Startup Genome: Ekosistem Startup Jakarta Bernilai 1.063 Triliun Rupiah
Secara capaian nominal terus meningkat hingga hampir 2x lipat, walau secara peringkat turun ke-15
Ibukota Indonesia, Jakarta, menempati urutan ke-15 dari 100 kota di seluruh dunia dalam daftar "Top 10 Emerging Ecosystems by Ecosystem Value" yang dirilis oleh Startup Genome bertajuk Global Startup Ecosystem Report (GSER) 2023. Nilai ekosistem startup Jakarta diestimasi sebesar $71 miliar (lebih dari Rp1.063 triliun).
Di urutan pertama dan kedua ditempati oleh Nanjing ($127 miliar) dan Detroit ($103 miliar). Lalu, setelah Jakarta secara berderetan ditempati oleh Hong Kong ($54 miliar) dan Kuala Lumpur ($46 miliar).
Bicara peringkat, bila dirunut dari tiga tahun lalu, posisi Jakarta merosot sejak 2022 keluar dari 10 besar. Di 2020, Jakarta masuk urutan kedua, kemudian turun ke urutan ketiga di 2021. Lalu di 2022, merosot ke urutan ke-12, jauh lebih unggul dari Hong Kong (2) dan Guangzhou (6), untuk skala Asia. Adapun pada tahun ini, peringkat Jakarta kembali turun ke peringkat 15.
Walau begitu, dilihat berdasarkan nilai ekosistem startup Jakarta dari tahun ke tahun mencatatkan tren peningkatan. Di 2021 diestimasi bernilai $34 miliar, melonjak hampir dua kali lipat menjadi $62 miliar di tahun berikutnya.
Ini adalah tahun ketiga Startup Genome merilis daftar ekosistem dari kota-kota sebagai bagian dari laporan GSER, dalam rangka menyoroti area metropolitan yang mendapatkan relevansi dan berdampak pada ekonomi dengan cara yang bermakna.
Dalam laporannya, Startup Genome menjelaskan Emerging Ecosystem Ranking merupakan komunitas startup pada tahap awal pertumbuhan. Metodologi yang digunakan untuk pemeringkatan ini dimaksudkan untuk menampilkan ekosistem yang menunjukkan potensi tinggi untuk menjadi pemain global teratas di tahun-tahun mendatang.
Bobot faktor yang digunakan untuk mengurutkan ekosistem ini sedikit berbeda dari yang digunakan dengan Global Startup Ecosystem Ranking untuk mencerminkan status kemunculannya dan menekankan faktor yang lebih berpengaruh dalam ekosistem yang baru mulai tumbuh. Bobot yang diberikan pun lebih sedikit dengan nilai exit lebih dari $50 juta dan aktivitas startup lebih terfokus pada pendanaan tahap awal.
Dari seluruh kota yang diurutkan, disimpulkan bahwa keseluruhan kota di Top 100 Emerging Ecosystem bernilai lebih dari $1,5 triliun, naik 50% dari 1 Juli 2019–31 Desember 2021 hingga 1 Juli 2020–31 Desember 2022. Kemudian, Eropa adalah wilayah yang paling terwakili di Emerging Ecosystem, terlihat dari kontribusinya dari 37% hingga 41% sejak GSER 2022.
Dijelaskan lebih jauh, pendanaan tahap awal mencakup pendanaan tahap awal dan seri A. Pendanaan tahap awal merupakan indikator penting dari kesuksesan potensial karena sebagian besar startup yang menerima putaran seri A telah menunjukkan potensi mereka dengan menciptakan produk yang layak minimal, dengan menghasilkan pendapatan, atau dengan menunjukkan bahwa mereka hampir meluncurkan produk.
"Oleh karena itu, jumlah dan jumlah putaran tahap awal dalam suatu ekosistem merupakan indikator keberhasilan dan pertumbuhannya," tulis Startup Genome.
More Coverage:
Untuk mendukung temuannya tersebut, laporan ini juga mencantumkan 10 kota dengan ekosistem total pendanaan tahap awal terbesar. Jakarta masuk ke dalam urutan ke-2 dengan nilai $1,52 miliar. Urutan pertama ditempati oleh Guangzhou ($1,56 miliar), setelah Jakarta diisi oleh Hong Kong ($1,45 miliar).
Selain itu, berdasarkan total perusahaan unicorn yang berhasil dicetak dalam satu dekade terakhir, Jakarta mendapat urutan ketiga dengan total tujuh unicorn. Sementara itu, Hong Kong memiliki 11 unicorn dan Guangzhou memiliki 10 unicorn.
Menariknya, dari 19 kota dengan pencetak unicorn terbanyak, lima kota di antaranya: Guangzhou, Chengdu, Nanjing, Wuhan, dan Wuxi, berasal dari Tiongkok. Bila ditotal mencapai 36 unicorn. Lalu disusul India, dengan total 11 unicorn dari kota Pune (7) dan Chennai (4).
Sign up for our
newsletter