1. Startup

Antler Kucurkan Pendanaan Pre-Seed Rp75 Miliar ke 37 Startup

Investasi Antler difokuskan melalui hipotesis verticalized AI, industri 4.0, dan hiperlokal

Antler mengumumkan putaran investasi pre-seed senilai $5,1 juta (setara dengan Rp75 miliar) kepada 37 startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Portofolio binaan Antler mencakup 19 sektor, mulai dari AI, SaaS, fintech, hingga healthtech. Ada 7 startup Indonesia yang mendapatkan pendanaan ini, 6 di antaranya lulusan program residensi dan 1 di antaranya adalah startup yang mendapatkan pendanaan eksternal.

Investasi ini juga menandai komitmen awal dan jejak Antler di Malaysia, sebagai bagian dari kemitraan strategisnya dengan lembaga Dana Kekayaan Negara Khazanah.

Antler juga mengklaim, ini merupakan transaksi investasi pre-seed tertinggi dalam satu putaran pendanaan di Asia Tenggara, menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung generasi entrepreneur digital di kawasan ini.

Co-founder & Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara mengakui bahwa masih banyak startup tahap awal yang potensial di Asia Tenggara. Hal ini membuat Antler tetap konsisten berinvestasi pada pendanaan di tahap awal, terutama pada startup yang bergerak di bidang AI bervertikalisasi (verticalized AI) dan industri 4.0.

“Melalui pendanaan ini, kami berupaya untuk membantu para founder membangun fondasi yang kuat untuk model bisnis berkelanjutan, dan mendorong inovasi jangka panjang dalam ekosistem teknologi global yang lebih luas,” ujar Jussi.

Hipotesis di bidang AI

Perkembangan AI akan memasuki babak baru di tahun 2024, terutama karena solusi AI akan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di masing-masing industri. Kita akan melihat pergeseran bisnis yang lebih besar ke arah verticalized AI, terutama di bidang media, manajemen pelanggan, dan integrasi Large Language Model (LLM). Sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini telah memanfaatkan kekuatan verticalized AI.

Adapun startup Indonesia yang turut diinvestasi atas dasar hipotesis ini adalah Lunash, yakni solusi berbasis AI untuk meningkatkan kinerja penagihan utang dari hulu ke hilir, mulai dari sebelum kredit macet hingga pemulihan.

Tim pengembang Lunash / Antler

Hipotesis di bidang industri 4.0

Selain AI, Antler juga berfokus pada bisnis industri 4.0. Hipotesisnya, walaupun era Industri 3.0 awalnya didorong oleh sektor manufaktur, teknologi peninggalannya kini memiliki potensi besar untuk mentransformasi perubahan di semua sektor industri.

Prinsip-prinsip utamanya, seperti keterhubungan, pembuatan keputusan berbasis data, dan automasi kini banyak digunakan di sektor nondigital seperti konstruksi, transportasi, dan layanan kesehatan. Sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini bergerak di Industri 4.0.

Adapun sejumlah startup lokal di bidang ini yang diinvestasi Antler adalah DASH, AssetFindr, Konstruksi.AI, Ternakin, dan YOBO. Berikut masing-masing deskripsi startup tersebut:

  • DASH: Solusi logistik ramah-lingkungan untuk pelaku bisnis, menawarkan penyewaan kendaraan listrik untuk membangun armada kendaraan listrik terbesar di Indonesia untuk layanan pengiriman on-demand.
  • AssetFindr: Ekosistem pemeliharaan aset menyeluruh yang menyediakan real-time insight, manajemen risiko tingkat lanjut, dan pengambilan keputusan berdasarkan data.
  • Konstruksi.AI: Solusi SaaS bagi perusahaan konstruksi dan kontraktor untuk membuat sistem alur kerja dokumen yang efisien dan quality control secara real-time.
  • Ternakin: Solusi IoT bagi petani ikan untuk meningkatkan produktivitas dengan mengoptimalkan pemanfaatan kolam dan meningkatkan efisiensi pengadaan stok.
  • YOBO: Solusi CRM Penjualan dan otomatisasi penjualan yang dapat mengidentifikasi pelanggan bernilai tinggi. Khusus YOBO, ini adalah pendanaan eksternal diberikan ke Antler -- startup ini tidak mengikuti Residency Program dari Antler.

Hipotesis untuk solusi hiperlokal

Selanjutnya, Antler juga fokus berinvestasi di startup Asia Tenggara yang membangun solusi hiperlokal dengan skalabilitas global. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi digital global mencapai $17,5 triliun pada tahun 2025, gelombang baru startup mulai bermunculan di Asia Tenggara.

Startup-startup ini mengembangkan produk digital yang memenuhi kebutuhan hiperlokal di Asia Tenggara – sambil tetap mempertahankan potensi untuk berekspansi ke pasar global. Ada banyak peluang pertumbuhan di sektor seperti fintech, komunikasi, operasional bisnis, dan sebagainya. Berbagai solusi yang relevan dengan keadaan lokal namun dapat diekspansi ke masyarakat global pun sedang dikembangkan.

More Coverage:

Founder SPUN / Antler

Salah satu startup Indonesia di bidang ini yang turut diinvestasi adalah SPUN. Mereka mengembangkan platform pembuatan dan pengelolaan izin untuk wisatawan non-wisata, memanfaatkan AI dan otomatisasi untuk menyederhanakan dan mempercepat proses perizinan untuk kebutuhan profesional di seluruh dunia.

“Dinamika pasar Indonesia yang unik menawarkan peluang besar bagi para pelaku startup. Itulah mengapa kami di Antler berkomitmen untuk mengumpulkan talenta-talenta terbaik bangsa untuk membangun karya yang hebat. Kami bekerja sama dengan para founder yang tidak hanya didorong oleh modal (capital), tetapi juga berambisi kuat untuk menjadi bagian dari komunitas inovator dan orang-orang dengan visi yang sama – yang akan menciptakan perbedaan nyata, baik secara lokal maupun global,” kata Partner Antler Indonesia Agung Bezharie.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again