2019: Dominasi Ekonomi Digital Dimulai dengan Cloud, Edge Computing dan Platform Container

2019: Dominasi Ekonomi Digital Dimulai dengan Cloud, Edge Computing dan Platform Container

Dekade kali ini tengah mengalami masa puncaknya, dan dalam 8 tahun belakangan, kita telah menyaksikan pertumbuhan data yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Lebih dari sebelumnya, saat ini kita telah mencapai titik terobosan pertumbuhan data yang dapat menuntun kita menuju inovasi. Untuk dapat mengikuti laju perubahan yang bergitu cepat, organisasi dan perusahaan tengah berinvestasi atas transformasi digital demi mendapatkan kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan mulus dan mengungguli para pesaing mereka. Berdasarkan studi NetApp bersama IDC, mereka ini adalah para Data Thriver, yang merupakan para pemimpin bisnis yang dapat mengumpulkan dan memanfaatkan data untuk mendapatkan insight atau wawasan yang dapat membantu membuka berbagai kesempatan bisnis baru.

Di awal tahun 2019 ini, NetApp telah mengidentifikasi empat tren teknologi utama yang dapat memicu pertumbuhan transformasi digital bagi perusahaan dan menjadi Data Thriver.

  1. Cloud akan mendorong perkembangan AI

AI akan menjadi hal yang umum di Asia Pasifik, dengan 55 persen dari organisasi di Asia Pasifik yang sudah mengimplementasi atau tengah berekspansi untuk memanfaatkan AI pada tahun ini. Organisasi dan perusahaan diperkirakan akan semakin mengerahkan software dan layanan AI berbasis cloud di tahun 2019, untuk memastikan bahwa aplikasi AI memberikan performa dan skalabilitas yang baru, baik secara on-premise mau pun bukan, dan mendukung banyak protokol akses data dan berbagai variasi format data yang baru.

Shanghai PPDAI merupakan salah satu contohnya. Dengan menerapkan solusi hybrid flash dari NetApp sebagai bagian dari infrastruktur TI mereka, platform layanan finansial berbasis internet ini kini dapat memanfaatkan AI untuk proses banyak sekali volume unstructured data dan dapat dengan akurat menilai kelayakan kredit dari pengguna. Kemampuan ini lalu memungkinkan mereka untuk dapat memberikan layanan finansialC

lebih baik lagi dengan memberikan pinjaman uang yang aman kepada mereka yang tidak memiliki akses atas nilai kredit tradisional.

  1. Perangkat edge computing akan semakin pintar

Asia Pasifik diperkirakan akan memiliki 8,6 miliar perangkat Internet of Things (IoT) pada tahun 2020, dan menjadi wilayah 5G terbesar di dunia dengan perkiraan 675 juta koneksi 5G pada tahun 2025. Untuk memanfaatkan pertumbuhan ledakan data, organisasi dan perusahaan akan membutuhkan kemampuan untuk memproses data dari ujungnya atau edge untuk dapat menyaring wawasan dan insight dengan cepat dan membuat keputusan secara real-time. Oleh karena itu, semakin banyak perangkat dan aplikasi IoT akan tiba dengan layanan-layanan yang sudah tertanam di dalam perangkat tersebut seperti data analysis dan data reduction. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih pintar tentang data mana yang memerlukan tindakan lamgsung dan data mana yang perlu dikirim ke komputasi pusat atau ke cloud, dan bahkan data mana yang dapat dibuang.

Salah satu industri yang akan mendapatkan kemajuan besar dengan adanya tren perangkat edge yang semakin pintar adalah sektor manufaktur. Dengan perangkat IoT yang memproses data di ujung/edge, sebuah perusahaan manufaktur dapat melakukan predictive maintenance dengan mendeteksi gejala-gejala awal dari gangguan peralatan, yang mana dapat membantu mencegah kerusakan atau pengecekan yang memakan biaya dan menganggu laju produksi.

