Xendit Pertajam Solusi UMKM, Hadirkan SaaS untuk Inventori Produk
Masih menjadi produk independen, belum terhubung dengan solusi pembayaran milik Xendit
Startup fintech solusi pembayaran Xendit mengumumkan solusi SaaS teranyar “Xendit Inventory Sync” untuk menyasar penjual online yang berdagang di platform digital. Solusi tersebut merupakan bagian dari ambisi perusahaan yang ingin lebih banyak menggandeng UMKM.
Xendit Inventory Sync merupakan inovasi teknologi multi-channel untuk mengelola stok inventaris produk yang dijual secara online di Tokopedia, Shopee, maupun situs seperti Shopify dan WooCommerce. Dengan demikian, pelaku bisnis dapat lebih mudah memantau jumlah stok di masing-masing kanal dalam satu dasbor yang rapi dan terintegrasi.
Solusi ini hadir karena hampir semua pelaku bisnis di Indonesia menerapkan strategi pemasaran multi-channel agar dapat mengombinasikan saluran penjualan baik di marketplace maupun di website. Layanan e-commerce saat ini sedang dalam masa keemasan karena transaksi yang terus meningkat. Dari 2% di tahun 2016 menjadi 20% di tahun 2020. Diperkirakan, transaksi e-commerce pun bisa mencapai 40% dari total keseluruhan transaksi ritel di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
“Selama ini, pelaku bisnis masih harus melakukan pembaruan stok secara manual, satu per satu di setiap platform. Ini tentu memakan waktu yang tidak sedikit. Karena itulah, kami meluncurkan fitur terbaru Xendit Inventory Sync untuk membantu pelaku bisnis menghemat waktu dan tenaga operasional,” ucap Co-Founder dan CEO Xendit Moses Lo dalam keterangan resmi.
Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Lo menekankan meski inovasi ini bukanlah pertama kalinya di Indonesia, namun produk ini dirancang untuk meningkatkan infrastruktur keuangan digital di Indonesia dengan membantu bisnis terjun ke dunia digital.
Secara umum, sambungnya, yang membedakan Xendit dengan payment gateway lainnya adalah produk sederhana, karena mudah diintegrasikan dan digunakan oleh bisnis dari penjual perorangan, usaha kecil hingga perusahaan besar. Kemudian, kecepatan karena proses pendaftaran dan verifikasi yang mudah dan cepat untuk menggunakan fitur Xendit dan layanan pelanggan yang selalu tersedia 24/7.
Terkait alasan pemilihan situs marketplace Shopee dan Tokopedia. Tak lain karena keduanya merupakan dua platform terbesar di Indonesia, dengan total pengunjung website masing-masing mencapai 90 juta dan 80 juta sepanjang tahun 2020, menurut data iPrice Group & SimilarWeb.
Sementara Shopify dan WooCommerce, Lo menjelaskan bahwa keduanya adalah platform pihak ketiga pertama yang memungkinkan penggunanya berintegrasi dengan Xendit untuk menggunakan fitur gateway pembayaran.
Dengan API terbuka yang mereka sediakan, memungkinkan Xendit untuk membangun dan mengembangkan lebih banyak fitur yang akan meningkatkan pengalaman pengguna mereka. “Xendit mencatat lebih dari 200 pengguna Shopify dan 300 pengguna WooCommerce yang telah mengintegrasikan platform mereka ke fitur gateway pembayaran Xendit.”
Lo menjelaskan Xendit Inventory Sync merupakan produk SaaS independen yang diberikan sebagai nilai tambah untuk para pengguna Shopify dan WooCommerce dan calon pengguna solusi pembayaran Xendit. Pasalnya, calon pengguna yang tertarik dengan solusi ini bisa langsung menggunakan tanpa harus berlangganan fitur solusi pembayaran Xendit.
“Kami juga sedang membangun produk yang akan memberikan nilai tambah bagi proses bisnis bagi merchant dan calon pengguna kami. Yang pertama dari produk solusi non-pembayaran ini adalah Xendit Inventory Sync, yang sejauh ini tidak disediakan oleh payment gateway lain, dan berencana menambahkan lebih banyak platform yang disediakan untuk menjangkau lebih banyak bisnis dan membantu mempermudah proses bisnis mereka,” ucapnya.
Pihaknya juga akan terus memperluas jangkauan Xendit Inventory Sync untuk memfasilitasi integrasi ke lebih banyak platform e-commerce dan website. “Agar kami dapat menjangkau lebih banyak bisnis dan membantu mempermudah proses bisnis mereka”, tutup Lo.
Ragam solusi untuk UMKM
More Coverage:
Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dari 64,2 juta unit UMKM, baru 19% di antaranya yang sudah masuk ke ekosistem digital. Pemerintah sendiri menargetkan 30 juta unit UMKM bisa memasuki ekosistem digital pada 2024.
Tak hanya Xendit, ada banyak perusahaan yang menyediakan ragam solusi untuk permudah jalan masuk UMKM go digital dari berbagai aspek bisnis, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lain-lain. Berikut solusi UMKM yang telah disediakan para pemain startup.