Lewat Platformnya, Zenius Ingin Tingkatkan Keterampilan Guru di Era Pembelajaran Digital
Layanan "Zenius untuk Guru" telah menjadi komunitas bagi lebih dari 250 ribu guru, hampir 200 ribu di antaranya menggunakan platform ZenRu
Pascapandemi, pendidikan berbasis keterampilan bakal menjadi modal belajar penting untuk siswa, terlebih kondisi pembelajaran saat ini berangsur-angsur dilakukan secara hybrid. Guru yang dianggap sebagai profesi multiperan terus mendapat tuntutan dalam meningkatkan kemampuannya di bidang digital agar tidak kalah dengan kemampuan digital para siswanya.
Semangat inilah inilah yang melatarbelakangi hadirnya Zenius untuk Guru (ZenRu, sebelumnya memakai singkatan ZuG) tepat pada 25 November 2020. Satu tahun berjalan, Zenius melihat perjuangan nyata para guru di komunitas ZenRu yang harus menempuh perjalanan panjang demi bisa mendapatkan sinyal untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dan tetap memberikan stabilitas stabilitas para siswa di tengah jadwal pembelajaran tatap muka yang kerap berubah.
“Konten-konten Zenius sendiri selalu mengedepankan keterampilan, sebelum pengetahuan; dan ketika guru memiliki wadah berkreasi dan bertukar pikiran untuk melakukan pengajaran yang menggarisbawahi keterampilan berpikir, bersama-sama, Zenius dan guru-guru dapat ikut ambil bagian dalam pemulihan pendidikan pasca pandemi,” ucap Chief of Teachers’ Initiative Zenius Amanda Witdarmono dalam konferensi pers, kemarin (25/11).
Komunitas bagi guru
Saat ini, ZenRu telah menjadi komunitas bagi lebih dari 250 ribu guru di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, hampir 200 ribu di antaranya menggunakan platform ZenRu. Dalam perjalanannya, platform ini semakin ditingkatkan fiturnya, salah satunya terintegrasi dengan Google Classroom lewat akses Learning Management System (LMS). Dalam LMS ini, guru bisa membuat kelas, memberikan latihan soal untuk para siswa dan melakukan penilaian.
Fitur tersebut sangat membantu para guru dalam memantau pembelajaran para siswa dan mengerjakan tugas-tugas administratif, sehingga mereka memiliki waktu lebih untuk fokus pada perkembangan siswa mereka. Sementara itu, dalam aplikasi dan situs ZenRu berisi pustaka konten pembelajaran Zenius dan membagikan konten pembelajaran.
Unsur komunitas tak lepas dari semangat ZenRu agar para guru dapat saling berbagi dan bertukar pikiran di platform media sosial. Amanda menuturkan, pihaknya rutin menyelenggarakan workshop, baik yang diselenggarakan secara mandiri maupun bekerja sama dengan Dinas Pendidikan di Indonesia. Melalui kegiatan ini, para guru yang tergabung bisa mendapatkan berbagai hal positif yang bisa membantu mereka untuk menjalani aktivitas pembelajaran di kelas.
Ketua Biro Pengembangan Profesi PGRI Aceh Juanda mengatakan, “Guru merupakan salah satu elemen terpenting dalam proses pembangunan pendidikan di Indonesia, karena peran dan keberadaannya dapat menjadi penentu keberhasilan pendidikan di masa mendatang. Dengan membuka diri terhadap perubahan dan kemajuan teknologi, guru akan mampu memberikan pembelajaran terbaik bagi para siswa. Kami berharap kolaborasi-kolaborasi dengan platform edukasi teknologi seperti Zenius akan mampu untuk mempercepat pemulihan pendidikan pasca pandemi.”
Secara angka, ZenRu telah mengadakan 37 workshop yang setara dengan 1.184 jam pelajaran yang diikuti oleh 85.110 guru dan menjangkau 75.595 sekolah di seluruh Indonesia. Kemudian, memiliki total 174.564 kelas yang dibuat oleh para guru, rata-rata sebanyak 300 kelas yang dibuat oleh para guru dalam satu harinya, dengan rata-rata 10 siswa di tiap kelasnya; serta, memiliki lebih dari 140 ribu kontan materi video pembelajaran yang lengkap.
Amanda melanjutkan, pembelajaran tatap muka (PTM) diterapkan secara beragam oleh banyak sekolah yang masing-masing memiliki skemanya. Lantas kondisi tersebut tidak membuat ZenRu tidak bisa masuk mengambil perannya dalam pendidikan. ZenRu akan terus meluncurkan fitur lainnya yang didapat dari masukan para guru. Salah satunya yang sedang dipersiapkan adalah materi pelajaran dalam bahasa daerah dan lebih banyak animasi.
“Fitur berikutnya akan memenuhi kebutuhan tersebut, harapannya ZenRu dapat dipersonalisasi lebih jauh, sehingga dapat mendukung pembelajaran di kelas dan bisa menemani guru dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Semoga bisa reach 4 juta guru agar mereka bisa mengajar lebih bermakna mulai dari mana saja,” tutup Amanda.
ZenRu adalah salah satu produk Zenius yang menyasar khusus para guru. Produk utama dari Zenius adalah Zenius app, platform belajar online berbasis aplikasi yang memuat lebih dari 100 ribu video pembelajaran dan ratusan ribu latihan soal untuk jenjang SD-SMA. Sepanjang tahun lalu 2020, Zenius telah diakses oleh lebih dari 20 juta pengguna dari pedesaan dan perkotaan di seluruh Indonesia.
Perusahaan baru-baru ini merilis ZeniusLand, platform belajar yang dirancang khusus untuk mengembangkan kemampuan fundamental dan cara berpikir kritis siswa sekolah dasar usia 7-12 tahun. Bentuknya melalui permainan edukatif yang dapat meningkatkan kecerdasan kognitif maupun emosional anak dengan mempelajari Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris melalui metode gamifikasi.
Momentum edtech
Berbagai pemain edtech di Asia Tenggara terus memanfaatkan situasi Covid-19 sebagai momentum untuk mengakselerasi pertumbuhan produk dan bisnisnya ke depan. Khusus di Indonesia, kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah baru dibuka secara bertahap.
More Coverage:
Dalam kesempatan terpisah, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkap tentang bagaimana pandemi telah mengakselerasi adopsi digital dan mendorong investasi di sektor digital Indonesia. Healthtech dan edtech merupakan dua dari sekian sektor digital yang memainkan peran signifikan sejak pandemi pertama kali berlangsung.
Dampak ini turut tercermin dari meningkatnya layanan dari portofolio East Ventures, yakni Ruangguru dengan kenaikan jumlah pengguna hingga 50%. Selain itu, Willson menyoroti bagaimana pandemi mendongkrak iklim investasi di Indonesia dari sebelumnya $3,4 juta di 2020 menjadi $4,9 juta di kuartal ketiga 2021.
"Peningkatan ini teridentifikasi karena perilaku konsumen berubah menjadi perilaku berbasis digital atau online. Semua investor menjadi lebih agresif dan optimistis karena akselerasi digital terjadi sebelum hal lain," kata Willson.