13 January 2017

by Yoga Wisesa

[Review] Sukseskah Vivo V5 Merebut Singgasana Smartphone Selfie Terbaik di Indonesia?

Premis kamera depan 20-megapixel memang sulit ditolak bagi para pecinta selfie, tapi apakan V5 merupakan perangkat selfie yang ideal?

Vivo merupakan pendatang baru di tengah gencarnya persaingan smartphone terjangkau dengan spesialisasi self-portrait. Untuk menarik perhatian publik, perusahaan asal Dongguan itu menyingkap handset berkamera depan 20-megapixel bernama V5 di bulan November silam, dan tanpa membuang banyak waktu, Vivo segera membawa produk tersebut ke Indonesia.

Tak hanya sekedar menghadirkan handset tersebut ke pasar lokal, Vivo juga menunjuk Agnes Monica sebagai brand ambassador, lalu memperkenalkan dua pilihan warna baru V5 yang masing-masing diwakilkan oleh selebriti, yaitu Afgan untuk space gray dan Pevita buat rose gold. Langkah ini memang menarik, dan sepertinya sedang jadi tren di kalangan produsen, namun seunik apapun strategi pemasarannya, kualitas device tetap jadi faktor takaran nomor satu.

V5 disiapkan untuk berduel dengan handset dari 'rival' senegaranya yang cukup populer di nusantara, Oppo F1s - terutama karena spesifikasi hardware kedua perangkat tak jauh berbeda dan mereka sama-sama diracik sebagai alat selfie alias swafoto. Melalui artikel ini, saya mencoba mengulas lengkap apakah V5 memang betul-betul merupakan handset selfie ideal seperti yang dijanjikan Vivo.

Design & build quality

Desain dari V5 memang sulit dikatakan orisinal, dan Anda akan segera melihat langsung beberapa elemen device lain di sana. Sisi depannya boleh dibilang mirip seperti OnePlus 3 dan F1s, kesan ini diperkuat oleh sensor fingerprint lonjong berbingkai metalik. Lalu ketika dibalik, saya melihat ada pengaruh iPhone 6 di sisi punggung, terutama karena ujung membundar dan penempatan modul kamera serta flash LED di pojok kiri atas. Menariknya, arahan ini terasa serasi dengan tema selfie yang diusungnya.

Unit review yang saya peroleh adalah varian berpunggung emas dengan frame putih - penampilannya sangat feminin. Di konferensi pers, Vivo sempat bilang bahwa bagian tersebut tersusun atas 'polikarbonat dan partikel logam', namun saya belum bisa memastikan bagaimana produsen mencampur kedua material tersebut. Pastinya, back cover terbuat dari plastik bertekstur matte 'metalik', dan ada lis logam yang memisahkan punggung dan layar.

Berkat material plastik, V5 ternyata lebih ringan dari dugaan saya, berbobot hanya 154-gram. Dimensinya adalah 153,8x75,5x7,6-milimeter, dan Anda bisa menemukan dua tombol fisik di sisi kanan dan tray kartu SIM/miroSD di kiri; lalu port audio, USB serta speaker di bawah. Layar 5,5-inci V5 mempunyai rasio sebesar 71,8 persen ke tubuhnya, dan sensor sidik jari di dekatnya berfungsi juga sebagai tombol home - tapi tidak mempunyai elemen mekanik sehingga tidak dapat ditekan.

Berdasarkan pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya tidak menemukan kelemahan pada strukturnya. Material plastik membuat V5 kebal terhadap benturan-benturan yang berpotensi meninggalkan bekas di bahan aluminium, tetapi memang sulit menyingkirkan kesan ekonomis di perangkat ini.

Untuk layar, Vivo sendiri tidak menginformasikan secara spesifik versi Corning Gorilla Glass yang digunakan di V5, dan unit review ini sudah dibekali tempered glass begitu saya keluarkan dari bungkusnya.

Display

Vivo V5 memanfaatkan layar IPS beresolusi 720x1280, diramu agar output-nya cerah dan memiliki level saturasi yang optimal, mengecoh saya hingga mengiranya sebagai panel AMOLED. Walaupun hanya HD dan display 5,5-incinya cuma berkepadatan 267ppi, gambar, teks maupun icon tetap terlihat tajam tanpa efek jaggy. Di bawah sorotan sinar matahari langsung, detail di layar V5 terjaga dengan baik dan fitur automatic brightness-nya juga cukup pintar dalam mengenali keadaan ruang di sekitarnya.

FunTouch OS 2.6

Seperti produsen smartphone Tiongkok lain, Vivo membekali V5 dengan sistem operasi racikan mereka sendiri, yaitu FunTouch OS 2.6, hasil modifikasi Android 6.0 Marshmallow. Pendekatannya mirip Xiaomi MIUI di mana daftar app dan tool diposisikan dalam satu lapis menu sehingga mudah ditemukan. Tentu saja adaptasi masih diperlukan karena penyajian menu dan dashboard FunTouch OS cukup berbeda dari Android.

FunTouch OS memisah menu dashboard menjadi dua: atas difokuskan pada notifikasi, sedangkan recent app, setting volume dan brightness sampai akses ke fungsi flashlight serta S-capture (memunculkan menu dial untuk menggunakan fitur screen recording, long screenshot, rectangular dan funny screenshot). Recent app tidak dijabarkan per page seperti di Android, hanya diwakilkan oleh icon masing-masing app. Kemungkinan besar ini adalah upaya Vivo demi memastikan OS tidak membebani hardware.

Tidak ada bloatware yang mengganggu, di sana Vivo hanya membubuhkan tool proprietary semisal i Manager, i Music (app music player), vivoCloud, dan i Theme. i Theme sendiri merupakan tempat Anda memilih dan mengelola theme serta wallpaper - sekali lagi mirip di MIUI.

