Grup RedDoorz Bidik Profitabilitas pada 2024
Telah mencapai arus kas positif pada Q4 2023; akan menjaga tren tersebut dengan opex yang lebih rendah
Penyedia jaringan penginapan budget online RedDoorz membidik profitabilitas secara penuh pada 2024 usai merealisasikan arus kas positif (secara grup) pada kuartal akhir 2023. Terlepas dengan situasi pasar yang tengah tidak menentu, RedDoorz mencatat pertumbuh pendapatan sebesar 30% pada 2023 dan menjaga momentum pertumbuhannya di kisaran 30%-50% pada tahun ini.
Sebagaimana terlihat pada data berikut, RedDoorz melaporkan telah mencapai titik impas (breakeven) pada kuartal terakhir 2023. Sejak 2019 hingga Q4 2023, Grup RedDoorz menyebut telah menekan bakar uang setiap tahunnya sehingga perusahaan dapat mencapai arus kas positif dalam dua kuartal terakhir di 2023.
Bahkan, di kuartal keempat, tingkat pemesanannya (booking rate) disebut jauh lebih baik dari yang diperkirakan. Pemulihan pasca-pandemi yang lebih baik di sepanjang 2023 ikut berkontribusi terhadap pencapaian arus kas positif ini.
Presiden Direktur RedDoorz Indonesia Mohit Gandas berujar, pencapaian tersebut terealisasi berkat strategi otomatisasi yang dilakukan di sepanjang tahun. Alhasil, RedDoorz memulai tahun 2024 dengan biaya operasional (opex) yang jauh lebih rendah dibandingkan 2023.
Sejak 2022 ke 2023, RedDoorz berupaya mendorong efisiensi biaya lewat otomatisasi pada kegiatan operasionalnya, sehingga ini membuat perusahaan jauh lebih efisien dibandingkan pada tahun 2021.
"Kami lebih fokus ke properti yang lebih besar dan berkualitas sehingga setiap unit properti kini menghasilkan [pendapatan] lebih besar. Kami ingin mereplikasi [strategi] ini di 2024. Jadi, jika ingin menjaga pertumbuhan 30% dengan realisasi pendapatan sekarang dengan opex serupa di 2023, kami cenderung lebih profitable," jelas Mohit kepada DailySocial.id.
Faktor lainnya, RedDoorz tengah fokus pada strategi multibrand, di mana saat ini ada 8 brand properti yang dipegang antara lain RedDoorz, SANS Hotel, Koolkost, RedPartner, Sunerra, Urbanview, Red Living, dan The Lavana. RedDoorz kini telah bermitra dengan sebanyak 285 hotel di segmen premium.
Adapun, Mohit menyebut tingkat kapasitas penginapan yang dikelolanya di Jakarta mencapai 60%-70%. Sementara, rata-rata gabungan kapasitas penginapan dari semua brand mencapai 45%. RedDoorz masih menjadi produk utama yang berkontribusi besar terhadao pendapatan grup.
Sebesar 70% dari total pengguna tercatat memesan langsung lewat aplikasi RedDoorz, 70% tercatat sebagai repeat user, dan 50% di antaranya adalah pengguna dengan tingkat pemesanan lebih dari 4x.
"Pasca-pandemi, para traveler kini lebih mengandalkan penginapan yang berkualitas. Properti yang kualitasnya lebih baik dan penilaiannya lebih baik, cenderung lebih banyak dipesan sekarang," tambahnya.
More Coverage:
Di tahun ini, RedDoorz berencana untuk agresif memperluas jaringan dan digitasi propertinya di Indonesia dengan potensi total pasar tersedia (TAM) di Asia Tenggara lebih dari 400 ribu properti.
Pihaknya akan menggenjot dukungan teknologi agar operasional para mitra lebih efisien, termasuk memanfaatkan pricing engine berbasis teknologi untuk memaksimalkan pendapatan mereka. Hal ini lantaran sebelumnya masih banyak pemilik properti yang menggunakan sistem manual dalam pencatatan pemesanan. Bahkan, jika memiliki sistem, tidak terkoneksi satu sama lain.
Terkait rencana IPO di 2027 maupun penggalangan dana baru pada tahun ini, Mohit enggan memberi komentar lebih lanjut. Rencana IPO pertama kali diungkap oleh Founder dan CEO RedDoorz Amit Saberwal tahun lalu.