumnya, agritech (termasuk aquatech) mendapati 15 total kesepakatan yang bernilai $229 juta dan masuk ke urutan ketiga terbesar berdasarkan nominal kesepakatan.
Lembaga riset Redseer dalam laporan terbarunya menyampaikan bahwa pada 2022, agrikultur dan akuakultur bernilai $140 miliar di Indonesia menawarkan peluang besar bagi para pelaku teknologi untuk ikut campur dan berinovasi.
Solusi teknologi mereka dapat memecahkan beberapa tantangan paling mendasar namun penting yang dihadapi para petani. Aktivitas pendanaan dan ekspansi regional/kontinental merupakan bukti besarnya peran startup, memberikan sinyal positif bagi ekosistem startup yang lebih luas.
Sementara, di satu sisi terdapat tantangan yang dihadapi oleh berbagai startup agritech di berbagai domain, mulai dari B2C, marketplace, dan pembiayaan. Di sisi lain terdapat pemain petahana yang telah melambungkan diri mereka dengan memanfaatkan pembelajaran dan menciptakan penawaran bisnis yang kuat.
Berikut pedoman startup agritech yang disusun oleh Redseer:
Memetakan potensi keberhasilan para pemain agritech di Indonesia
Faktor dan dimensi yang berperan dalam agritech serta pendekatan umum yang diadopsi oleh pemain sukses:
- Targetkan solusi full-stack sebagai tujuan jangka panjang dengan pembiayaan sebagai bagiannya.
- Fokus pada tanaman tertentu dan kembangkan kemampuan dalam bidang tersebut sebelum beralih ke tanaman lain.
- B2B (memasok produk keluaran ke Horeca, rumah ekspor, dan pusat pengolahan) lebih menguntungkan dibandingkan dengan model B2C sederhana dari pertanian ke garpu.
- Ekspor dan label pribadi juga merupakan tambahan margin yang lebih baik dan bagus untuk dimiliki dalam portofolio produk.
Menawarkan solusi full stack dan menciptakan solusi agritech yang sukses dan tangguh
Seperti yang ditunjukkan dalam grafik, layanan on-farm dapat menjadi titik awal bagi setiap pemain teknologi pertanian karena memungkinkan petani mendapatkan nilai lebih besar dari penawaran produk mereka dan meningkatkan produktivitas.
Hal ini membantu agritech membangun hubungan dengan para petani. Dalam layanan pertanian, solusi pengetahuan dapat menjadi titik awal untuk mendidik petani dan diikuti oleh orang lain dalam layanan pertanian. Ketika hasil panen lebih tinggi dan realisasi lebih baik, pelaku agritech mendapat kesempatan untuk melakukan cross-sell penawaran lain kepada petani.
Pemain full-stack memiliki peluang lebih baik dalam menciptakan bisnis berkelanjutan dengan pendapatan stabil dan margin sehat. Untuk mencapai hal yang sama, startup agritech perlu bekerja sama dengan petani dan menjalin hubungan yang terkait dengan pasar untuk memberikan penawaran bisnis menyeluruh yang holistik.
Memilih untuk mengidentifikasi jenis tanaman dan mengatasi peluang yang rendah ini sebelum beralih ke tanaman lain
More Coverage:
Dengan beroperasi secara selektif pada tanaman tertentu, pemain agritech dapat menciptakan ceruk pasar untuk diri mereka sendiri. Jenis tanaman yang ideal akan menunjukkan beberapa atau seluruh karakteristik berikut:
- Menghadapi permasalahan seputar imbal hasil yang rendah, musim, fluktuasi harga yang ekstrem, rendahnya mekanisasi pertanian.
- Kegiatan pertanian sederhana yang dilakukan petani dapat meningkatkan nilai hasil panen secara drastis.
- Tidak mendapat dukungan pemerintah yang kuat sehingga kurang kompetitif.
- TAM domestik/ekspor besar.
Solusi pembiayaan yang disesuaikan dengan risiko dapat diciptakan oleh para pemain agritech dengan mengikuti model 3 langkah yang komprehensif
Pembiayaan adalah peluang terbesar dalam agritech. Beberapa pemain agritech gagal lebih awal karena mereka tidak dapat memperhitungkan risiko dengan tepat atau kurang memahami model bisnis pertanian (siklus, proses pertanian). Mereka hanya menganggapnya sebagai penawaran fintech. Beberapa faktor penentu keberhasilan pembiayaan agribisnis adalah:
- Kehadiran di seluruh rantai nilai.
- Kontrol atas output untuk memastikan kemudahan pemulihan.
- Menawarkan pembiayaan dalam format nontunai.