Investree Lakukan Restruktrisasi, SBI Holdings Suntik Dana Penyelamatan Rp109 Miliar
SBI Holdings adalah investor lama Investree, yang direncanakan akan turut menyuntik pendanaan seri D bersama JTA Holdings
Setelah mengalami isu serius akibat mismanajemen, investor terdahulu Investree dikabarkan 'gotong-royong' menyelamatkan startup fintech lending tersebut dengan memberikan pendanaan baru. Menurut sumber DealStreetAsia, saat ini salah satu investor mereka SBI Holdings telah menyuntikkan dana $7 juta atau senilai 109,5 miliar Rupiah.
Adapun $4,5 juta di antara telah digunakan untuk membayar tanggungan perusahaan, termasuk gaji, pajak, utang, dan biaya lainnya. Sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan legal, asuransi, dan sewa.
Amunisi tambahan tersebut dicairkan setelah Adrian Gunadi hengkang dari jabatannya sebagai CEO pekan lalu. Adrian diduga melakukan pelanggaran karena mengalihkan dana perusahaan ke rekening pribadinya dan menggunakan nama perusahaan untuk melakukan penjaminan di luar ketentuan.
Salah satu pendiri Investree, Kok Chuan Lim, sebelumnya juga mengatakan bahwa perusahaan akan melakukan restrukturisasi masif guna menjaga keberlangsungan dan membuatnya menjadi sehat kembali. Terlebih kini Investree juga tengah dipantau OJK setelah ada dugaan fraud --- juga akibat TKB90 yang berada di bawah rata-rata. Mengingat banyak lender yang komplain dananya tidak bisa ditarik.
TKB90 adalah tingkat keberhasilan penyelenggara P2P Lending dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjaman di rentang 90 hari sejak jatuh tempo. Adapun Investree memiliki TKB90 di ambang 83,56%, sementara rata-rata pemain fintech lending lainnya di atas 97%.
Investree sendiri sudah terdaftar di OJK sebagai fintech lending sejak Mei 2017. Melalui aplikasi marketplace lending miliknya, ia memfasilitasi penyaluran pinjaman (ritel dan institusi) kepada pelaku UMKM dan individu di sektor produktif. Sejauh ini mereka telah menyalurkan dana Rp14,53 triliun ke lebih dari 93 peminjam (individu dan institusi).
Saat kondisi masih baik-baik saja
Sejak 2021, fokus Investree adalah ekspansi regional, bahkan sebelumnya mereka berhasil mengantongi lisensi dari Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand (SEC) untuk memberikan layanan pembiayaan ke UMKM setempat. Di Filipina Investree juga mendapati nasib baik yang sama, mereka berhasil mengantongi izin dari otoritas setempat. Atas performanya, sejumlah institusi keuangan global menyuntikkan pendanaan debt untuk meningkatkan nilai penyaluran dana, salah satunya Rp142 miliar dari responsAbility.
Pengembangan produk tak kalah dikebut, setelah matang dengan layanan pinjaman produktif, Investree perluas lini produk ke segmen pembiayaan pengadaan bekerja sama dengan sejumlah mitra. Kemudian, layanan syariah juga sempat diluncurkan bahkan ada kabar akan di-spin off jadi badan usaha tersendiri. Rencana masuk ke bank digital sempat digemborkan pasca perusahaan mencaplok 18,4% saham Amar Bank.
Investree juga sempat berinvestasi ke startup fintech pembayaran OY! dan bentuk joint venture. Tujuannya untuk memperluas ekosistem layanan finansial menjadi lebih komplit.
More Coverage:
Di luar pendanaan debt yang didapat, Investree juga telah membukukan pendanaan ekuitas dari sejumlah pemodal. Hingga putaran seri C, Investree berhasil bukukan dana $31,7 juta dengan kisaran valuasi $200 juta. Adapun jajaran investor mereka termasuk Kejora, SBI, MUFG, BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Endeavor, dan beberapa lainnya.
Tahun 2022 kemudian Investree melanjutkan penggalangan dana dengan JTA Holdings diumumkan sebagai lead untuk putaran seri D. Komitmen investor akan menyuntikkan dana 200 juta Euro atau setara 3,6 triliun Rupiah. Sayangnya, menurut kabar yang beredar, dana tersebut tak kunjung cair sampai awal tahun 2024 ini, menjadikan perusahaan harus memperketat runway.
Sign up for our
newsletter