Transformasi Wifkain Menghubungkan Pebisnis Fashion dan Manufaktur, Siap Ekspansi ke Uni Emirat Arab
Mengawali bisnis sebagai marketplace produk tekstil, kini menjadi Manufacturing-as-a-Service (MaaS)
Berawal sebagai marketplace untuk produk tekstil, kini Wifkain bertransformasi menjadi platform Manufacturing-as-a-Service (MaaS), layanan multifungsi yang memungkinkan pemilik bisnis fashion mendapatkan sumber bahan baku dan semua kebutuhan produksi bisnis secara lebih praktis.
Kepada DailySocial.id, Co-founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan menyampaikan rencana Wifkain untuk menambah jumlah brand hingga melakukan ekspansi ke Uni Emirat Arab.
Menjembatani pembeli dan manufaktur
Salah satu industri yang belum tersentuh teknologi, seperti proses dan otomasi, adalah fashion. Rumitnya proses hingga sulitnya pencarian atau discovery yang harus dilakukan oleh pebisnis fashion dari awal hingga akhir, menjadi salah satu alasan Wifkain berdiri.
Pandemi yang sempat mengganggu industri fashion pada dua tahun lalu, menjadi momen tepat bagi Wifkain untuk membantu pembeli dan brand di segmen menengah ke atas hingga UMKM dalam menemukan manufaktur yang relevan untuk melancarkan bisnis mereka. Saat ini, kondisi industri fashion mulai memulih.
Menurut Sara, ada perubahan yang cukup signifikan terjadi saat pandemi. Jika dulu banyak pemain mengandalkan produk impor dari negara lain, seperti Tiongkok, kini mereka mengandalkan tenaga dan tim lokal di dalam ekosistemnya.
"Saat pasar sudah mulai pulih kembali setelah first wave pandemi, kami melihat ini sebagai kesempatan untuk Wifkain. Kami melihat akan banyak lokalisasi manufacturing bukan hanya di Indonesia, tetapi juga negara lainnya," kata Sara.
Berdiri sejak 2020, Wifkain adalah platform penyedia layanan manufaktur yang dapat memenuhi segala kebutuhan produksi bisnis fashion secara lebih praktis. Memosisikan diri sebagai pionir, Wifkain membidik sebagai platform berbasis teknologi pertama untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok (supply chain) tekstil bagi fashion brand di Indonesia.
Layanan MaaS dari Wifkain akan memudahkan pengusaha untuk mendapatkan desain atau pola jahit yang sesuai dengan keinginan, serta mempermudah dan mempercepat proses textile procurement, manufacturing, quality assurance, dan penyediaan logistik.
"Proses supply chain yang terjadi di Indonesia saat ini masih long tail. Semakin downstream, semakin fragmented prosesnya. Wifkain hadir untuk mengotomasi proses tersebut," kata Sara.
Saat ini, Wifkain memiliki sekitar 200 mitra, terdiri dari 60 pabrik dan sisanya adalah trader, distributor, dan penjahit. Semua mitra telah melalui proses kurasi yang ketat sebelum bergabung ke ekosistem Wifkain. Hal tersebut dilakukan guna memberikan kepastian dan jaminan kepada brand. Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Wifkain adalah langsung kepada mitra mereka.
Ekspansi ke Uni Emirat Arab
Didukung oleh teknologi, Wifkain ingin menghadirkan sebuah fitur yang bisa digunakan oleh pembeli untuk memonitor pembuatan atau proses produk yang mereka pesan. Fitur ini bisa meminimalisasi terjadinya pengiriman yang terlambat dan masalah lainnya.
Untuk mitra, teknologi tersebut diharapakan dapat memonitor kinerja pekerja mereka agar lebih transparan. Praktik ini sebelumnya sudah dilancarkan oleh industri fashion di Tiongkok. Saat ini, khususnya di Indonesia, semua proses tersebut masih banyak dilakukan secara konvensional.
"Roadmap perusahaan ke depan adalah menciptakan tech-enabled tracking di garmen untuk menyediakan buyers daily output berupa monitoring process. Dari sisi pabrik, mereka bisa memonitor working flow labour menjadi lebih transparan," ucap Sara.
Tahun depan perusahaan juga akan melancarkan ekspansi ke Uni Emirat Arab. Masih dalam proses penjajakan, adanya kesamaan iklim hingga besarnya potensi fashion muslim di Indonesia, menjadikan rencana ekspansi tersebut tepat dan relevan.
Sebagai informasi, Wifkain telah mengantongi pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang dirahasiakan. Sejumlah angel investor terkemuka ikut berpartisipasi pada putaran ini, termasuk CEO Atome Financial Indonesia Wawan Salum.
Bersama dengan Co-founder lainnya, yakni Rudy Setyo Hartono dan Chindera Soewandy, dana segar tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Wifkain memperluas jangkauan bisnisnya ke UMKM dan pemilik fashion brand, meningkatkan jumlah merchant, dan membangun tim.
Kemitraan strategis dengan KoinWorks
Untuk memperkuat komitmen, Wifkain menggandeng KoinWorks sebagai mitra strategis untuk menyediakan supply chain financing bagi mitra pabrik dan fashion brand yang menjadi partner dan kliennya.
Masih banyak perbankan hingga institusi finansial yang belum menjangkau para pebisnis fashion dalam melancarkan bisnis mereka. Ini menjadi alasan kuat Wifkain dan KoinWorks untuk memfasilitasi supply chain financing. Solusi ini dilihat sangat tepat untuk membantu pebisnis fashion, bukan hanya dukungan dalam pemenuhan bahan.
"Solusi pendanaan ini memberikan jaminan pembayaran menjadi lebih baik. KoinWorks menjadi mitra yang tepat bagi kami untuk menawarkan pembiayaan kepada para buyer. Dari sisi fund flow, kami pastikan pendanaan ini digunakan untuk working capital sehingga tidak disalahgunakan untuk penggunaan yang tidak tepat," tuturnya.
Industri fashion tercatat sebagai salah satu industri dengan kontribusi terbesar dalam perekonomian Indonesia. Menurut laporan Euromonitor International, bisnis fashion berkontribusi sebesar 18,01% dari Gross Domestic Product (GDP) di Indonesia dengan CAGR sebesar 9%-10% untuk kategori womenswear, menswear, dan childrenswear. Selain itu, tekstil dan manufacturing menempati peringkat ke-12 di Asia Tenggara dengan pertumbuhan CAGR sebesar 5%.
Melihat besarnya peran industri fashion, Wifkain dan KoinWorks berharap kolaborasi ini dapat mendukung lebih banyak lagi UMKM sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri fashion lebih pesat.