[Data Interaktif] Pendanaan Startup Indonesia Q1 2021 Naik 2 Kali Lipat, Bukukan Rp8 Triliun
Ragam startup fintech masih mendominasi jumlah transaksi
Tahun 2021 bisa dikatakan sebagai titik balik kebangkitan industri setelah berbulan-bulan dihantam distraksi akibat pandemi. Bebarengan dengan distribusi vaksin yang makin masif untuk mencegah penularan Covid-19, berbagai tatanan bisnis kembali menapaki jalur pertumbuhannya. Tak terkecuali di ekosistem startup Indonesia.
Di antara berbagai variabel yang dapat dijadikan patokan penilaian, transaksi pendanaan menjadi salah satu yang kami rasa cukup relevan. Cukup beralasan, setiap investor memiliki hipotesis yang sangat ketat – baik penilaian dari fundamental bisnis, hingga kondisi makro perekonomian nasional – sehingga meyakinkan mereka untuk meletakkan uangnya ke sebuah bisnis.
Dari catatan tim riset kami, sepanjang Q1 2021 terdapat 40 transaksi pendanaan startup Indonesia, membukukan dana [dari 24 transaksi yang nilainya diumumkan] senilai $554,7 miliar atau setara 8 triliun Rupiah. Nilai tertinggi didapatkan oleh putaran seri B SiCepat dengan total nilai mencapai $170 juta, disusul pendanaan seri A ajaib yang membukukan dana total $90 juta [gabungan dari Seri A dan Seri A+].
Menyusuri lebih dalam, sepanjang awal tahun ini pendanaan awal masih mendominasi. Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini seri A jumlahnya lebih banyak [16 transaksi] dibandingkan dengan seed funding [12 transaksi].
Dibandingkan periode yang sama di dua tahun sebelumnya, secara nilai dan kuantitas pendanaan nilainya naik lebih dari 2x lipat. Tahun 2019 ada 26 pendanaan yang diumumkan dengan nilai transaksi $156,9 juta, sementara di tahun 2020 terjadi sedikit penurunan dengan 21 transaksi dan nilai yang diumumkan berkisar $42,9 juta.
Sebagai informasi, dalam grafik tersebut kami tidak mencantumkan putaran pendanaan di startup unicorn/decacorn. Pada Q1 2019 Bukalapak menutup putaran seri D dengan nilai $50 juta, sementara di Q1 2020 Gojek menutup putaran seri F dengan nilai $1,2 miliar.
Fintech mendominasi total pendanaan di kuartal pertama tahun ini dengan 14 transaksi, disusul SaaS [7] dan edtech [3]. Pun jika ditinjau dari sisi nilai pendanaan yang dibukukan, ekosistem fintech mengumpulkan total investasi senilai $315,8 miliar. Dan jika ditelusur lebih dalam, tipe layanan fintech-nya pun cukup beragam, mulai dari (1) platform investasi (Bibit, Ajaib, FUNDtastic, Pluang), (2) pinjaman (Amartha, Dana Cita, Pintek, GajiGesa, Alami), (3) open banking (Xendit, Brick), dan (4) pembayaran digital yang diwakili LinkAja serta (5) insurtech yang diwakili PasarPolis.
Analisis iklim investasi
Sepanjang Q1 2021, sebanyak 114 pemodal ventura (VC) berpartisipasi, termasuk belasan angel investor. VC berbasis di Indonesia seperti East Ventures [5 transaksi], AC Ventures [5], dan Alpha JWC Ventures [4] sementara penjadi yang paling aktif mengikuti putaran pendanaan startup. Menariknya makin banyak VC global dan regional yang turut terlibat, beberapa di antaranya dengan masing-masing tiga transaksi: Saison Capital, Sequoia India, Y Combinator, Insignia Ventures Partner.
Partisipasi investor global menjadi angin segar bagi perkembangan ekosistem, memungkinkan founder baru dengan inovasi uniknya mendapatkan eksposur lebih baik lagi. Di samping itu, memungkinkan adanya transfer pengetahuan yang lebih komprehensif – mengingat hingga saat ini perkembangan produk digital masih banyak berkiblat dari model bisnis yang ada di luar negeri. Kemudian, pengalaman globalpartner dapat memudahkan startup lokal yang akan berekspansi di luar Indonesia.
Kendati demikian, banyak investor global yang juga melihat berbagai permasalahan di Indonesia sebagai potensi yang bisa diselesaikan oleh startup. Terbukti dengan partisipasi mereka pada beberapa putaran investasi kepada startup yang memang memfokuskan bisnisnya ke pasar lokal – misalnya startup logistik.
More Coverage:
Di sisi lain, siklus “founder ke investor” juga mulai tampak. Dalam rentang pendanaan Q1 2021, founder Kopi Kenangan dan Bukalapak melalui unit venturanya terlibat dalam investasi startup. Berdasarkan data Startup Report 2020, saat ini valuasi Kopi Kenangan sudah hampir menyentuh $1 miliar. Siklus ini juga memungkinkan founder baru untuk mendapatkan dukungan lebih baik – termasuk mempelajari kesuksesan yang telah didapat investornya dalam membangun bisnis di Indonesia.
Dengan iklim investasi yang ada, kami cukup optimis jika ekosistem startup Indonesia masih akan mendapati pertumbuhan yang lebih baik ke depan. Bisnis yang makin matang –dibuktikan dengan ketahanannya mengarungi pandemi—juga akan menjadikan validasi apik untuk mendapatkan kepercayaan lebih ke investor. Di sisi lain, konsumen digital di Indonesia juga mendapati jumlah yang terus bertambah di tengah digitalisasi selama masa karantina mandiri.
- Gambar Header: Depositphotos.com
Sign up for our
newsletter