1. Startup

Klaim Pertumbuhan Bisnis, Ula Perluas Kemitraan dan Adopsi Digital

Telah menjangkau lebih dari 7 ribu pengguna aktif; meluncurkan layanan di Semarang

Berdiri awal tahun 2020, Ula sebagai platform yang membantu wirausaha mikro di Indonesia memaparkan pertumbuhan bisnisnya. Meskipun pandemi, perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 30x lipat sejak pertama kali diluncurkan dan telah menjangkau lebih dari 7 ribu pengguna aktif yang menjadi mitra.

Ula yang mulai beroperasi di Surabaya awal tahun ini, telah memperluas jangkauan secara pesat di seluruh Jawa Timur dan baru-baru ini meluncurkan bisnisnya di Semarang, Jawa Tengah.

Setelah menjalankan bisnis selama 9 bulan, Ula mencatat beberapa pelanggan telah menikmati proses yang ditawarkan melalui aplikasi. Proses ini memudahkan akses mereka untuk membeli dalam jumlah besar dalam satu tempat untuk kemudian dikirimkan langsung ke warung mereka. Bersamaan dengan fulfillment service. Perusahaan juga menguji coba inisiatif lain yang akan meningkat engagement dan layanan kepada pelanggan.

"Fokus Ula adalah menawarkan variasi terbesar dengan harga terbaik untuk merchant. Ula bekerja sama dengan banyak penyedia layanan pihak ketiga, seperti agen penjualan lapangan dan penyedia logistik. Secara terpisah, kami juga bekerja sama dengan mitra yang memiliki visi dan misi yang sama. Kami sedang dalam pembicaraan dengan beberapa pihak tetapi karena diskusi bersifat pribadi, kami belum bisa menginformasikan secara detail," kata Co-Founder CCO Ula Derry Sakti.

Bulan Juni 2020 lalu, Ula mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai US$10,5 juta atau setara 148 miliar Rupiah. Putaran investasi dipimpin Sequoia India dan Lightspeed India, dengan keterlibatan SMDV, Quona Capital, Saison Capital, dan Alter Global. Beberapa angel investor juga turut berpartisipasi, meliputi Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, dan Rahul Mehta.

Perluas kemitraan, ekspansi, dan fully digital

Dalam ekskusi bisnisnya, Ula mencoba untuk memberikan pelatihan kepada pelanggan untuk bisa mengadopsi layanan digital. Tim penjualan bekerja sama dengan pemilik toko untuk melatih mereka menggunakan aplikasi. Ula mencoba mendorong pemilik warung dan toko melakukan pemesanan sendiri di aplikasi. Saat ini perusahaan sedang mengembangkan AI powered chat-bot, untuk memungkinkan mereka memesan melalui chat.

"Ide kami sederhana, teknologi memungkinkan mereka untuk memesan saat mereka membutuhkan barang, tidak hanya ketika tim sales melakukan kunjungan saja. Jika mereka dapat memesan hanya ketika mereka membutuhkan sesuatu, mereka akan memesan barang dalam jumlah kecil dan memesan lebih sering. Dengan begitu, mereka tidak perlu memprediksi permintaan 1 atau 2 minggu sebelumnya. Sehingga bisa meminimalisir kehabisan stok atau membeli terlalu banyak barang yang tidak laku," kata Derry.

Tahun ini hingga tahun 2021 mendatang, masih banyak rencana dan target yang ingin dicapai oleh perusahaan. Mulai dari terus melakukan ekspansi, hingga memastikan perusahaan bisa menjangkau lebih banyak toko dan warung bergabung menjadi mitra. Perusahaan juga akan terus menambah kategori baru termasuk di dalamnya bahan pokok, produk segar dan lainnya yang relevan dengan mitra. Perusahaan juga akan menambahkan lebih banyak kategori di luar kebutuhan sehari-hari.

"Di tahun 2021, kami juga akan menambah berbagai layanan baru. Misalnya, layanan keuangan dalam kemitraan dengan pemberi pinjaman berlisensi, layanan data dan pemasaran untuk brand yang perlu mendidik pengecer tentang produk baru mereka, membantu brand baru dan yang akan datang menjangkau audiens yang lebih luas. Kami juga akan menyediakan produk teknologi yang dibutuhkan toko untuk mengelola dan mengembangkan bisnis mereka sendiri," kata Derry.

Application Information Will Show Up Here

More Coverage:

-

Gambar Header: Depositphotos.com