Tiga Tantangan Penyedia Platform "Job Outsourcing" di Indonesia
Banyaknya jumlah tenaga produktif menjadi pasar pencarian kerja sebuah lahan bisnis yang menjanjikan
Kini pilihan bekerja bukan hanya terletak kepada bidang tertentu atau perusahaan tertentu, namun juga bisa menjadi pekerja lepas (freelancer) atau tetap. Potensi pasar untuk pekerja lepas saat ini masih sangat luas. Begitu juga perusahaan biasanya memiliki proyek yang tidak terlalu perlu memperkerjakan orang baru. Pendiri sekaligus CEO dari Sribulancer Ryan Gondokusumo, dan Pendiri Talenta Joshua Kevin untuk membahas tema "Job Outsourcing" di sesi diskusi Echelon Indonesia 2015 hari pertama.
Peluang untuk freelancer masih besar, perusahaan membutuhkan tenaga outsourcing mulai dari untuk memangkas waktu dalam merekrut talenta, hingga biaya. Ryan mengatakan bahwa ke depannya pasar untuk pekerja lepas sangat terbuka.
Seperti diketahui, Ryan adalah pelaku startup yang sejak awal memulai bisnisnya membuka platform bagi pekerja lepas. Berawal dari Sribu yang menjadi platform tempat bertemu designer dengan klien, kini bisnisnya berkembang menjadi Sribulancer yang menyediakan platform untuk semua pekerja lepas untuk memasarkan keterampilannya, dan juga bagi perusahaan mencari orang sesuai dengan kebutuhannya.
Sribulancer memiliki pasar yang lebih luas dari Sribu, sebab kategori keterampilan yang dicari lebih beragam. Namun Ryan menyadari bahwa hal ini tidak berjalan tanpa tantangan.
Pertama adalah masalah gaji. Pendapatan tetap yang lebih besar dan rutin lebih menggiurkan ketimbang bekerja lepas. Mengambil keputusan bekerja lepas, berarti penghasilan yang didapat tidak akan sama setiap bulan. Bayaran yang kecil yang ditawarkan per project juga menjadi pertimbangan.
Menurut Ryan tantangan kedua yang perlu dihadapi dalam menjalankan Sribu dan Sibrulancer adalah masalah kepercayaan. Pekerja lepas memiliki ketakutan bahwa jasanya tidak dibayar. Maka dibutuhkan platform yang dapat memberikan keyakinan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan tugasnya tanpa dibayar.
Tantangan ketiga adalah dari pekerja lepas tersebut, "Mereka takut tidak bisa mengerti kemauan klien,"tutur Ryan. Persoalan komunikasi ini masuk akal, sebab tugas yang diberikan bisa hanya melalui surel dengan poin-poin, yang bisa menimbulkan banyak intrepretasi dan pertanyaan. Ada pula kondisi dimana brief yang diberikan klien juga tidak detail.
Meski ada tiga halangan terbesar yang ada, Ryan tetap percaya potensi besarnya. Kemajuan teknologi, bahkan ekosistem digital yang terus berkembang akan menyebabkan banyak orang lebih suka bekerja lepas, dan perusahaan juga membutuhkan skill-skill tertentu yang hanya dibutuhkan per proyek tanpa harus melalui proses pencarian hingga perekrutan yang melelahkan.
Selain potensi bisnis ini makin besar, startup sendiri bisa memanfaatkan pekerja lepas. Untuk dapat tumbuh dengan cepat, startup butuh tim yang kuat. Maka, semua startup ingin memperkerjakan orang dengan terbaik dalam timnya. Namun tak semua pekerjaan pada saat awal atau bahkan jika memungkinkan pada tahap lanjut membutuhkan pekerja tetap dalam perusahaan, untuk mengurangi beban pengeluaran, atau menjaga struktur organisasi tetap lean, outsourcing - menggunakan jasa freelancer bisa menjadi pilihan.
Sign up for our
newsletter