  1. Hybrid multi-cloud akan menjadi standar arsitektur TI untuk mayoritas organisasi besar, dimana organisasi kecil akan memilih simplisitas dan konsistensi dari satu penyedia layanan cloud tunggal

Pada tahun 2024, 90 persen dari organisasi dalam daftar G1000 akan memitigasi vendor lock-in melalui teknologi hybrid multi cloud. Dengan memanfaatkan berbagai teknologi seperti platform container dan data fabric, organisasi ini akan dapat memindahkan beban kerja mereka dengan fleksibel dan mudah di berbagai lingkungan selagi tetap memegang kendali penuh.

Bank of America, sebagai contohnya, memanfaatkan platform container untuk uji coba dan pengembangan aplikasi. Dengan demikian, para pengembang dan staf infrastruktur dari Bank of America dapat fokus terhadap pekerjaan yang lebih penting, daripada mengelola sistem yang tidak menghasilkan revenue bagi bank tersebut.

Terlepas dari manfaat hybrid multi cloud, ini tidak akan menjadi standar arsitektur TI untuk organisasi dan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini karena data yang mereka bisa jauh lebih kecil dan ringkas dibandingkan dengan sumber daya komputasi dan aplikasi. Terlebih lagi, sebagian layanan cloud yang ada hanya dihadirkan eksklusif untuk penyedia

layanan cloud tertentu, yang berarti layanan-layanan tersbut tidak dapat di-porting ke lingkungan lain.

Jalur apa pun yang ditempuh, tiap organisasi dan perusahaan akan perlu mengembangkan kebijakan-kebijakan dan praktik pendukung untuk dapat memaksimalkan manfaat dari adopsi cloud.

  1. Layanan data akan tidak terlihat, aplikasi tidak akan lagi perlu dipindah-pindah\

Seiring dengan pertumbuhan tren platform container, hal ini akan menghasilkan tren atas abstraksi dari sistem dan layanan secara individual, yang mana akan mendorong para arsitek TI untuk merancang data dan pemrosesan data, dan untuk membangun hybrid multi cloud dengan data fabric daripada sekedar data center.

Dengan pengaplikasian teknologi prediktif dan diagnostik, para pengambil keputusan akan menjadi semakin tergantung pada layanan-layanan data yang tangguh namun ‘tak terlihat’, yang dapat menghantarkan data dimana pun dan kapan pun dibutuhkan, terlepas dimana data tersebut disimpan. Kemampuan-kemampuan baru ini juga akan mengotomasi penyampaian layanan-layanan infrastruktur sebagai komoditas yang dinamis, dan penghantaran platform container dan beban kerja dari dan menuju solusi penyedia layanan yang paling efisien untuk pekerjaan tertentu.

Di Asia, pengadopsian Kubernetes bertumbuh sampai dengan 58 persen dalam tujuh bulan terakhir di tahun 2018. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan semakin bersedia untuk menggunakan perangkat orkestrasi container, seperti Kubernetes ini. NetApp memperkirakan bahwa tren ini akan terus berlanjut karena tools seperti ini dapat membantu mempermudah pengelolaan aplikasi dalam container, yang mana hal ini juga akan terus bertumbuh mengingat platform container dan hybrid multi cloud yang semakin menjadi hal yang umum di kalangan perusahaan.

Tahun 2019 juga akan menyaksikan munculnya teknologi-teknologi orkestrasi cloud berbasis-container yang memungkinkan pengembangan aplikasi hybrid cloud. Karena hal ini berarti bahwa aplikasi-aplikasi baru akan dikembangan untuk penggunaan public cloud dan on-premise, hal ini akan mempermudah pemindahan beban kerja ke dimana data dihasilkan, daripada mem-porting data ke lokasi aplikasi.

“Dengan disrupsi dan perubahan sebagai satu-satunya hal yang konsisten, penting bagi organisasi dan perusahaan untuk dapat merubah data menjadi aset strategis dan merespon perubahan pasar dengan fleksibel. Oleh karena itu, perusahaan dan bisnis harus merangkul hybrid cloud, platform container dan edge computing untuk dapat memanfaatkan kemampuan- kemampuan ini dan mendorong pertumbuhan bisnis dalam ekonomi digital,” tutup Ana Sopia, Country Manager, NetApp Indonesia.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again