Camera

Vivo melengkapi kamera belakang V5 dengan sensor 13-megapixel. Setup ini cukup standar, selevel handset kelas menengah lain, ditopang fitur PDAF serta flash LED. Mutu jepretannya cerah dan kaya warna (Anda dapat melihat sedikit efek cat air di zona-zona gelap), syaratnya harus dioperasikan di kondisi cukup cahaya. Kendalanya hanyalah respons shutter yang lambat.

Tentu saja, daya tarik utama dari Vivo V5 adalah kamera selfie di depan. Sang produsen menyematkan sensor Sony IMX376 20-megapixel ber-aperture f/2.0. Fungsi face beauty jadi highlight di UI app kamera, dan Anda juga dapat merekam video full-HD - berkatnya smartphone bisa digunakan sebagai perangkat video blogging andal. Di siang hari, sensor tersebut sanggup menangkap gambar dengan sangat detail, juga mampu mereproduksi warna secara akurat. Mutunya melewati Oppo F1s.

Namun kamera depan V5 tetap memiliki kekurangan layaknya smartphone lain. Ketika cahaya matahari mulai memudar atau sewaktu digunakan di bawah pencahayaan lampu, detail gambar jadi menurun drastis dan muncul banyak noise. Masalah lainnya adalah keterlambatan shutter, sehingga mengabadikan momen jadi sulit ketika Anda sedang berjalan/bergerak, dan jepretan jadi lebih mudah blur.

Untuk membantu pengambilan foto di kondisi tanpa cahaya matahari, Vivo mempersenjatai V5 dengan fitur flash moonlight. Cara kerjanya seperti ini: flash akan menyala secara terus menerus, menerangi wajah Anda dengan cahaya 'diffused'. Teknik ini lebih lembut dibanding LED flash biasa, tapi tidak berlebihan sehingga wajah jadi flat. Sayang, kualitas jepretan susah diprediksi: kadang kala memuaskan, namun tak jarang gambarnya mengecewakan. Kabar baiknya, Anda bisa menyempurnakan hasil jepretan via fitur one-tap makeover.

Kontras mutu saat foto diambil di tempat berpencahayaan terang dan temaram dapat Anda lihat di bawah:

Hardware & performance

Berikut ini adalah susunan hardware Vivo V5:

  • System-on-chip MediaTek MT6750, berisi prosesor octa-core ARM Cortex A-53 1,51GHz dan GPU Mali-T860.
  • Memori RAM 4GB.
  • Penyimpanan internal 32GB, bisa diekspansi dengan kartu microSD 128GB.
  • Baterainon-removable 3.000: mampu bertahan satu setengah hari sekali charge dalam pemakaian normal, dipadu mode standby jempolan. Jika Anda bukan pengguna aktif, smartphone bisa tetap aktif sampai dua hari. V5 memang belum ditunjang fitur fast charging, tapi menggunakan charger standar, baterai dapat terisi 25 persen dalam waktu satu jam. Tidak buruk.

Hasil benchmark V5 menunjukkan angka yang terbilang standar. Di tes AnTuTu, device mencetak nilai terbaik 41412, dengan mutu penyajian game dan olah data di level menengah. Selanjutnya Vivo menghasilkan nilai PCMark Work 2.0 di 2980 dan 3DMark Sling Shot Extreme di angka 324 (sempat tersendat-sendat). Rinciannya bisa Anda simak di bawah.

Dalam prakteknya sendiri, V5 dapat melahap segala permainan yang saya instal.

Marvel Contest of Champions berjalan bebas masalah, memungkinkan saya mengambil screenshot-screenshot keren (caranya adalah dengan menekan tombol power dan home/fingerprint). Lalu Marvel Future Fight juga tersuguh optimal tanpa lag, walaupun beberapa kali ada keterlambatan pada input kendali. Di Real Racing 3, penurunan frame rate lebih terasa dan sejumlah efek visual juga tidak keluar - bayangan di dashboard terlihat kotak-kotak dan efek debu tidak optimal - tetapi secara keseluruhan game tetap nyaman dimainkan.

Galeri screenshot bisa Anda lihat di bawah:

Marvel Contest of Champions

Marvel Future Fight

Real Racing 3

Buat penggunaan sehari-hari, FunTouch 2.6 di Vivo V5 sangat responsif, dan perpindahan dari app ke app tersaji mulus. UI-nya cukup intuitif, saya hanya membutuhkan satu jam untuk membiasakan diri pada layout tombol serta menu dashboard-nya.

Verdict

Saya yakin, premis kamera selfie 20-megapixel memang sulit ditolak banyak orang. V5 sudah pasti mengusik ketenangan Oppo F1s - harganya sedikit lebih murah dengan jumlah 'megapixel' lebih tinggi (tapi ingat: jumlah pixel tinggi belum tentu membuat hasil jepretan jadi lebih baik). Baterai yang awet dan layar HD jempolan juga turut menambah nilai jual perangkat ini.

Tapi dengan memilihnya, Anda harus rela berkompromi: desainnya kurang orisinal dan seharusnya Anda sudah mendapatkan body berstruktur logam. Lalu mutu kamera belakangnya seolah-olah diabaikan, dan kecuali Anda berniat membuat poster berukuran raksasa, berlebihan rasanya jika kita hanya memakai V5 sebagai alat untuk mengambil foto selfie buat diunggah ke sosial media.

Di Indonesia, Vivo V5 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,5 juta, Rp 300 ribu lebih murah dari harga resmi Oppo F1s.

Konten dari bundel Vivo V5 terdiri dari case karet transparan, pin untuk tray, charger, kabel USB, dan earphone.