Dekonsolidasi Tokopedia, GOTO Cetak Rugi Bersih Rp90,5 Triliun pada 2023
Dengan perbaikan arus kas dan kinerja EBITDA disesuaikan, GOTO berencana buyback saham dengan nilai maksimal $200 juta tahun ini
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) merealisasikan EBITDA yang disesuaikan positif untuk pertama kalinya sebesar Rp77 miliar pada kuartal keempat. EBITDA yang disesuaikan positif di sepanjang 2023 tercatat menyusut 77% menjadi minus Rp3,6 triliun dari minus Rp16 triliun di 2022.
Berdasarkan laporan keuangan 2023, GOTO memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp14,7 triliun atau tumbuh 30% (YoY). Dirinci berdasarkan lini bisnisnya:
- Pendapatan bruto lini On-demand tumbuh 4% menjadi Rp12,1 triliun (YoY); EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp4,7 triliun menjadi minus Rp219 miliar.
- Pendapatan bruto lini E-commerce tumbuh 11% menjadi Rp9,1 triliun (YoY), EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp6,2 triliun menjadi minus Rp751 miliar.
- Lini Fintech mencatat pertumbuhan terbesar pada pendapatan bruto dengan 15% menjadi Rp1,8 triliun; EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp3,2 triliun menjadi minus Rp1,5 triliun.
- Pendapatan bruto Logistic turun 7% menjadi Rp2,1 triliun (YoY); EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp1 triliun menjadi minus Rp477 miliar.
Namun, GOTO masih merugi bersih hingga Rp90,5 triliun di sepanjang 2023 disebabkan pencatatan pembalikan nilai goodwill senilai Rp78,8 triliun dari dampak pelepasan kendali atas Tokopedia yang bergabung dengan TikTok. Kemudian, rugi usaha GOTO menyusut 66,1% menjadi Rp10,2 triliun dari posisi rugi Rp30,3 triliun di 2022.
Pihaknya menyatakan rugi bersih yang diakibatkan pembalikan nilai goodwill tersebut bersifat tidak berulang (non-recurring), nonkas, dan tidak berdampak kepada EBITDA yang disesuaikan maupun arus kas perseroan.
Dalam konferensi paparan kinerjanya, Selasa (19/3), CEO GOTO Patrick Walujo mengungkap bahwa perseroan mengawali 2023 dengan masalah yang signifikan, utamanya bakar uang yang sangat besar sehingga mengakibatkan kerugian Rp16 triliun untuk EBITDA yang disesuaikan pada 2022.
"Jika melihat estimasi [pengamatan] pasar, runway kami hanya tersisa satu setengah tahun. Untuk itu, kami tetapkan target untuk mendorong EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Sepanjang tahun itu juga kami melihat persaingan industri e-commerce semakin kompetitif. Upaya kami untuk mengejar profitabilitas dan mengurangi insentif mungkin tidak dapat terealisasi secepat itu. Artinya, [proyeksi] pertumbuhan dan pangsa pasar Tokopedia merosot karena pesaing punya dana lebih besar untuk bisa bertumbuh," papar Patrick.
Pelepasan kendali saham GOTO atas Tokopedia dimaksudkan untuk menekan bakar uang dan menjadikannya arus kas yang positif lewat kemitraan dengan TikTok. Dengan pelepasan kendali saham atas Tokopedia, GOTO akan memperoleh pendapatan dari biaya layanan e-commerce yang akan tercatat per 1 Februari 2024.
"Ringkasnya, pada tahun 2023, kami membangun basis operasional yang kokoh, mencapai profitabilitas EBITDA yang disesuaikan pada kuartal keempat, sambil memperdalam kemitraan kami dengan Bank Jago dan TikTok."
Rencana buyback saham
Sejalan dengan perbaikan arus kas dan kinerja di 2023, GOTO juga mengungkap akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham maksimal $200 juta (sekitar Rp3,1 triliun).
Rencana tersebut telah disetujui oleh dewan direksi GOTO beberapa hari lalu. Namun, realisasinya akan bergantung pada persetujuan regulator dan pemegang saham yang akan diselenggarakan dalam RUPST mendatang.
"Posisi kas kami kuat, dan kami yakin akan kemampuan kami untuk terus meningkatkan arus kas kami. Program pembelian kembali ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan tetap menjaga kehati-hatian dalam alokasi modal," ujar CFO GOTO Jacky Lo, dalam kesempatan sama.
More Coverage:
Dengan alokasi modal baru yang tengah disusun ini, GOTO menyebut akan fokus mengakselerasi pertumbuhan sambil mempertahankan strategi efisiensi pada tahun ini. Dengan dekonsolidasi bisnis e-commerce, GOTO juga tidak perlu lagi mengucurkan investasi ke Tokopedia.
"Untuk itu, belanja modal di 2024 akan jauh lebih rendah dibandingkan pada 2022 dan 2023. Jadi dalam dua tahun terakhir, alokasi belanja modalnya kira-kira kurang dari Rp300 miliar per tahun."