Mungkin Sekarang Momentum ShopeePay
Shopee memperluas layanan fintech-nya ke pinjaman tunai untuk konsumer “ShopeePinjam”
Shopee semakin rajin sesumbar beragam pencapaian uang elektroniknya ShopeePay kepada publik. Mulai dari bertambahnya kemitraan dengan OttoPay, KFC, McDonald’s, JNE, dan telah terhubung dengan 3,7 juta merchant QRIS di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data perusahaan, 80% dari jumlah total pembelian menggunakan pembayaran digital, didominasi kelompok usia 18-34 tahun. Pengguna ShopeePay sendiri mayoritas diminati oleh kaum laki-laki yang pertumbuhannya selama setahun terakhir naik 35% dibandingkan pertumbuhan pengguna perempuan. Mereka tersebar di kota-kota seputaran Jakarta, Banten, dan Jawa Timur.
Ditinjau dari segi fitur, cakupan ShopeePay tergolong masih umum. Mulai dari isi saldo dari transfer bank/minimarket, transfer dana antarpengguna, tarik saldo ke rekening bank, dan scan QR untuk pembayaran di merchant offline. Fitur dasar yang pasti ada di semua pemain uang elektronik.
Poin paling menonjol di sini adalah kekuatan dari bisnis e-commerce untuk menarik aktivitas transaksi ShopeePay. Baik Shopee dan Tokopedia saling salip menyalip menduduki posisi teratas sebagai platform marketplace di Indonesia.
Dari temuan iPrice per kuartal kedua kemarin, Shopee menempati posisi pertama untuk aspek kunjungan bulanan dan ranking di AppStore dan PlayStore. Situs dan aplikasi Shopee dikunjungi oleh 93,4 juta kali, sementara Tokopedia 86 juta kali. Apa yang dicapai keduanya belum ada separuh dari pencapaian pemain lainnya seperti Bukalapak, Lazaada, dan Blibli.
Komponen uang elektronik menjadi aspek penting untuk mendorong transaksi di dalam platform, berkat didukung kemudahan dan gratis ongkos kirim yang terus konsisten sejak awal mereka beroperasi. Beban pemasaran ini dijalankan untuk mewujudkan strategi perusahaan menangkap peluang pertumbuhan pasar, walau dibayar dengan rapor merah di laporan keuangan perusahaan.
Dalam laporan keuangan Sea Group pada tahun lalu, transaksi GMV di Shopee tercatat $17,6 miliar, namun kerugian induk justru melebar. Kerugian grup meningkat dari $961 juta menjadi $1,46 juta. Penyebabnya adalah kenaikan total biaya penjualan dan pemasaran naik 37,5% menjadi $969,5 juta, bisnis e-commerce naik 27% dan hiburan 59%.
Shopee mengulang strategi gratis ongkos kirimnya tersebut untuk pengguna yang bertransaksi apabila menggunakan ShopeePay dan ShopeePayLater.
Terus perluas lini fintech
Di bawah badan hukum PT Airpay International Indonesia, selaku pemegang lisensi uang elektronik ShopeePay, manuver Shopee terus berlanjut memperkenalkan ShopeePayLater untuk pinjaman berbasis konsumsi. Produk ini dikelola oleh PT Lentera Dana Nusantara (LDN) yang berlisensi sebagai p2p lending.
Data yang diakses per kemarin (4/8), diungkapkan LDN telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp1,31 triliun secara akumulatif sejak berdiri di 2018. Pada tahun ini saja, total pinjaman tersalurkan sebesar Rp364 miliar. Peminjamnya mencapai 1,27 juta orang dan 850 ribu diantaranya adalah peminjam aktif. TKB90-nya adalah 94,34%.
Kenaikannya cukup drastis dibandingkan per 18 November 2019 sebesar Rp88,3 miliar. Untuk peminjamnya mencapai 102.971 orang, dengan 81.423 orang adalah peminjam aktif.
Merasa sukses dengan pencapaian tersebut, Shopee perluas brand uang elektroniknya tersebut untuk menyediakan pinjaman tunai (cash loan) bernama ShopeePinjam yang mulai diperkenalkan pada tahun ini. DailySocial menghubungi tim Shopee untuk meminta komentarnya tapi sampai berita ini diturunkan belum ada respons yang diberikan.
Bila menelusuri lebih jauh, Shopee memperluas cakupan mitra fintech sebagai source of fund. Sekarang untuk ShopeePayLater juga disediakan dari LDN, juga PT Commerce Finance, sebuah perusahaan pembiayaan lokal yang menyebut dirinya terafiliasi oleh Shopee Indonesia dari laman LinkedIn-nya.
Untuk produk ShopeePinjam, sumber dana pinjaman akan berasal dari LDN. Awalnya produk ini diperuntukkan buat para merchant online yang membutuhkan modal usaha, sekarang diperluas untuk konsumen individu pada tahun ini.
Limit yang bakal diterima tiap individu akan berbeda, tergantung profil risiko masing-masing. Ada yang Rp1,2 juta atau Rp5 juta. Untuk mengaktifkan fitur ini, peminjam cukup memasukkan nomor telepon untuk dikirimkan kode verifikasi melalui SMS. Kemudian mengisi dua kontak darurat dan memverfikasi wajah secara online.
Begitu data sudah dimasukkan, akan ada notifikasi pengajuan aktiviasi sedang diproses. Bila disetujui, peminjam akan menerima pesan pop up. Jika ingin mencairkan dana, peminjam dapat mengajukan nominal dana sesuai kebutuhan mereka dan tenor pinjamannya. Nanti dana akan ditransfer ke rekening yang digunakan. Tidak ada bunga yang ditetapkan, melainkan biaya penanganan sampai 3% per transaksi.
Fitur teranyar ini baru bisa dinikmati oleh pengguna terpilih Shopee. Besar kemungkinannya, mereka yang dapat mengajukan punya catatan kredit yang baik, dalam artian tidak pernah menunggak pinjaman ShopeePayLater.
More Coverage:
Momentum Shopee memperluas lini fintech-nya sejalan dengan posisinya sebagai pemimpin pasar di Indonesia. Dengan mendorong kebiasaan baru menggunakan metode pembayaran dari mereka sendiri, diharapkan dapat meningkatkan loyalitas konsumen.
Pasalnya melekatkan uang elektronik ke platform e-commerce menjadi barang penting yang harus ada. Bila melihat dari kondisi pemain saat ini, tidak ada yang tidak terhubung dengan uang elektronik.
Terlebih itu, perjalanan ShopeePay sepertinya belum berakhir di sini. Mereka belum menjadi aplikasi tersendiri. Ini bisa menjadi keuntungan sekaligus kerugian. Selain simpel tidak perlu unduh aplikasi tambahan, perusahaan perlu memikirkan pengalaman konsumen saat menggunakannya apakah responsif dan intuitif atau tidak.
Ketika kenyamanan itu ada, ShopeePay otomatis bisa mengejar ketertinggalannya.
Brand ShopeePay juga belum memiliki porsi besar di kalangan masyarakat, salah satunya divalidasi dalam riset DSResearch "Fintech Report". Pada tahun lalu, aplikasi uang elektronik yang paling banyak digunakan responden adalah Gopay (83,3%), Ovo (81.4%), Dana (68,2%), dan LinkAja (53%). Berikutnya diikuti oleh Doku, Jenius, Paytren, iSaku, Sakuku, dan Uangku.
Sign up for our
newsletter