Segera Menyusul Jadi Unicorn, Carsome Rencanakan Go-Public di Bursa Amerika Serikat
Saat ini perusahaan tengah upayakan perolehan pendanaan baru antara $150 juta s/d $200 juta menjelang IPO; berpeluang jadi unicorn pertama Malaysia
Platform car marketplace sedang mendapatkan perhatian lebih. Setelah Carro mengumumkan capaian menjadi unicorn, kabar selanjutnya datang dari sang rival Carsome yang segera menyusul menjadi unicorn dan melantai di bursa Amerika Serikat.
Carro dan Carsome adalah startup asal Singapura dan Malaysia, namun keduanya telah memiliki kehadiran di Indonesia.
Menurut sumber Bloomberg, Carsome tengah bekerja dengan penasihatnya untuk membukukan valuasi hingga $2 miliar dalam pencatatan publiknya -- baik lewat kendaraan SPAC maupun IPO konvensional. Targetnya bisa rampung sekitar akhir tahun.
Sebelumnya disampaikan oleh DealStreetAsia, bahwa Carsome tengah mengupayakan pendanaan berikutnya dengan target $200 juta -- jika berhasil, maka valuasi perusahaan juga terdongkrak di atas $1 miliar dan berkesempatan menjadi unicorn pertama Malaysia.
Akhir tahun 2020 lalu Carsome juga telah telah membukukan pendanaan seri D senilai $30 juta atau setara 424 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Asia Partners, Burda Principal Investments, dan Ondine Capital. Sejauh ini menjadi all-equity financing terbesar dalam industri otomotif online di Asia Tenggara.
Setahun sebelumnya, tepatnya awal Desember 2019, Carsome mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $50 juta. Putaran ini didukung MUFG Innovation Partners, Daiwa PI Partners, Endeavour Catalyst, Ondine Capital, serta investor di putaran sebelumnya termasuk Gobi Partners dan Convergence Ventures.
Momentum bisnis car marketplace
Akhir-akhir ini tampaknya platform car marketplace sedang naik daun, tidak hanya di Asia Tenggara, layanan serupa di India “Spinny” dikabarkan tengah dalam finalisasi putaran pendanaan terbaru mencapai $100 dipimpin Tiger Global Management. Kabar ini pertama kali diberitakan Money Control. Jika berhasil, investasi akan mendongkrak valuasi perusahaan di angka $800 juta.
Analisis kami, ada sebuah proyeksi momentum pertumbuhan pesat pasar jual-beli kendaraan bekas. Salah satu yang cukup terlihat adalah terkait pergeseran menuju kendaraan listrik. Di Indonesia sendiri beberapa pihak –termasuk pemerintah—sudah mulai menyusun roadmap konversi ke kendaraan listrik, targetnya tahun 2030.
Di masa transisi, tentu kalangan pengguna mobil saat ini [khususnya menengah atas] akan memadati arus peralihan. Mereka berkemungkinan memenuhi pasar-pasar mobil bekas untuk menukarkannya dengan unit mobil listrik baru. Di satu sisi, harga jual mobil konvensional yang kemungkinan turun akan membuka segmen baru pemilik mobil dari kalangan di bawahnya.
Platform car marketplace seperti Carsome dan Carro memfasilitasi proses transaksi dari hulu ke hilir dengan model bisnis C2B, B2B, dan B2C. Di C2B, mereka menghadirkan layanan inspeksi dan membeli mobil bekas secara langsung dari konsumen. Platform digital, pusat inspeksi, hingga pakar yang disediakan memungkinkan proses penilaian dan penjualan mobil terjadi secara lebih efisien.
Sementara di B2B, platform yang menampung mobil bekas dari pelanggan juga menyuguhkan kepada pemilik diler untuk melelang mobil yang telah diinspeksi untuk dijual lagi di berbagai kota. Sementara di B2C mereka menjual mobil terinspeksi secara online melalui situs dan/atau aplikasi.
Proposisi nilainya jelas kuat, karena konsumen akan merasa terbantu dengan hasil inspeksi transparan yang dilakukan, sehingga meningkatkan keyakinan untuk memproses pembelian mobil bekas tersebut.
Di lain sisi, faktor lain seperti kondisi pandemi juga menjadi pendorong di sisi supply-demand, karena adanya kebutuhan masyarakat untuk memiliki fasilitasi mobilitas yang lebih aman dan nyaman. Beberapa yang tadinya menggunakan kendaraan umum berpotensi terdorong membeli mobil [bekas] untuk kebutuhan harian, karena kendaraan privat dinilai lebih aman dari penularan virus.
More Coverage:
Di Indonesia, baik Carro dan Carsome memaksimalkan strategi penetrasi ke berbagai kota lewat strategi O2O. Mendukung transaksi yang dilakukan lewat digital, mereka menghadirkan titik-titik yang menjadi pusat inspeksi dan showroom. Pendekatan ini jelas dibutuhkan, karena pada kenyataan kegiatan transaksi mobil bekas masih didominasi dengan pendekatan konvensional melalui diler-diler yang berada di hampir semua kota.
Namun menariknya, para startup yang bermain di ranah ini mengaku mendapatkan traksi yang konsisten meningkat setiap tahunnya. Bahkan Carsome mengatakan, di tengah pandemi, pada Q4 2020 mereka berhasil membukukan pendapatan tertinggi yang jumlahnya dua kali lipat dari periode sebelum pandemi. Selain itu, Carsome juga berhasil mencapai profitabilitas operasional group pada Q4 2020.
Pada November 2020, General Manager Carsome Indonesia mengatakan, secara keseluruhan mereka juga sudah membantu menjual lebih dari 100 ribu mobil bekas di wilayah operasionalnya, yakni di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura.