Mengenal Layanan Omnichannel "Aloshop" Besutan Shipper
Rebranding dari "Atoor", menawarkan platform omnichannel dan e-commerce enabler
Memasuki tahun kelima beroperasi, Shipper semakin memperluas jangkauan bisnisnya. Tidak hanya berperan sebagai agregator logistik dan manajemen pergudangan, perusahaan juga menyediakan platform omnichannel dan e-commerce enabler melalui Atoor yang kini berganti nama menjadi Aloshop.
Awalnya, Atoor didesain sebagai layanan Omnichannel Management System (OCMS) untuk memudahkan pelaku usaha mengatur aktivitas penjualan di marketplace secara terintegrasi, mulai dari pengaturan informasi produk dengan mengganti deskripsi produk, merevisi harga produk, mengunggah foto produk, pengaturan pesanan, hingga pengelolaan stok inventor dalam satu platform.
Seiring berkembangnya layanan, Atoor rebranding menjadi Aloshop yang menawarkan dua produk utama. Pertama, solusi omnichannel yang efisien dan kaya fitur untuk membantu mengelola stok, pesanan, dan produk di berbagai saluran penjualan. Fitur ini cocok untuk bisnis skala kecil yang mengelola total pesanan berkisar 20-300 per hari dengan 2-5 admin.
Kedua, layanan e-commerce enabler yang membantu aktivasi bisnis online dari ujung ke ujung. Layanan ini sudah termasuk konsultasi untuk e-commerce, operasional toko, dan strategi pemasaran. Fitur ini didesain untuk bisnis berskala lebih besar dengan jumlah pesanan lebih dari 300 per hari. Kedua produk ini juga dilengkapi akses logistik dan pengadaan dari Shipper.
Sejak diluncurkan pada Januari 2022, Aloshop telah menghubungkan lebih dari 1.500 toko online dan membantu ratusan penjual menghemat lebih banyak waktu dan sumber daya, sehingga mereka dapat fokus dalam penjualan dan pengembangan bisnis.
Di Indonesia, potensi bisnis e-commerce enabler terbilang menggiurkan. Sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy SEA Report 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce.
Di ranah e-commerce enabler, beberapa pemain yang juga menawarkan solusi serupa Aloshop, termasuk aCommerce, SIRCLO, dan JetCommerce.
Chief Customer Officer Aloshop Craig Wheeler dalam wawancara terpisah juga mengungkapkan bahwa pengguna software saat ini sudah sekitar 300. Untuk saat ini, perusahaan menargetkan pertumbuhan lebih dari 2.000 merchant per akhir tahun ini baik yang menggunakan Platform Omnichannel, maupun Jasa E-commerce Enabler.
Omnichannel mulai bangkit
Pada dasarnya, omnichannel merupakan sebuah strategi tahap lanjut dari multichannel, sehingga penggunanya dapat mengetahui perkembangan bisnis secara real time. Strategi ini menggabungkan berbagai saluran komunikasi ke dalam satu bentuk antarmuka secara universal serta memungkinkan interaksi perusahaan dengan konsumen sehingga tercipta garis waktu yang komprehensif.
Omnichannel kerap digunakan dalam bisnis ritel, karena strategi ini memudahkan pelanggan dalam mencari informasi terkait barang yang dijual. Strategi ini memiliki fokus untuk memberikan pengalaman pelanggan tanpa batas, saat berbelanja secara online melalui perangkat seluler, laptop, maupun secara offline di toko fisik.
Saat ini, penggunaan omnichannel yang sering ditemui adalah akun-akun toko online di Instagram yang menghubungkan akunnya dengan toko online mereka di berbagai marketplace atau website. Tujuannya, agar konsumen yang mengetahui produk mereka dapat langsung terhubung ke channel penjualan yang berbeda.
Sepanjang pandemi, strategi omnichannelsempat mengalami penurunan akibat terhambatnya aktivitas offline. Aktifitas di ruang online dianggap sebagai normal yang baru. Namun, seiring dicabutnya aturan PPKM, masyarakat kembali beraktivitas layaknya pra-pandemi, seperti bekerja ke kantor, pergi ke mal, dan makan di restoran.
Meskipun begitu, hal ini tidak menurunkan minat masyarakat untuk berbelanja secara offline. Menurut survei yang dilakukan oleh Dataindonesia.id pada periode 25 Agustus-10 September 2022, mayoritas atau 43,2% responden menyatakan frekuensi belanja online mereka tidak berubah saat ini dibandingkan ketika kasus Covid-19 masih tinggi. Hal ini semakin menguatkan hipotesis terkait strategi omnichannel sebagai masa depan industri ritel.
More Coverage:
Menurut keterangan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, 90% dari anggotanya telah mengadopsi strategi omnichannel. Akan tetapi, sebagian besar peritel fisik di seluruh Indonesia masih tidak memiliki keahlian dan sumber daya internal yang memadai maupun investasi teknologi yang substansial untuk menjalankan model ritel omnichannel secara efektif.
Dalam menjalankan model ini, dibutuhkan usaha yang berkelanjutan untuk menciptakan nilai tambah agar tetap unggul. Oleh karena itu, hanya sejumlah kecil peritel besar yang mampu menerapkan inisiatif omnichannel. Di Indonesia sendiri, beberapa pemain e-commerce sudah menerapkan strategi ini, termasuk Blibli dan Sociolla.
Sign up for our
newsletter