Startup Edtech Grou Jembatani Pencari Kerja Lewat Pengalaman Virtual
Adopsi konsep serupa dengan Forage; telah kantongi pendanaan pra-awal $40 ribu dari lima angel investor
Pesatnya pertumbuhan startup digital di Indonesia, mendorong lahirnya jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Kondisi tersebut pada akhirnya menimbulkan kesenjangan ekspektasi antara pencari kerja dengan pemberi kerja.
Untuk mengatasinya, umumnya pemberi kerja melakukan serangkaian tes guna mendapatkan ekspektasi kemampuan si pencari kerja. Bisa dibilang untuk menempuh proses tersebut, investasi yang dikeluarkan tidaklah sedikit.
Aleisha Fiona (CEO) dan Unggul Reynawa (CMO), yang bertemu saat bekerja di Gojek, menawarkan solusi yang berbeda untuk mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan Grou. Grou adalah startup edtech yang menyediakan platform marketplace khusus virtual work experience untuk mahasiswa dan pencari kerja mendapatkan pengalaman kerja secara virtual.
Sejatinya, Grou adalah hasil rebrand dari wadah komunitas pengembangan karier ReLearn yang sudah hadir sejak Februari 2020. ReLearn yang berbasis akun media sosial di Instagram ini dirintis dengan intensi awalnya sekadar untuk menyebarkan tips-tips seputar dunia kerja untuk mahasiswa dan pencari kerja yang baru merintis karier. Kemudian berkembang dengan menghadirkan program mentorship.
Terkait alasan pivot dan rebranding, Aleisha menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan antara filosofi dengan nama merek sebelumnya. ReLearn itu artinya belajar lagi. Konteks belajar itu sendiri sangat luas. Sementara, filosofi yang selalu dibawa ReLearn adalah teman perjalanan karier. Di sisi lain, merek ReLearn sedikit mirip dengan startup sejenis yang sudah lebih dulu hadir di Indonesia, ada yang mengira subsidiary-nya.
“Awal 2022 kita mulai riset, seperti apa persona ReLearn. Mereka ingatnya teman karier karena jargon yang kita pakai itu ‘grow with ReLearn’ karena kita mau orang berkembang bersama kita. Kita gali terus sampai akhirnya yakin [untuk rebrand],” ujar Aleisha kepada DailySocial.id.
Tiga tahun mengembangkan ReLearn, Aleisha mempelajari bahwa program mentoring saja tidak cukup dalam menyelesaikan masalah yang di lapangan yang alami oleh para rekruter. Sebelum berkarier di ranah profesional, Aleisha pernah ikut menjadi penasihat karier di luar negeri. Tiap bulannya ia meninjau 300 lamaran pekerjaan yang masuk, sebagian besar para kandidat tersebut masih ragu dengan tujuan karier setelah lulus kuliah.
Di Indonesia saja, menurut data yang ia kutip, terdapat 8,3 juta fresh graduate yang tidak bekerja saat ini. Dari total tersebut, hanya 15 ribu orang yang memiliki akses ke program intership.
Berbagai pengalaman dan riset di lapangan, memantapkan dirinya untuk menyeriusi solusi pengalaman kerja virtual ini. Terlebih, ia juga melihat kesuksesan Forage, startup sejenis Grou asal Amerika Serikat, dengan konsep yang diusung untuk meyakininya diadopsi ke Indonesia.
“Indonesia mempunyai lebih dari 10 juta fresh graduates, sedangkan peluang magang di Indonesia masih sangat terbatas setiap tahunnya. Dengan adanya marketplace pengalaman kerja virtual yang diluncurkan oleh Grou, kami berharap agar bisa membangun peluang kerja yang lebih terdemokratisasi, sehingga siapapun bisa mendapatkan pengalaman pekerjaan, sekalipun untuk yang tertarik berkarier lintas jurusan.”
Produk Grou
Produk Grou saat ini ada dua, yakni virtual work experience dan komunitas. Produk pertama ini walau dilakukan secara daring atau virtual, program pengalaman kerja virtual Grou memiliki peluang besar untuk membantu rekruter perusahaan menyaring calon karyawan yang berkualitas dengan mudah.
Hal ini didukung oleh akses program yang bersifat gratis untuk para pencari kerja, serta fitur Digital Profile yang dapat membantu rekruter menyaring kandidat lebih mudah sesuai kebutuhan. Penggunanya dapat berasal dari kalangan mahasiswa, fresh graduate, professional, bahkan praktisi industri yang ingin bergabung sebagai mentor.
Dari sisi perusahaan, mereka dapat listing berbagai posisi pekerjaan dengan mencantumkan studi kasusnya melalui akses dasbor yang diberikan Grou. Calon pekerja dapat mengerjakan studi kasus tersebut, sesuai jenis pekerjaan dengan yang mereka mau.
“Jadi drive dari sisi job seeker itu, dia mau tahu apa saja yang ia kerjakan. Tapi dari sisi perusahaan, mereka bisa kontrol apa saja pekerjaan yang mau di-post. Mereka ada potensi membutuhkan kandidat tersebut atau amplifikasi employer branding-nya karena banyak orang yang enggak tahu pekerjaannya tuh kayak gimana.”
Aleisha melanjutkan, “Dari job seeker mereka dapat pengetahuan mengenai perusahaan tersebut. Mereka bisa tahu kalau misalnya jadi finance manager di perusahaan itu silabusnya apa saja yang harus dipelajari. Silabus ini kan yang missing di bangku kuliah. Itu yang kita trying to solve.”
Produk pertamanya ini baru dirilis pada 14 Oktober kemarin. Calon pekerja tidak dibebankan biaya untuk menggunakan solusi tersebut karena model bisnis yang dianut adalah B2B.
More Coverage:
Grou juga memiliki program mentoring virtual untuk mendukung proses pengembangan karier generasi muda. Diklaim perusahaan telah bekerja sama dengan 150 praktisi industri untuk melakukan program mentoring karier bersama lebih dari 500 anggota komunitas di Grou. Para mentor ini berasal dari perusahaan teknologi, big 4 consulting, dan perusahaan bergengsi lainnya.
“Sekarang masih tahap awal, masih cari product-market-fit. Sembari itu kita expanding anggota komunitas karena apapun bentuk produk yang kita keluarkan akan tetap ada unsur komunitas yang melekat di dalamnya.”
Disebutkan Grou telah mengantongi pendanaan sebesar $40 ribu (Rp628 juta) dari lima angel investor. Latar belakang para investor ini beragam, ada yang dari industri game, hiburan, dan sebagainya. Aleisha menyebut pendanaan pra-awal ini masih berlanjut dan ditargetkan dapat meraup dana sebesar $175 ribu (Rp2,7 miliar).
“Kita ini masih kecil banget, jadi yang kita butuhkan adalah mencari investor strategis, yang bisa jadi mentor buat aku sebagai founder,” pungkasnya.