Una Brands Ramaikan Bisnis “Rollup E-commerce” di Indonesia
Beroperasi sejak Oktober 2021 dengan lima orang karyawan, incar akuisisi 12-15 merek lokal pada 2022 mendatang
Una Brands, startup agregator e-commerce asal Singapura, mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah mengantongi pendanaan seri A senilai $15 juta yang dipimpin salah satunya oleh Alpha JWC Ventures. Ditargetkan 12 hingga 15 merek lokal dapat diakuisisi pada tahun depan.
Una menaruh komitmen mengalokasikan investasi senilai $35 juta (lebih dari Rp500 miliar) untuk mendukung merek lokal di Indonesia berkembang menjadi usaha berkelas internasional melalui program akuisisi, pemberian modal kerja, dukungan operasional, hingga ekspansi bisnis internasional. Selain itu, juga berencana untuk mengembangkan Indonesia sebagai strategic sourcing hub untuk memperluas basis rantai pasok untuk portofolio Una Brands lainnya.
“Indonesia merupakan salah satu prioritas utama Una Brands. Kami tidak hanya melihat peluang untuk mengakuisisi merek lokal terbaik tetapi juga membantu mereka untuk ekspansi di Indonesia dan global, serta menjadikan Indonesia sebagai strategic sourcing hub untuk portofolio kami lainnya di luar sourcing hub yang saat ini berada di Tiongkok,” ucap Founder & CEO Una Brands Kiren Tanna dalam keterangan resmi.
Perusahaan sendiri telah hadir di sembilan pasar dengan fokus pasar Asia Pasifik, dengan kantor pusat di Singapura, kemudian Malaysia, Australia, Tiongkok, India, Taiwan, Korea, dan Jepang dengan lebih dari 100 karyawan . Indonesia adalah negara kesembilan yang dimasuki oleh perusahaan yang baru beroperasi pada tahun ini.
Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial.id, Tanna menuturkan tim Una Brands di Indonesia sejatinya telah beroperasi sejak Oktober 2021 dan memiliki lima orang karyawan. Sudah ada satu brand yang sudah diakuisisi secara final oleh perusahaan, dan sembilan brand lainnya dalam tahap final due diligence. “Sedangkan untuk Una Brands secara global, kami telah berhasil mengakuisisi lebih dari 20 brand sejak Januari 2021.”
Dengan komitmen investasi yang telah diumumkan, Una Brands akan mengakuisisi merek lokal potensial yang memiliki proyeksi omzet bulanan minimal Rp400 juta, berjualan melalui jalur e-commerce populer seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, dan Shopify. Menurutnya, tidak ada batasan ticket size yang akan dikucurkan untuk satu brand selama brand tersebut selama masuk ke dalam kriteria investasi di Una Brands.
“Kami hadir membawa pilihan baru di mana akuisisi oleh Una Brands tak hanya memberikan full exit secara tunai serta bagi hasil keuntungan bagi pengusaha, tapi juga melindungi legacy yang sudah tercipta selama ini, bahkan mengangkat legacy tersebut ke level selanjutnya melalui ekosistem Una Brands.”
Setelah proses akuisisi, Una Brands melalui teknologinya akan mengoptimalkan kinerja merek, termasuk branding, pemasaran, rantai pasok, hingga pengadaan. Serta, memperluas target distribusi secara domestik maupun internasional dalam lingkup Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa dengan target pertumbuhan 10 kali lipat di nilai penjualan dan keuntungan.
“Sektor bisnis yang dibidik adalah kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan rumah dan tempat tinggal, kecantikan dan perawatan tubuh, kebutuhan bayi, anak, dan hewan peliharaan, olahraga, serta kegiatan luar ruangan. Namun, Una Brands juga tetap terbuka untuk mengakuisisi bisnis di luar kategori tersebut.”
Didukung geliat pertumbuhan e-commerce
Una Brands bukanlah pemain pertama yang merambah segmen “rollup e-commerce” di Indonesia, sudah ada Hypefast dan OpenLabs. Sebagai perbandingan, di pasar global, konsep yang dianut ketiganya mengacu pada template yang dibuat Thrasio, pemain sejenisnya dari Amerika Serikat. Tak hanya Indonesia, template ini juga ramai-ramai diadopsi di masing-masing pemain di negara lainnya.
More Coverage:
Menurut Co-Founder dan CEO 10Club Bhavna Suresh, salah satu pemain rollup e-commerce India, merebaknya konsep bisnis ini lantaran didukung semakin matangnya ekosistem e-commerce. Mereka bertindak sebagai agregator merek era baru, mengakuisisi perusahaan D2C yang menjanjikan untuk memastikan keunggulan operasional dan pertumbuhan yang cepat, sehingga menciptakan nilai bagi investor.
Format ini sangat berbeda dari operasi perusahaan modal ventura tradisional. VC berinvestasi di semua jenis startup (baik online maupun offline) dan memberikan panduan strategis, tetapi founder tetap yang menjalankannya. Sebaliknya, perusahaan rollup e-commerce memperoleh prospek online, memberikan bantuan infrastruktur, dan tim ahli untuk membawa bisnis ke ketinggian baru.
Di Indonesia sendiri, diprediksi merek lokal D2C akan tetap menjadi segmen yang menarik dalam perkembangan industri e-commerce, terlebih penetrasinya terus menunjukkan tren meningkat di Indonesia. Mengacu pada laporan e-Conomy 2021, e-commerce tetap akan menjadi pendorong terbesar ekonomi digital di negara ini. Sektor ini diprediksi akan tumbuh dari $35 miliar pada 2020 menjadi $53 miliar pada 2021. CAGR sektor ini diproyeksikan naik 18% menjadi $104 miliar hingga 2025.