Rencana Platform B2B Commerce "Eezee" Ekspansi di Indonesia
Baru mengantongi pendanaan seri 111,5 miliar Rupiah yang dipimpin ACTIVE Fund
B2B commerce untuk produk MRO (Maintenance, Repair & Operations) memiliki potensi untuk berkembang secara global. Di Asia sendiri pertumbuhannya bisa meningkat hingga $616 miliar. dilihat dari potensi pertumbuhan 12% setiap tahunnya. Melihat besarnya peluang tersebut memberikan inspirasi bagi platform B2B commerce asal Singapura "Eezee" untuk kemudian melakukan ekspansi di negara lainnya di Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia.
Rencana ekspansi ini dilancarkan oleh Eezee usai merampungkan penggalangan dana seri A senilai $7,5 juta atau setara 111,5 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin Ayala Corporate Technology Innovation Venture Fund (ACTIVE Fund). Sejumlah pemodal ventura juga terlibat, di antaranya Insignia Ventures, Wavemaker Partners, January Capital, HH Investments, Orange Venture Fund, serta beberapa angel investor.
Selain melakukan ekspansi, Eezee juga akan menggunakan dana segar ini untuk menambah jumlah tim, melakukan perluasan market share dan mengembangkan produk dan fitur baru untuk platform procurement B2B mereka.
"Rata-rata pelanggan kami melihat percepatan dalam proses pengadaan mereka sekitar 90%. Eezee menempatkan posisinya di pusat semua transaksi pengadaan, menciptakan win-win solution untuk semua pihak, termasuk pelanggan, pemasok, dan sistem ERP,” kata Founder dan CEO Eezee Logan Tan.
Sejak meluncur pada tahun 2018 lalu, perusahaan mencatat telah menjual lebih dari 130.000 item di lebih dari 600 kategori dari hampir 2.000 pemasok. Mengelola lebih dari 400 akun pelanggan perusahaan, termasuk perusahaan seperti ExxonMobil, Shell, Zuellig Pharma dan Resorts World Sentosa. Pada tahun 2021, perusahaan telah mencapai peningkatan Gross Merchandise Value (GMV) 5x lipat dari tahun sebelumnya.
Menurut President Kickstart Ventures Minette Navarrete, digitalisasi pengadaan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, karena penghematan biaya yang signifikan dan penyederhanaan proses yang sebelumnya manual dan tidak efisien. Digitalisasi tidak hanya menghasilkan efisiensi yang lebih besar, namun telah memungkinkan pembeli dan penjual untuk menganalisis data dan menghasilkan insight menarik untuk praktik pengadaan yang lebih kompetitif dan transaksi pembeli dan pemasok yang lebih baik.
Pertumbuhan B2B Procurement
Sejak awal Eezee dihadirkan untuk memudahkan proses pembelian pesanan, faktur, dan pesanan pengiriman di perusahaan. Secara khusus Platform pengadaan digital Eezee memungkinkan bisnis untuk mencari dan berbelanja secara online untuk beragam produk, mulai dari alat tulis kantor hingga peralatan keselamatan dan persediaan industri. Dengan merampingkan proses pengadaan, bisnis bisa menghemat uang dan waktu.
Eezee juga telah terintegrasi dengan sistem bisnis Enterprise Resource Planning (ERP) seperti Oracle dan SAP. Tujuannya untuk memastikan proses pengadaan berjalan lancar dan sesuai dengan operasi bisnis. Selanjutnya, pemasok yang melakukan onboarding ke platform Eezee, bisa mendapatkan akses ke pelanggan baru.
Strategi bisnis yang kemudian akan menjadi fokus Eazee selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke negara seperti Malaysia, Filipina dan Indonesia. Mereka juga memiliki rencana untuk menambah jumlah tim hingga dua kali lipat.
"Saat ini kami adalah platform pengadaan nomor saty di Singapura dan bertujuan untuk memperluas layanan kami di negara-negara Asia Tenggara lainnya, dengan fokus khusus pada Indonesia, Malaysia dan Filipina selama setahun ke depan," kata Logan.
Tercatat dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah startup di Indonesia mulai melirik e-procurement sebagai vertikal bisnis yang menjanjikan. Layanan e-procurement dinilai layak dijajal karena model bisnis B2B mudah terukur.
More Coverage:
Untuk memudahkan penetrasinya di pasar, startup ini menggabungkan konsep veteran di industri digital, yakni e-commerce/marketplace dengan layanan B2B. Secara global, layanan semacam ini telah mengantongi kesuksesan dari pemain besar, seperti Amazon Business dan Alibaba Business. Sejumlah startup Indonesia yang masuk ke bisnis marketplace B2B antara lain Mbiz, Bizzy, Bhinneka, Ralali, Bukalapak, dan ProcurA.
Sementara itu, Bhinneka dan Bukalapak sejak awal merupakan marketplace B2C dan C2C yang mulai mengembangkan vertikal baru ke B2B. Berbeda dengan yang lainnya, ProcurA tidak memiliki marketplace dan fokus ke pengembangan solusi e-procurement untuk perusahaan.
Bisnis marketplace B2B dianggap menjadi konsep yang tepat untuk menuntaskan beragam masalah usang yang terjadi pada korporasi, yakni rendahnya efisiensi dan transparansi.