Daftar Startup yang Kolaps Sepanjang Paruh Kedua 2020
Datang dari lintas industri
Pandemi yang belum berakhir menambah rentetan startup yang kolaps sepanjang semester II 2020. Meskipun demikian, pandemi bukanlah satu-satunya alasan kuat dibalik tutupnya startup ini.
Ada faktor lain yang menghantui, misalnya belum memiliki product market fit sehingga gagal mencapai bisnis yang berkelanjutan, kesalahan strategi perusahaan, atau masih banyak lagi.
Apapun itu, langkah menutup startup memiliki pertanggungjawaban yang harus diselesaikan ke investor, pegawai, dan stakeholder lainnya. DailySocial pernah menuliskan apa saja yang harus diselesaikan saat startup menutup bisnisnya.
Menurut catatan DailySocial, setidaknya ada lima startup yang menutup operasionalnya di Indonesia di paruh kedua tahun ini. Berikut ini daftarnya:
1. Sorabel
Penutupan Sorabel cukup mengejutkan, karena perusahaan sudah berada di later stage dan terakhir mengantongi pendanaan Pra Seri C pada Mei 2019 dari sejumlah investor. Kejora Ventures adalah salah satunya.
Mereka efektif tutup per 30 Juli 2020. Manajemen menyebutkan perusahaan telah melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan perusahaan, tapi gagal dan dengan berat hati menempuh jalur likuidasi.
Meski sudah dinyatakan tutup, Sorabel tidak benar-benar habis. Tim eks-Sorabel beralih ke startup e-logistics Swift Logistics yang kabarnya didirikan oleh para pendiri Sorabel. Swift memanfaatkan gudang eks Sorabel yang berlokasi di Cawang, Jakarta.
2. Ciayo
Ciayo, platform komik digital yang dikembangkan pengembang lokal, resmi tutup pada 30 Juli 2020. Meski alasan penutupan tidak dijelaskan, kehadiran platform sejenis dari perusahaan besar menimpulkan kompetisi yang lebih sengit, seperti LINE Webtoon atau KakaoPage.
Co-Founder Tjahjadi Handaja menyampaikan ia telah membangun Ciayo kurang lebih lima tahun hingga memiliki 160 orang karyawan. Perusahaan bermula sebagai platform social media virtual, lalu pivot menjadi aplikasi komik online dan melebarkan sayap ke game online pada 2016.
3. Blanja
Blanja resmi tutup terhitung pada 1 September 2020 setelah beroperasi selama enam tahun. Pihak Telkom, selaku induk dari Blanja, berdalih penutupan ini adalah bagian dari transformasi bisnis e-commerce di perseroan. Telkom hanya akan fokus pada bisnis e-commerce di segmen korporasi dan UMKM melalui transaksi B2B.
Positioning Blanja yang fokus pada B2B/C2C kurang menawan dibandingkan kompetitor. Menurut riset iPrice, per kuartal II 2020, posisi Blanja ada di peringkat 16.
4. Infokost
Setelah beroperasi selama 12 tahun, Infokost, startup listing properti indekos, resmi tutup pada 31 Desember 2020 mendatang. Sebelumnya, Infokost menyediakan lebih dari 20 ribu listing hunian berisi informasi lengkap, mulai dari data dan kelengkapan fasilitas di hunian, fasilitas umum seperti lokasi ATM dan minimarket, hingga peta lokasi.
Untuk aplikasi, mereka menyediakan aplikasi IbuKost untuk manajemen properti bagi pemilik atau pengelola kost. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur manajemen penghuni, layanan beriklan, menerima pemesanan/booking kamar, kontrol terhadap hunian dan penghuni, dan data statistik hunian.
5. Zomato Indonesia
Zomato, startup food discovery dari India, hengkang dari Indonesia (dan beberapa negara lainnya) karena ingin melakukan penyesuaian bisnis. Fitur berbayarnya, yakni Zomato Pro atau Zomato Gold, dihentikan.
Meski tim operasional dibubarkan, layanan dasar Zomato (direktori restoran) tetap bisa diakses di Indonesia, namun operasionalnya dikerjakan secara remote dari India. Di negara asalnya, perusahaan gencar dengan model bisnis sebagai jasa antar makanan.
Sign up for our
newsletter