Laporan EY: IPO di Asia Pasifik Mengalami Penurunan Signifikan di H1 2024
Indonesia mencatat penurunan tajam dengan hanya 25 IPO yang menghimpun dana $251,6 juta, turun 43% dalam jumlah dan 89% dalam nilai dana yang dihimpun
Wilayah Asia-Pasifik mengalami penurunan tajam dalam aktivitas penawaran umum perdana (IPO) selama semester pertama tahun 2024. Menurut laporan terbaru dari EY Global IPO Trends Q2 2024, jumlah IPO turun sebesar 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan total dana yang dihimpun menurun drastis sebesar 73%.
Faktor Penyebab Penurunan
Berbagai tantangan ekonomi dan geopolitik menjadi penyebab utama penurunan ini. Ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, perlambatan ekonomi di beberapa negara utama, serta peningkatan suku bunga telah membuat para investor lebih berhati-hati. Dampak ini paling terasa di Tiongkok dan Hong Kong, di mana regulasi yang lebih ketat dan masalah likuiditas telah meredam aktivitas IPO.
Analisis regional berdasarkan pasar:
- Tiongkok Daratan dan Hong Kong: Tiongkok Daratan mencatat penurunan terbesar di wilayah ini, dengan jumlah IPO turun 75% dan dana yang dihimpun anjlok 85%. Meskipun demikian, sejak Februari 2024, pasar saham A-share menunjukkan tanda-tanda pemulihan berkat kebijakan regulasi yang lebih ketat dan valuasi pasar yang lebih efisien. Hong Kong juga mengalami penurunan jumlah IPO sebesar 7% dan dana yang dihimpun turun 34%.
- ASEAN: Pasar IPO di ASEAN juga mengalami penurunan, dengan Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai pasar paling aktif. Indonesia mencatat penurunan tajam dengan hanya 25 IPO yang menghimpun dana US$251,6 juta, turun 43% dalam jumlah dan 89% dalam nilai dana yang dihimpun. Meskipun demikian, stabilitas politik dan ekonomi di kawasan ini menawarkan alternatif yang menarik bagi perusahaan yang menghadapi iklim global yang tidak pasti.
- Jepang: Pasar IPO Jepang mengalami penurunan moderat dalam jumlah daftar baru dengan total 37 IPO, turun 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, sektor teknologi menunjukkan ketahanan dengan beberapa IPO signifikan yang mencerminkan potensi pertumbuhan di masa depan. Jepang juga melihat peningkatan dalam sektor teknologi penerbangan dengan beberapa startup yang berpotensi melakukan IPO di paruh kedua tahun ini.
- Korea Selatan: Pasar IPO Korea Selatan menunjukkan penurunan, namun industri-industri tertentu seperti industri berat menunjukkan ketahanan. IPO terbesar berasal dari unit perbaikan kapal dari konglomerat pengapalan terbesar di negara ini, yang merupakan IPO terbesar sejak 2022.
- Australia dan Selandia Baru: Aktivitas IPO di Australia dan Selandia Baru tetap rendah karena kondisi ekonomi yang tidak menentu, meskipun ada minat yang tumbuh dalam inovasi AI dan IPO terkait energi. Peraturan baru mengenai pengungkapan terkait iklim dan potensi "greenwashing" juga mempengaruhi keputusan IPO di sektor ini.
Prospek Masa Depan
Meskipun mengalami penurunan, terdapat tanda-tanda optimisme di wilayah Asia-Pasifik dengan tren ekonomi yang positif, perubahan regulasi, dan dinamika geopolitik yang berkembang. Para calon IPO harus siap untuk memanfaatkan jendela peluang yang cepat berlalu dengan menyusun cerita ekuitas yang menarik bagi investor.
Perusahaan di Asia-Pasifik cenderung mempertimbangkan opsi listing lintas batas untuk mengakses pasar baru, meningkatkan valuasi, dan meningkatkan profil merek, terutama untuk perusahaan teknologi yang berencana go public di AS.
Dengan pemulihan ekonomi yang bertahap dan kebijakan moneter yang lebih mendukung, wilayah Asia-Pasifik diharapkan dapat melihat peningkatan aktivitas IPO di paruh kedua tahun ini, meskipun ketidakpastian geopolitik dan ekonomi tetap menjadi tantangan utama.
-
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten
Sign up for our
newsletter