Yacademy Boyong Tiga Startup Malaysia Ekspansi ke Indonesia Lewat Program "Market Immersion"
Memasuki tahun kedua, sebelumnya kurang sukses karena startup belum siap dengan pasar Indonesia
Yacademy, salah satu portfolio investasi dari Kejora Ventures, memboyong tiga startup dari Malaysia untuk berekspansi ke Indonesia lewat program "Market Immersion". Tidak sekedar memboyong, Yacademy akan mengajak ketiga startup tersebut untuk terlebih dahulu mempelajari pasar Indonesia dengan menemui stakeholder dari berbagai unsur seperti kementerian kominfo, asosiasi, dan pemain.
Ketiga startup tersebut adalah Bantu.my, Mobiversa, dan Recite Lab. Ketiganya terpilih dari 10 startup yang mengajukan diri ke Yacademy. Belajar dari pengalaman terdahulu, kini Yacademy memilih startup dengan prospek bisnis yang bisa diaplikasikan di Indonesia sehingga secara skalabilitas dinilai dapat bertahan lama.
"Program ini kedua kalinya kami adakan, tahun lalu hasilnya kurang sukses karena tiga startup yang kami pilih tidak bertahan lama bermain di Indonesia. Mungkin penyebabnya karena bisnis modelnya yang kurang matang. Namun untuk kali ini, kami yakin dengan bisnis model yang matang mereka berkomitmen bisa bertahan untuk jangka waktu lama," terang CEO dan Founder Yacademy Arne an Looveren, Senin (17/4).
Pada minggu pertama, peserta Market Immersion akan mengikuti virtual workshop atau webseminar untuk mempelajari pengetahuan umum mengenai regulasi dan tren bisnis di Indonesia. Ada tiga topik yang akan dipelajari, seperti Macro Framework, Investment Climate in Indonesia, dan Consumer Insights.
Mereka juga akan mendapat sesi pembinaan secara eksklusif, untuk membahas rencana bisnis dan mematangkannya. Pada minggu kedua, peserta akan menjalani serangkaian jadwal untuk bertemu dengan Asosiasi Fintech Indonesia, Lazada, DOKU, Coworkinc, Jakarta Business Networkers, beberapa perusahaan modal ventura, dan berkunjung ke Kementerian Kominfo.
"Lewat kegiatan tersebut, kami bertujuan ingin memperkenalkan tim kepada seluruh sisi keuntungan dan tantangan yang akan mereka hadapi saat bermain di pasar Indonesia nantinya."
Looveren melanjutkan, program ini diharapkan menjadi jalan konkrit demi memastikan kolaborasi yang solid antar negara, sekaligus mendorong pematangan ekosistem startup di Asia Tenggara. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk mereplikasi program Market Immersion di negara lain.
Untuk lebih jelas dengan ketiga peserta yang terpilih dalam Market Immersion, berikut detilnya:
1. Bantu.my Bantu.my adalah platform khusus pekerja lepas yang sudah berdiri sejak November 2015, dan menjaring sekitar 6 ribu orang pekerja. Pengguna Bantu.my tidak hanya dari Malaysia saja, tetapi sudah menjaring ke Brunei Darussalam, Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura.
Bantu.my memiliki enam kategori lapangan kerja yang bisa dipilih, mulai dari penasehat, dokumentasi, kreatif, pemasaran, teknologi, dan copywriting. Co-Founder Bantu.my Zharif Samani menerangkan alasan pihaknya ekspansi di Indonesia dilihat dari populasi dan wilayah yang luas. Sehingga, tingkat permintaan untuk kehadiran pekerja lepas cukup tinggi.
Sekilas, model bisnis Bantu.my seperti Sribulancer. Yang membedakannya, menurut Zharif terletak dari sisi jaringan pekerja lepas yang sudah mereka kumpulkan berada di cakupan global. Sehingga diharapkan ini bisa menjadi nilai tambah bagi Bantu.my di Indonesia.
2. Recite Lab Ini adalah aplikasi mengaji yang dapat menghubungkan ustadz dan ustadzah untuk validasi kualitas bacaan Al Quran. Startup ini baru berdiri sejak awal tahun ini dan mengklaim sudah diunduh 20 ribu kali.
Dalam prosesnya, pengguna yang ingin belajar kemampuan dan pelafalan Al Quran dapat mengakses aplikasi Recite Lab. Ketika sudah suara pengguna sudah diunduh, akan ada ustadz dan ustadzah terdekat yang akan meninjau kualitas bacaan, berbentuk suara dan pesan.
Lewat kegiatan ini, para pengajar dapat menerima imbalan dari setiap ulasan yang mereka berikan. Di Malaysia sendiri, Recite Lab mengklaim sudah menjaring 60 pengajar bersertifikat resmi dari sekolah agama berlisensi.
"Kami memiliki komitmen yang tinggi untuk bertahan di Indonesia, strategi yang akan dilakukan adalah menjaring talenta berkualitas sebagai tenaga pengajar. Untuk itu kami rencananya akan berkolaborasi dengan lembaga agama di Indonesia, mulai dari Nahdlatul Ulama," terang COO Recite Lab Mazlita Mat Hassan. 3. Mobiversa Mobiversa adalah perusahaan fintech yang menyediakan layanan pembayaran mobile berupa mPOS. Perusahaan ini telah berdiri sejak Februari 2015 dan mengklaim sudah menjaring lebih dari 700 merchant.
Solusi yang disasar Mobiversa, hampir mirip dengan sejumlah bisnis yang telah beroperasi di Indonesia. Sebut saja Moka, Cashlez, Pawoon, Olsera, dan lainnya.
Sign up for our
newsletter