MyRobin Mudahkan Perusahaan Mengelola Pekerja Kerah Biru
Dalam debutnya, MyRobin telah memperoleh pendanaan awal dari Antler, SOSV, Prasetia Dwidharma, dan beberapa angel investor
Besarnya permintaan pekerja kerah biru(blue collar) di Indonesia ternyata tidak dibarengi dengan manajemen dan platform digital yang relevan untuk keperluan bisnis. Melihat peluang tersebut, platform MyRobin mencoba untuk memberikan solusi kepada pelaku bisnis, dalam hal merekrut tenaga kerja dari kalangan tersebut.
Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO MyRobin Siddharth Kumar mengungkapkan, hingga saat ini masih banyak perusahaan yang kesulitan merekrut pekerja kerah biru. Ketika lowongan pekerjaan dibuka, kebanyakan para perusahaan tersebut merasa kewalahan ketika harus menyaring kandidat yang tepat.
"Dalam hal ini misalnya saat membuka sebuah lowongan kerja, mereka akan mendapatkan ratusan CV kertas, serta sulit untuk menilai kemampuan pekerja. Lalu pekerja yang diharapkan untuk hadir wawancara juga tidak datang. Di saat acara tertentu seperti Harbolnas dan Lebaran, mereka membutuhkan pekerja dalam jumlah yang sangat banyak. Selain itu turn-over rate juga sangat tinggi."
Hingga kini masih banyak pekerja yang tidak dibayar dengan adil, tidak memiliki asuransi, dan juga ditipu oleh pihak outsourcing bodong. Melihat permasalahan tersebut, MyRobin kemudian mencoba untuk mempelajari bagaimana negara seperti India dan Tiongkok menyelesaikan masalah tersebut. MyRobin hadir untuk menyediakan tenaga kerja berkualitas at scale dan memberikan berbagai benefit yang menunjang kinerja mereka.
"Model bisnis dan strategi monetisasi yang kami lancarkan adalah menagih perusahaan management fee. Dihitung di atas total biaya tenaga kerja. Tidak ada yang dipotong dari upah mitra kami," kata Siddharth.
Saat ini MyRobin telah memiliki komunitas pekerja yang berjumlah sekitar 2,4 juta orang yang tersebar di 100 kota di Indonesia. Mereka mencatat, 95% di antaranya berada dalam grup usia 18-35 tahun dan lulusan SMA/SMK serta pekerja yang memiliki skill. Secara keseluruhan sudah lebih dari 100 perusahaan yang telah dilayani oleh MyRobin.
Siapkan penggalangan dana
Saat ini MyRobin telah menerima pendanaan dari beberapa investor, di antaranya Antler, SOSV, Prasetia Dwidharma, dan beberapa angel investor. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, saat ini MyRobin tengah melakukan pengalangan dana untuk tahap selanjutnya.
"Untuk tetap efisien di era new normal, perusahaan membutuhkan fleksibilitas. Kami telah membantu ribuan pekerja mendapatkan pekerja di saat pandemi ini. Tim kami mengalami pertumbuhan hingga 5x saat pandemi ini," kata Siddharth.
Saat ini mereka telah melayani bisnis di kota tier 1 dan 2 seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan dan beberapa kota lainnya di Kalimantan, Sumatera dan Pulau Jawa. MyRobin juga ingin terus memperluas wilayah layanan mereka secara pesat hingga ke kota-kota yang lebih kecil.
More Coverage:
"Flexible workforce saat ini menjadi tren yang populer di Asia Tenggara. Pandemi semakin mempercepat proses perusahaan mengadopsi hal ini," kata Siddharth.
Selain MyRobin, platform serupa yang juga menyasar pekerja kerah biru di antaranya adalah Sampingan, Job2Go, Heikaku, Workmate, BigAgent, dan AdaKerja. Kecenderungan segmen ini dipenuhi kalangan low skill worker, orang-orang yang memiliki kompetensi minim – umumnya disebabkan karena akses ke pendidikan yang kurang baik. Menurut data BPS, per tahun 2019 kalangan low skill worker mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%.
Hadirnya platform digital juga berusaha menghadirkan disrupsi di siklus ketenagakerjaan kerah biru. Adanya platform seperti marketplace memungkinkan pemberi pekerjaan terhubung langsung dengan para calon pekerja, karena sejauh ini masih banyak ditemui agen atau biro penyalur tenaga kerja di segmen ini.