AirAsia Umumkan Rencana Kehadiran Layanan Pesan-Antar Makanan di Indonesia
Segera dirilis pada awal 2022 secara bertahap di kota-kota besar di Indonesia
Bisnis pesan-antar makanan milik Airasia Group, airasia food, segera hadir di Indonesia pada awal tahun depan. Saat ini perusahaan mulai membuka pendaftaran untuk 1.000 mitra kuliner di seluruh Indonesia. Ekspansi ini dimulai pertama kali di Malaysia, kantor pusat AirAsia pada Mei 2020. Selang setahun kemudian, masuk ke Singapura.
Airasia food ini merupakan rangkaian upaya AirAsia Group dalam merambah bisnis digital, setelah airasia ride (ride hailing), airAsia grocer (b2b e-grocery), airasia farm (b2c e-grocery), airasia beauty (e-commerce), airasia health (healthtech), airasia xpress (e-logistics) yang tergabung dalam portofolio di AirAsia Digital, venture arm milik grup yang sebelumnya bernama RedBeat Ventures.
Dalam keterangan resmi, CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan perusahaannya dikenal selalu menghadirkan nilai lebih dan biaya rendah bagi pelanggannya. Hal tersebut kembali dibawa untuk airasia food di Indonesia. “Kami akan menawarkan layanan pesan-antar makanan dengan harga termurah dengan nilai terbaik, dan memastikan mitra merchant kami dapat menghasilkan keuntungan dari layanan kami, bukannya malah merugi,” terang dia, Kamis (23/12).
Fernandes melanjutkan, “Selama ini AirAsia selalu berupaya untuk membuat ekosistem yang lebih adil untuk semua dan menawarkan apa yang diinginkan pasar. Itulah yang sudah kami lakukan di industri penerbangan. Oleh karenanya, nantikan ide-ide baru yang akan kami tawarkan melalui petualangan baru kami di dunia kuliner ini.”
Head of E-Commerce airasia Super App Indonesia Arbi Wienandar menambahkan, pada tahap awal kehadiran airasia food di Indonesia, pihaknya ingin mengundang seluruh pelaku usaha kuliner untuk bergabung menjadi merchant dan menikmati penawaran komisi penjualan dengan nilai menarik selama tiga bulan pertama untuk memaksimalkan profit.
“Selain itu, para pelaku usaha yang telah bergabung pada periode ini juga akan mendapatkan kesempatan ekspos lebih awal ke jutaan pengguna airasia Super App di Indonesia saat peluncuran airasia food nantinya, yang akan kami lakukan secara bertahap di berbagai kota dan akan kami umumkan segera,” ucap Arbi.
Lebih lanjut dia menuturkan, pelaku usaha kuliner yang ingin bergabung dapat mengajukan kemitraan dengan mengisi formulir aplikasi mitra merchant yang tersedia. Kemudian, untuk pelaku usaha yang memiliki beberapa merek kuliner, cabang, franchise, atau beroperasi di beberapa lokasi, dapat mengajukan kemitraan berdasarkan entitas pemilik di setiap lokasi.
airasia food akan menyeleksi mitra merchant berdasarkan lokasi dan jenis kuliner dan akan menghubungi lebih lanjut untuk penandatanganan kerja sama, training, dan onboarding.
Industri pesan-antar makanan di Indonesia
Dalam berbagai riset diungkapkan bahwa potensi bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara begitu menggiurkan. Salah satunya yang diungkapkan oleh Snapcart menyatakan bahwa GrabFood memimpin pasar ini di pasar pertama (Jabodetabek), dan pasar kedua (di Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Purwokerto, Banjarmasin, Samarinda, dan Makassar). Survei ini dilakukan pada Oktober 2021, melibatkan 500 pemilik usaha kuliner dan 570 konsumen pengguna aplikasi pesan-antar makanan.
GrabFood disebutkan menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan merchant dengan pendapatan harian rata-rata tertinggi. Dalam riset tersebut menunjukkan bahwa 82% restoran dan toko makanan dan minuman yang menggunakan GrabFood, diikuti GoFood (71%), dan ShopeeFood (28%).
Kemudian, rata-rata penjualan harian merchant dari penggunaan GrabFood sebesar Rp750 ribu, lebih tinggi 13% dibanding menggunakan GoFood sebesar RpRp670 ribu. Riset juga menemukan rata-rata konsumen menggunakan GrabFood enam kali dalam sebulan, sedang GoFood lima kali dalam sebulan. Rata-rata volume pemesanan melalui GrabFood juga lebih tinggi 11% daripada GoFood.
Meski menggiurkan, jalur untuk menuju profitabilitas terbilang sulit dan butuh waktu yang tidak sebentar. Dari kinerja awal airasia food di Singapura, dalam empat bulan sejak peluncuran resminya, baru menangani 100 pesanan setiap harinya.
Menurut Fernandes, hal tersebut wajar karena perusahaan ingin bangun platform-nya secara bertahan, bahkan belum melakukan strategi marketing yang maksimal. "Grab dan foodpanda tidak secara ajaib mendapatkan semua pesanan itu secara langsung, butuh waktu. Jadi pasti, tapi perlahan, kita akan sampai di sana," kata dia.
More Coverage:
Grab juga masih berusaha memperbaiki kinerja keuangannya. Berdasarkan laporan keuangan Grab per kuartal III 2021, pendapatan susut 9% menjadi $157 juta dari realisasi Juli-September 2020 sebesar $172 juta. Adapun kerugian sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) turun lebih dalam sebesar 66% secara tahunan menjadi $212 juta.
Buruknya EBITDA ini disebabkan karena dampak negatif dari penurunan mobilitas, serta peningkatan biaya perusahaan regional karena Grab banyak berinvestasi untuk pengembangan produk dan investasi teknologi di masa depan. Meski demikian, GMV Grab tercatat tumbuh 32% secara tahunan menjadi $4,04 miliar. GMV dari bisnis pengiriman tumbuh 63% menjadi $2,3 miliar, mampu mengimbangi penurunan 30% dari GMV di ride hailing menjadi $529 juta.
Kendati begitu, pendapatan Grab diproyeksi akan membaik pada akhir 2023 dengan pendapatan menjadi $2,5 miliar, namun masih merugi sebesar $648 juta. Menurut S&P, EBITDA Grab akan tetap negatif secara material hingga 2022. Namun, pendapatan bersih berpotensi meningkat 18% secara majemuk setiap tahun hingga 2023. Faktornya dikarenakan meningkatnya jumlah pengguna aktif, normalisasi ekonomi regional dari Covid-19, dan brand awareness terhadap merek Grab.
Sign up for our
newsletter