Startup Agritech "Semaai" Peroleh Pendanaan Lanjutan
Dipimpin oleh Accion Venture Lab dan XA Network, ini membawa total pendanaan Semaai mencapai 44 miliar Rupiah
Startup agritech Semaai mengumumkan pendanaan lanjutan yang dipimpin oleh Accion Venture Lab dan XA Network, serta partisipasi dari investor sebelumnya, Surge dan Beenext. Dengan putaran pendanaan ini, Semaai telah mengumpulkan total pendanaan senilai $2,9 juta ini (lebih dari 44 miliar Rupiah). Perolehan ini diraih selang setahun sejak perusahaan pertama kali mengumumkan pendanaan tahap awal sebesar $1,25 juta.
Semaai akan memanfaatkan dana tersebut untuk mendukung ekspansi produk, meliputi pembangunan layanan digital advisory untuk pengecer dan petani, serta aplikasi petani yang memungkinkan petani mengakses saprotan yang terjangkau dan lebih dekat.
Co-Founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, UMKM pertanian memiliki peranan penting sebagai support system dan agregator untuk para petani. Meskipun begitu, mereka belum cukup dibekali dengan alat yang membantu mereka melayani kebutuhan petani akan pengetahuan yang lebih baik, transparansi harga dan akses ke pasar.
"Kami percaya bahwa memberdayakan mereka dengan alat yang tepat akan membantu mereka melayani para petani lebih baik. Kami banga dan bersyukur atas dukungan Accion Venture Lab, XA Networks, dan para investor kami di mana semuanya memiliki kesamaan visi dan keyakinan dalam membawa dampak positif bagi masyarakat," ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (27/2).
Co-Managing Partner Accion Venture Lab Rahil Rangwala menuturkan, "ara petani memiliki peranan penting dalam sektor agrikultur Indonesia, dan kami melihat kesempatan besar untuk menyediakan peralatan digital dan kredit yang dibutuhkan untuk meningkatkan usaha dan penghidupan mereka. Kami sangat bangga bermitra dengan Semaai karena online marketplace mereka yang lengkap mempercepat transformasi digital peritel agribisnis kecil dan para petani di Indonesia yang mereka layani."
Perkembangan Semaai
Semaai menawarkan ekosistem digital yang terintegrasi sebagai solusi mengatasi masalah rantai pasok dan meningkatkan kapasitas teknis bagi UMKM agribisnis Indonesia seperti kios/pengecer sarana produksi pertanian di pedesaan (toko tani), dan petani kecil yang mereka layani.
Rantai pasok pertanian di Indonesia sangat terfragmentasi dan kompleks; Toko tani maupun petani harus berhadapan dengan harga yang tidak jelas, kurangnya akses ke produk pertanian yang terjangkau, dan ketidakseimbangan yang semakin parah antara supply dan demand produk pertanian.
Solusi Semaai mencakup tiga layanan utama dalam mengatasi masalah sistemik industri pertanian Indonesia,yang besarnya mencapai $100 miliar. Perusahaan menyediakan marketplace digital B2B bagi toko tani dan petani untuk saprotan seperti benih dan pupuk, akses ke pasar untuk produk hasil panen, dan layanan agronomi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas hasil pertanian.
Sejak peluncurannya di Agustus 2021, Semaai mengklaim telah membangun jaringan toko tani dan petani kecil di hampir 3.000 desa di Jawa Tengah, dengan jumlah toko tani aktif dan pengguna UMKM di marketplace Semaai yang saat ini melayani 2,6 juta petani di wilayah tersebut. Kemudian pada tahun lalu, transaksi bulanan di marketplace Semaai tumbuh 37 kali lipat, dan pendapatan bulanan Semaai meningkat 20 kali lipat.
Semaai juga membeli hasil panen dari jaringan petaninya dan mendistribusikannya ke beberapa supermarket, penggrosir dan perusahaan e-commerce besar di Indonesia. Keuntungan dari penjualan ini diputar kembali kedalam kegiatan usaha Semaai, memastikan siklus pertumbuhan yang berkelanjutan.
Tantangan rantai pasok pertanian
Solusi yang ditawarkan Semaai bukanlah barang baru, sebelumnya sudah ramai startup yang masuk menawarkan solusi efisiensi di rantai pasok pertanian. Dalam publikasi bertajuk "Yielding Next Gen. Agri Conglomerate Leveraging Tech Orchestration", Arise menyoroti empat pain points utama dalam rantai pasok pertanian, yakni keterbatasan akses ke permodalan, rantai pasok yang terfragmentasi dan kurang efisien, minimnya akses ke teknologi, serta ketidakpastian harga akibat perubahan iklim.
More Coverage:
Sementara sektor ini memiliki potensi industri yang sangat besar, nilainya bisa melebihi $500 miliar terhadap GDP global di 2030 mendatang. Kontribusi dari negara Asia Pasifik ditaksir menyumbangkan 8,2% dari nilai total tersebut. Melihat tren tersebut, di kancah global investasi untuk startup argitech juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Di 2020, terdapat sekitar 834 kesepakatan pendanaan, membukukan lebih dari $6,7 miliar.
Kendati pemain agritech sudah banyak bermunculan, Arise masih melihat ada beberapa celah yang masih belum terisi oleh inovasi digital —sekaligus peluang investasi yang masih terbuka— salah satunya B2B marketplace yang memenuhi kebutuhan petani. Selanjutnya, Arise akan melirik layanan manajemen dan IoT yang bisa membantu petani melakukan tata kelola lahan garapannya.