1. Startup

RoomMe Berkomitmen Revolusi Industri Kos

Segera mengumumkan pendanaan Seri A untuk ekspansi akuisisi tambahan 1000 rumah kos di Jabodetabek

Industri kos sangat khas. Konsepnya unik di Indonesia dan cukup populer di kalangan mahasiswa dan pekerja kantoran, namun bisa dibilang pengelolaannya masih banyak yang belum tersentuh teknologi.

Masalah ini menginspirasi Glen Ramersan, beserta empat temannya, untuk membuat platform manajemen digital rumah kos bernama RoomMe pada 2017. Startup ini hadir mencoba membantu pemilik kos menemukan penyewa dengan kenyamanan yang sudah distandarisasi.

"Target kami adalah memperbaiki orang yang tinggal ngekos dengan standar kenyamanan yang sudah ditingkatkan. Sebab, kami menempatkan diri sebagai penyedia tempat tinggal, bukan penginapan, sehingga ada banyak nilai tambah yang kami berikan," terang CEO RoomMe Glen Ramersan, Rabu (2/10).

Fasilitas kos di RoomMe memiliki standar karena akan ditemui di hampir semua unit kamar yang ada, termasuk suasana kebersihan dan keamanan kamar selayaknya hotel, seperti air panas, TV layar datar, toiletries, dan wifi.

Kamar mandi dalam kamar dan pantry juga disediakan. Harga sudah terstandar ditentukan oleh RoomMe. Semua fasilitas ini menjadi standar yang tidak akan dibebankan ke penyewa kos, termasuk biaya perbaikan fasilitas dan promosi ke publik.

Alhasil, pengguna tidak perlu repot mencari dan mendatangi kos hanya untuk melihat fasilitas dan bernegosiasi dengan pemilik. Semuanya bisa dilakukan lewat aplikasi dan situs. Konsumen juga tidak perlu membawa peralatan tambahan karena semua sudah tersedia.

Dalam distribusi penjualan, RoomMe tidak hanya mengandalkan situs miliknya, tapi juga memasarkan lewat platform OTA. Seperti Pegipegi, Traveloka, Tiket.com, Booking.com, dan Agoda.

Meskipun demikian, edukasi platform seperti ini masih perlu dilakukan, karena masih ada yang setelah melihat info RoomMe masih mencoba menghubungi pengelola platform via WhatsApp.

"Biasanya orang melihat plang RoomMe saat keliling cari kos di sekitar kantor mereka. Setelah itu langsung menghubungi kami via WhatsApp untuk memastikannya lagi."

Selain RoomMe, pemain lain yang sudah merambah industri kos adalah Mamikos, Infokost, dan 99.co. Saat ini perusahaan sudah memiliki 200 anggota tim.

Model bisnis dan target RoomMe

Glen menjelaskan, pihaknya tidak memiliki spesifikasi khusus untuk pemilik kos yang ingin bergabung, baik itu minimal jumlah kamar, lokasi atau sebagainya. Mereka hanya perlu mengajukan diri, nanti ada tim audit untuk melihat kondisi lapangan, apa saja yang perlu pemilik kos tingkatkan sesuai dengan standar RoomMe.

"Kami juga akan bantu renovasi tapi hanya light beautification saja sifatnya. Kalau di dalam kos tidak ada kamar mandi dalam, kami akan minta pemilik kos untuk tambahkan."

Setelah selesai renovasi, RoomMe yang akan memasarkan unit kos tersebut ke platform OTA. Pemilik kos dapat secara rutin memeriksa performa kos secara bulanan dan mendapat insight mengenai konsumen mereka. Semua bisa dilakukan secara transparan dan efisien buat pemilik kos.

RoomMe juga menjamin pemilik kos akan memiliki fixed income tiap bulan yang stabil dan dijamin cenderung meningkat. Tingkat okupansinya dijamin meningkat di kisaran 90%-100%. Glen enggan menjelaskan lebih eksplisit bagaimana strategi monetisasinya, namun yang pasti RoomMe mengambil margin dari harga sewa kamar.

Saat ini RoomMe punya empat produk untuk menjangkau seluruh segmen masyarakat. Ada RoomMe reguler, RoomMe+ untuk kalangan menengah atas, RoomMe Eco untuk kalangan mahasiswa dan harga terjangkau, dan RoomMe Syariah. Harga sewa dimulai Rp1 juta sampai Rp11 juta per bulannya.

Glen menyebut pihaknya telah menggaet ratusan rumah kos berlokasi di Jakarta dengan total lebih dari 2 ribu kamar. Pada tahun depan, dia berencana untuk ekspansi ke Bodetabek dan menambah properti jadi 1000 rumah kos.

Untuk dukung rencana tersebut, RoomMe telah mengantongi pendanaan Seri A dengan nilai yang masih dirahasiakan. Glen menyebut pengumuman resmi akan dilakukan dalam waktu dekat.

Pendanaan ini diberikan oleh KK Fund, Vertex Ventures, dan BAce Capital. Ketiganya menambah investasi di RoomMe, setelah berinvestasi pada tahapan sebelumnya.

Dia menekankan, bisnis kos ini akan menjadi awal mula RoomMe. Tidak menutup kemungkinan perusahaannya ekspansi ke manajemen untuk apartemen dan residen ekspatriat.

"Tujuan akhir kami adalah menyediakan hunian kos yang nyaman. Nyaman itu dulunya disebut hanya bisa didapat bila konsumen mau bayar lebih mahal. Tapi kami ingin standarisasi itu, semua orang bisa dapat tempat kos dengan nyaman," tutupnya.