Transaksi TikTok Shop Diprediksi Tembus Rp230 Triliun, Siap Salip Lazada dan Tokopedia
Merangkum data dan laporan Momentum Works bertajuk "The TikTok Shop Playbook"
Nilai transaksi bruto (Gross Merchandise Value/GMV) TikTok Shop di Asia Tenggara diprediksi bakal tembus $15 miliar (sekitar Rp230 triliun) pada tahun 2023. Angka tersebut akan membuatnya setara dengan Lazada dan Tokopedia yang sudah berdiri selama lebih dari satu dekade.
Menurut laporan Momentum Works dalam "The TikTok Shop Playbook", merinci GMV yang dihasilkan TikTok Shop berturut-turut mencapai $600 juta pada 2021 dan $4,4 miliar pada 2022. Kenaikan didukung karena pada tahun tersebut platform social commerce tersebut ekspansi dari Indonesia hingga lima pasar utama di Asia Tenggara. Walau demikian, pangsa pasarnya tetap rendah, hanya satu digit di semua pasar tersebut.
Di Indonesia saja, TikTok Shop bertengger di urutan kelima (5%) berdasarkan pangsa pasarnya pada tahun lalu, sementara di lima negara lain, berada di kisaran 1%-4%. Shopee memiliki pangsa pasar sebesar 36%, diikuti Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), dan Blibli (4%).
Secara regional, GMV yang disumbangkan Shopee masih jadi terbesar $47,9 miliar. Lalu disusul Lazada dengan GMV sebesar $20,1 miliar dan Tokopedia sebesar $18,4 miliar.
"Namun, penting untuk dicatat bahwa di sebagian besar pasar ini, TikTok Shop dimulai dari nol pada awal tahun - dan di Indonesia, TikTok Shop telah mencapai $10 juta setiap hari pada akhir tahun 2022. Pertumbuhan tersebut berlanjut pada tahun 2023, dengan indikasi terbaru bahwa di berbagai pasar, tingkat kinerja GMV Toko TikTok pada tahun 2023 mendekati tingkat kinerja Lazada," tulis laporan tersebut.
TikTok Shop kini hadir di sembilan negara, termasuk Asia Tenggara, Inggris, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Perusahaan tersebut menargetkan dapat mencapai GMV $20 miliar secara global pada tahun ini, sebanyak $15 miliar akan disumbangkan dari Asia Tenggara.
Momentum Works menyampaikan, banyak pakar yang skeptis dengan target tersebut. Namun jika dilihat di lapangan, setidaknya di Asia Tenggara saja, angka tersebut berada di jalur yang tepat untuk paruh pertama tahun ini. Tantangan dan beberapa masalah organisasi dalam prosesnya, namun upaya TikTok untuk mengonversinya terus berlanjut.
"Perkembangannya tampak kacau, dengan adanya keraguan dari ekosistem dan bahkan beberapa pemangku kepentingan utama (internal dan eksternal). Meskipun demikian, sejauh ini kepemimpinan dan organisasi dapat beradaptasi, dalam upaya mencapai e-commerce."
Kategori produk
Adapun, produk yang paling banyak dibeli dari TikTok Shop adalah kategori kecantikan dan perawatan diri berdasarkan kinerja di kuartal I 2023. Dua merek yang paling laku terjual untuk pasar Indonesia saja adalah Skintific dan The Originote. Diestimasi GMV masing-masing sebesar $6 juta (volume penjualan di atas 200 ribu), dan $4,2 juta (volume penjualan di atas 360 ribu).
Kategori ini berdasarkan GMV memberikan kontribusi sebesar 70%, dibandingkan kategori lainnya seperti fesyen perempuan (9%), kuliner (5%), smartphone dan elektronik (4%), perabotan rumah tangga (5%), dan mainan dan hobi (7%).
Kategori ini juga paling mudah dan realistis untuk dipasarkan oleh penjual/key opinion leader (KOL), terutama dalam format video atau live streaming yang demonstrasinya dilakukan secara real time. Penjual dapat mendemonstrasikan produk dalam format yang menarik secara visual dan dapat dengan mudah direplikasi dalam skala besar, sehingga tingkat konversinya lebih baik.
Kesempatan monetisasi
Laporan ini juga menyampaikan, pada 2022, pengguna aktif bulanan (MAU) TikTok secara global melebihi 1 miliar, menghabiskan miliaran jam di platform tersebut. Cara monetisasi basis penggunanya jadi prioritas utama bagi TikTok dan induknya, ByteDance.
Berbeda dengan platform sosial & konten lainnya termasuk Meta (Facebook), ByteDance tampaknya sangat bertekad untuk menjadikan e-commerce sebagai pilar utama monetisasi, secara global.
Seperti diketahui, selama bertahun-tahun, platform e-commerce membangun ekosistem dan roda yang efisien. TikTok Shop memiliki keunggulan alami dalam lalu lintas pelanggan dan komitmen perusahaan untuk mengalokasikan sebagian besar kunjungan tersebut untuk belanja e-commerce.
"Seiring dengan berkembangnya TikTok Shop dan mulai mendapatkan lebih banyak pengaruh atas infrastruktur pembayaran/pemenuhan, TikTok Shop dapat dan harus mampu menjadi bisnis yang menguntungkan di pasar utama tempat ia beroperasi."
Shopee telah menunjukkan bahwa bahkan di Asia Tenggara, dengan daya konsumsi yang relatif lebih rendah dibandingkan negara maju, keuntungan tetap bisa diraih.
Hanya saja, Momentum Works tidak dapat memprediksi seberapa besar volume atau pangsa pasar TikTok Shop di pasar-pasar utamanya, sebab sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk komitmen berkelanjutan dan evolusi organisasi TikTok Shop, serta faktor eksternal dalam politik, geopolitik, respons kompetitif dan tentu saja, kondisi ekonomi global.