1. Startup

RedDoorz Targetkan Capai Profitabilitas Tahun Ini, Rencanakan IPO di 2027

Wawancara eksklusif membahas strategi bisnis bersama Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal

Melalui model bisnisnya yang unik, RedDoorz ingin mendukung lanskap hotel tradisional dan membuka peluang baru bagi para traveler yang mencari alternatif akomodasi yang terjangkau dan nyaman. Sejak meluncur tahun 2015, platform budget hotel ini telah mengalami transformasi dan mulai fokus ekspansif di pasar utamanya, yakni Indonesia dan Filipina.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal mengungkapkan rencana perusahaan yang ingin mencapai profitabilitas tahun ini dan mempercepat ekspansi.

Fokus sebagai multi-brand hospitality platform

RedDoorz mulai menempatkan posisi mereka sebagai multi-brand terbesar di kategori hospitality di Asia Tenggara. Fokus perusahaan juga kembali kepada core business, yaitu penyediaan kamar kepada turis lokal dengan pendekatan kepada harga dan kualitas menyesuaikan standardisasi perusahaan.

Indonesia sebagai pasar terbesar bagi RedDoorz, telah memberikan kontribusi paling signifikan untuk perusahaan. Hal tersebut dilihat dari makin banyaknya jumlah mitra hotel hingga potensi pasar yang semakin meningkat jumlahnya.

Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta masih termasuk dalam kategori lokasi yang memiliki mitra hotel paling besar jumlahnya, demikian juga dengan jumlah pengguna. Bali yang sejak tahun 2021 lalu mulai kembali membuka diri untuk turis lokal dan asing, dinilai juga mulai mengalami pertumbuhan positif.

"Pemulihan pandemi di Indonesia terbilang lambat prosesnya, berbeda dengan negara di barat seperti Amerika Serikat dan Eropa. Namun demikian saat ini mulai terlihat pertumbuhan yang positif. Di RedDoorz sendiri kami mendapatkan momentum tersebut tahun ini saat bulan suci ramadan," kata Amit.

Ditambahkan olehnya, sebelum pandemi jumlah okupansi RedDoorz telah mencapai 60%, namun saat ini baru mencapai 44%; diperkirakan akan terus bertambah ke depannya.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saat perusahaan harus memberikan awareness kepada pengguna dan mitra terkait dengan layanan dan teknologi yang ditawarkan RedDoorz, saat ini masyarakat Indonesia mulai dewasa atau mature dan mengerti model bisnis dan layanan yang ditawarkan.

Kondisi ini ternyata mempengaruhi perusahaan untuk memberikan ragam layanan yang berbeda. Bukan hanya hotel bintang dua dengan harga miring, namun pilihan hotel lainnya yang masuk dalam kelas premium. Tercatat saat ini RedDoorz telah memiliki opsi penginapan yang berbeda. Mulai dari Sans Hotels, Koolkost, RedPartner, Sunerra Hotels, UrbanView Hotels, RedLiving dan The Lavana.

Opsi hotel di RedDoorz / RedDoorz

Pilihan tersebut juga diklaim bisa memberikan peluang bagi mitra hotel RedDoorz untuk mengedepankan konsep staycation dan desain "Instagrammable", yang saat ini mulai banyak dicari oleh masyarakat luas terkait dengan pilihan penginapan mereka.

Target capai profitabilitas

Hingga 2023, RedDoorz sudah memiliki 10 juta pengguna aplikasi dan bermitra dengan 3.200 mitra properti yang tersebar di 257 kota di Indonesia. Meskipun masih mengendalkan pihak ketiga untuk pemesanan, namun tercatat sebanyak 70% pemesanan atau booking berasal dari aplikasi RedDoorz.

"Fokus kami dalam 3-6 bulan ke depan adalah mencapai profitabilitas. Selain itu kami juga optimis dapat menambah revenue, menambah jumlah mitra hotel. Di sisi lain kita juga memangkas pengeluaran dengan menerapkan sistem otomisasi. Ke depannya kami ingin mencapai profitabilitas dan melancarkan rencana IPO tahun 2027 mendatang," kata Amit.

Disinggung apakah RedDoorz masih berencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana, menurut Amit jika memang ada investor yang menawarkan dan waktunya tepat, peluang tersebut tentunya tidak akan mereka lewatkan. Namun demikian perusahaan masih fokus kepada pengembangan bisnis.

Tahun 2019 lalu perusahaan telah memperoleh pendanaan seri C senilai $70 juta (mendekati 1 triliun Rupiah). Putaran pendanaan tersebut dipimpin Asia Partners dengan partisipasi dua investor baru, Rakuten Capital dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund. Investor sebelumnya, Qiming Venture Partners dan International Finance Corporation (IFC) juga kembali memberikan dukungannya dengan ikut berpartisipasi.

Potensi pasar dan kompetisi

Salah satu keunggulan yang diklaim hanya dimiliki oleh RedDoorz saat ini sebagai hospitality platform adalah, keberadaan mereka di Indonesia sejak tahun 2015. Sulitnya perusahaan untuk mempelajari pasar dan perilaku konsumen secara menyeluruh, saat ini ternyata telah menjadi kunci sukses RedDoorz masih bisa bertahan dibandingkan pemain lainnya.

Beberapa pemain yang sebelumnya sempat hadir di Indonesia di antaranya adalah AiryRooms (tutup layanan tahun 2020) dan ZenRooms (dikabarkan berubah menjadi Yanolja).

Sementara itu operator hotel bujet OYO yang sempat mengalami pasang-surut berbisnis, masih mampu bertahan dan mengestimasi total Gross Booking Value (GBV) pada tahun buku 2023 naik 23% menjadi $1,3 miliar dibandingkan tahun lalu di mana bisnis akomodasi memberikan kontribusi tertinggi.

More Coverage:

Terkait dengan adanya potensi pemain baru asing dan lokal yang menghadirkan solusi serupa, Amit menyebutkan hal tersebut tidak menjadi masalah. Dilihat dari masih besarnya peluang bagi mereka untuk menjangkau lebih banyak pemilik hotel skala UMKM di Indonesia dan pengalaman mereka selama ini menyasar segmen budget hotel dengan mengedepankan teknologi di Indonesia.

"Kami memosisikan diri kita seperti Marriot untuk hotel bintang dua. Kami adalah perusahaan teknologi yang menyasar kepada industri yang masih belum tersentuh dengan teknologi," kata Amit.

RedDoorz juga telah mengumumkan pencapaian BEP di 2022 dengan pertumbuhan pendapatan lima kali lipat. Selain Indonesia, RedDoorz juga beroperasi di Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Di bulan Oktober 2022, RedDoorz Indonesia dan Filipina disebut telah mencapai break even point (BEP) atau tidak lagi merugi. Fokus perusahaan saat ini adalah Indonesia dan Filipina yang ditargetkan menjadi dua pasar terbesar mereka di Asia Tenggara.

"Berbeda dengan Indonesia yang kebanyakan didominasi oleh turis lokal, di Filipina banyak warga negaranya yang bekerja di luar negeri kembali ke kampung halaman saat liburan natal. Kondisi tersebut menjadikan hotel kita menjadi pilihan untuk tempat tinggal dalam kurun waktu yang tidak lama. Mereka yang kemudian menjadi target pengguna kita di Filipina," kata Amit.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again