New Energy Nexus Umumkan Pendanaan Pertama, Fokus pada Startup Energi Terbarukan di Indonesia
Investasi perdana pada PT Bina Usaha Lintas Ekonomi (BLUE)
Lembaga non-profit global New Energy Nexus resmi mengumumkan debut pendanaan di Indonesia kepada PT Bina Usaha Lintas Ekonomi (BLUE), sebuah startup di bidang energi terbarukan dengan nilai pendanaan yang tidak disebutkan.
BLUE menyediakan solusi satu atap untuk barang dan jasa energi terbarukan melalui marketplaceWarung Energi. Selain itu, BLUE juga mengembangkan solusi B2B energi surya untuk sistem energi surya secara komersial, industrial, maupun tersentralisasi bagi wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia.
Adapun, BLUE berpartisipasi pada program inkubasi Smart Energy pada akhir 2019 dan berlanjut ke program akselerasinya di 2020.
Dalam keterangan resminya, Direktur Investasi New Energy Nexus Indonesia Yeni Tjiunardi mengungkapkan bahwa pendanaan perdana ini sekaligus menandakan peluncuran program "Indonesia 1 Fund". Fokusnya adalah membuka pintu terhadap startup energi terbarukan di Indonesia, dari di tahap seed hingga seri A.
Indonesia 1 Fund akan difokuskan untuk sepuluh area utama, antara lain renewable energy, smart grid, energy efficiency, energy management, customer experience, e-mobility, business model innovation, Internet of Things (IoT) & digitization, serta energy access & energy storage.
Sementara, CEO BLUE Abu Bakar Abdul Karim Almukmin mengatakan bahwa pendanaan ini digunakan untuk memperkuat fondasi perusahaan agar dapat menopang perkembangan strategis yang akan dilakukan selama dua tahun ke depan.
Berupaya menutup gap investasi energi terbarukan di Indonesia
Dihubungi DailySocial secara terpisah, Yeni mengungkapkan bahwa sejak hadir di Indonesia pada 2018, New Nexus Energy telah memiliki 35 startup yang berpartisipasi lewat program inkubasi dan akselerasi Smart Energy. Satu di antaranya, BLUE, telah memperoleh pendanaan komersial dan lima startup lainnya telah menerima grant.
Sesuai misinya, New Nexus Energy mendukung pelaku usaha di bidang clean energy melalui pendanaan dan program akselerasi. Diawali di California, Amerika Serikat (AS), kini New Energy Nexus juga memperluas cakupan program dan investasinya di Tiongkok, India, Asia Tenggara, dan Afrika Timur.
Kendati demikian, Yeni menilai bahwa masih ada banyak persepsi bahwa investasi pada usaha di bidang ini sulit untuk bisa profitable, atau anggapannya baru terealisasi dalam jangka waktu yang panjang. Persepsi ini membuat jumlah investor peminat menjadi terbatas.
Maka itu, New Energy Nexus berupaya menjembatani gap investasi di early stage yang dihadapi para startup ini, investor saling menunggu siapa yang akan mengambil langkah pertama. "Padahal, sama seperti early stage investment di bidang lainnya, yang membedakan kesuksesan dan perjalanan bisnis setiap perusahaan adalah kemampuan eksekusi dan pemahaman pasar dari tim tersebut," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa situasi pandemi menjadi momentum bagi setiap orang untuk berpikir tentang inovasi dan alternatif dari bisnis pada umumnya. Dengan situasi ini, ia melihat semakin banyak pihak memahami dan meyakini potensi ekonomi dari energi terbarukan.
"Investasi ini dapat membantu mempercepat transisi Indonesia ke sistem ekonomi berbasis energi terbarukan," tuturnya.
More Coverage:
Mengingat baru debut pendanaan, saat ini pihaknya berupaya memberikan dukungan berkesinambungan. Pihaknya juga berencana menerapkan pengukuran efektivitas dampak dengan mengacu pada pengalamannya berinvestasi di California dan India.
Saat ini, pihaknya sedang melakukan outreach melalui sejumlah program, yaitu Connex Energy Meetup, (RE)Charge Series Bootcamp, serta program inkubasi dan akselerasi Smart Energy. Penjaringan dilakukan hingga pertengahan November 2020, dengan sesi cohort dimulai pada kuartal keempat 2020.
"Hipotesis kami mengacu pada identifikasi hingga eksekusi model bisnis sesuai kondisi pasar yang punya peluang keberhasilan besar. Tentu kami lihat komposisi tim dan potensi impact (lingkungan, ekonomi, livelihood). Tujuan utama kami memberi dukungan agar mereka bisa berkembang dan menjadi profitable. Mereka bisa memberikan dampak dengan mengadopsi bisnis berbasis low carbon economy." Tutupnya.
Sign up for our
newsletter