Startup Fintech Asal Medan “Top Remit” Hadirkan Platform Online untuk Kirim Uang ke Luar Negeri
Sudah kantongi izin dari Bank Indonesia sebagai "Penyelenggara Transfer Dana"
Top Remit merupakan startup berbasis di Medan yang mengembangkan layanan online untuk pengiriman uang ke luar negeri. Mereka telah mengantongi perizinan dari Bank Indonesia sebagai perusahaan "Penyelenggara Transfer Dana".
Didirikan oleh Hermanto (CEO) dan Henry Wirawan (CTO), Top Remit sudah berdiri sejak tahun 2009, kala itu masih melayani konsumennya secara offline. Situs online baru diluncurkan pada bulan Agustus 2018 lalu, karena kebutuhan masyarakat yang semakin mengarah ke digital.
"Top Remit adalah perusahaan pengiriman uang ke luar negeri berbasis online pertama di Indonesia. Kami memiliki misi untuk membantu masyarakat mengirimkan uang dengan efisien dalam hal menghemat waktu, transportasi dan biaya pengiriman," ujar Hermanto kepada DailySocial.
Dengan sistem online, Top Remit menyajikan layanan pengiriman online tanpa dibatasi waktu dan dapat dilacak prosesnya secara real-time. Dalam prosedurnya, biaya dibebankan kepada pengirim, sehingga uang akan diterima penuh tanpa ada potongan apapun. Pengiriman dana dapat dimulai dari nominal terkecil 10 ribu Rupiah.
"Dengan Top Remit pengguna dapat menghemat hingga 80% biaya transfer, jika dibandingkan dengan transaksi melalui bank. Fee dan rate dijamin transparan, tanpa ada biaya-biaya tersembunyi. Jika transaksi gagal, sepenuhnya uang dikembalikan kepada pengirim," jelas Hermanto.
Dalam melayani pengiriman uang, ada empat fitur utama yang juga disuguhkan Top Remit. Ada "Bank Transfer", memungkinkan pengirim menambahkan pengaturan agar uang ditransfer langsung ke rekening bank penerima. Selain itu terdapat fitur "Cash Pickup", penerima dapat mengambil uang melalui agen terdekat.
Fitur "Home Delivery" turut dihadirkan, untuk meminta bantuan khusus mengirimkan uang ke lokasi yang ditentukan. Top Remit juga menjembatani pengiriman yang ditujukan ke akun e-wallet milik pengguna di negara tujuan.
Latar belakang pengembangan sistem
Hermanto turut menuturkan, ada tiga hal yang membuatnya yakni bahwa layanan Top Remit memang dibutuhkan pasar. Pertama, sejauh ini biaya pengiriman uang yang dibebankan bank dinilai cukup mahal. Pada umumnya akan ada tiga biaya yang harus ditanggung ketika ingin mengirimkan uang ke luar negeri, yakni admin fee (sekitar Rp100.000), full amount fee (sekitar $25), dan receiver fee (sekitar $5).
"Kalau dihitung bisa mencapai Rp500.000 untuk sekali kirim. Isunya saat masyarakat ingin mengirimkan uang dalam jumlah kecil, biayanya jadi sangat terasa."
Kedua, pelayanan manual yang kurang efektif. Khususnya pengalaman founder di Medan, ketika ingin mengirimkan uang melalui Kantor Pos cukup banyak berkas formulir yang harus diisi. Belum lagi jatah menunggu antrean yang bisa saja memakan waktu berjam-jam. Permasalahan ini yang membuat Top Remit menerapkan sistem pendaftaran, sehingga pengguna bisa bertransaksi berkali-kali tanpa harus mengisikan berkas terkait identitas secara berulang.
“Ketiga, ini yang paling nyesek. Seorang Ibu datang jauh dari luar kota ke kantor kami hanya untuk kirim uang senilai Rp500.000 untuk anaknya di Malaysia karena kebutuhan mendesak. Bayangkan saja waktu yang dihabiskan beberapa jam dan biaya transportasi yang habis dalam perjalanan sangat disayangkan. Dari kejadian ini, kami dan tim terdorong untuk membangun sebuah platform online yang bisa membantu orang kirim uang ke luar negeri tanpa harus keluar rumah,” kata Hermanto.
Saat ini sudah cukup banyak negara tujuan yang diakomodasi layanan Top Remit. Berikut daftar beserta flat rate-nya: Bangladesh (Rp75.000), China (Rp100.000), Filipina (Rp75.000), India (Rp75.000), Jepang (Rp170.000), Kamboja (Rp100.000), Malaysia (Rp45.000), Nepal (Rp75.000), Pakistan (Rp75.000), Singapura (Rp75.000), Thailand (Rp120.000), Sri Lanka (Rp100.000), dan Vietnam (Rp90.000).
"Target kami meluncurkan aplikasi di Q3 2019 dan ekspansi negara baru Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Eropa di akhir tahun 2019," tutup Hermanto.
More Coverage:
Memang sejauh ini belum ada platform lokal yang mengakomodasi penuh kegiatan pengiriman uang ke luar negeri –biasanya disebut dengan remitansi. Ada beberapa pemain yang sudah menginisiasi modal bisnis tersebut.
Misalnya LinkAja, mereka secara khusus bekerja sama dengan bank di Singapura untuk dapat saling berkirim dana melalui platformnya. Namun cakupannya baru satu negara. Ada juga RemitPro, namun jika mengamati di situsnya masih belum sepenuhnya optimal digital yang dapat diakses secara perorangan.
Potensi layanan remitansi yang besar turut membawa investor seperti MDI Venture berinvestasi pada startup di bidang tersebut. Akhir tahun 2018 lalu mereka memimpin pendanaan seri C $20 juta untuk Instarem, startup fintech remitansi asal Singapura.