Startup Edtech "Kiddu" Fokus pada Pengembangan Diri dan EQ Anak di Usia Emas
Didesain dengan konsep gamifikasi yang menyenangkan untuk anak berusia 4-8 tahun
Startup edtech Kiddu meresmikan kehadirannya ke publik pada Kamis (1/12). Startup ini berupaya menjembatani orang tua dengan anaknya dalam memenuhi pengembangan skill EQ (emotional intelligence) dan pengembangan diri (personal development) yang sangat berguna dari kehidupan dini hingga dewasa.
"Kebanyakan edtech fokus pada IQ yang erat kaitannya dengan peringkat dan sebagainya. Bukan berarti ini salah, tapi kadang yang terpenting begitu anak beranjak dewasa adalah EQ dan personal development. Saat ini, hal itu masih jomplang dan belum diajarkan di sekolah," ucap Co-founder dan CEO Kiddu Mel Bj saat konferensi pers virtual.
Menurut Mel, kepintaran akademis semata (IQ) tidak menjamin kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan, karier, dan hubungan dengan antarmanusia. Kondisi ini dialami oleh orang dewasa saat ini di tengah kesibukannya bekerja, seperti kurang dalam mengelola emosi, menjaga kesehatan mental, percaya diri, mencintai diri sendiri, manner, dan kemampuan komunikasi yang baik.
"Terutama di era digital saat ini, banyak anak-anak yang sudah biasa bermain dengan internet dan gadget dan terekspos banyak informasi setiap harinya. Sangat penting membekali mereka dengan mindset positif dan critical thinking untuk melindungi mereka dari informasi yang tidak baik dan membuat keputusan yang tepat untuk hidup mereka sendiri sejak kecil," ujarnya.
Oleh karenanya, EQ adalah penentu karakter dan perilaku anak yang sebenarnya punya dampak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi masih terlupakan. Selain itu, belum ada buku panduan atau sekolah yang mengajarkan bagaimana cara menjadi orang tua yang luar biasa. Biasanya orang tua berusaha melakukan yang terbaik dari pengalaman mereka dibesarkan oleh orang tua mereka sejak kecil. Bagi orang tua, mungkin saja itu cukup.
Namun, tidak sedikit juga dari orang tua yang merasa mereka hanya menggunakan insting, tanpa benar-benar tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan anak-anak mereka skill kehidupan, seperti cara mengontrol emosi, berkomunikasi yang tepat, menghadapi konflik, dan lebih percaya diri.
"Maka perlu diajarkan dari masa anak-anak, ketika watak dan perilaku mereka masih dalam masa pembentukan, yaitu pada usia emas (0-7 tahun). Ini adalah saat yang tepat untuk mengajarkan moral, etika, emosi, kepercayaan diri, disiplin, dan skill EQ lainnya," kata Mel.
Co-founder dan CMO Kiddu Fanny Lara Ambadar menambahkan, "EQ dan personal development itu penting karena di masa golden age, otaknya baru terbentuk dari sisi mindset. Jadi secara alam sadar atau di bawah sadar, ini akan jadi inner child sampai dia besar, yang mana self-esteem, dan manner itu misalnya, sangat penting untuk ditanamkan sejak dini."
Solusi Kiddu
Menurut Mel, Kiddu ingin menjadi bagian dalam aksi perbaikan dan pengembangan EQ di masyarakat Indonesia, dimulai sejak dini. Solusi yang ditawarkan Kiddu adalah web app yang dapat diakses melalui browser di smartphone atau PC.
Aplikasi tersebut dirancang khusus menggunakan metode NLP, Neuroscience & Cognitive Behavior Psychology, dan didesain berbentuk gamifikasi yang menyenangkan untuk anak berusia 4-8 tahun. Konten-kontennya berisi video animasi, kuis, menggambar dan mewarnai, dan metode bermain sambil belajar lainnya. Seluruh konten ini masih berbahasa Indonesia, tetapi rencananya akan dikembangkan dengan terjemahan bahasa Inggris.
Proses belajarnya dimulai dari menonton video yang seru dan dapat dipilih orang tua. Setelah itu, akan ada kuis yang perlu diselesaikan, dan terakhir, mendapat tantangan seru yang bisa diunduh dan dikerjakan di rumah. Orang tua akan mendapat ulasan dari setiap pelajaran yang telah diambil terkait perkembangan anak.
"Kiddu bukan menggeser klinik anak yang ada, tapi sebagai penambah aktivitas anak di rumah yang sehari-harinya sudah terpapar dengan gadget. Kalau klinik itu tidak setiap hari belajarnya. Tapi di Kiddu mereka bisa belajar setiap hari dengan dibatasi maksimal dua pelajaran sehari," lanjut Fanny.
Saat ini model bisnis yang digunakan Kiddu adalah berlangganan dengan memilih berbagai opsi durasi, mulai dari tiga bulan hingga paling lama setahun. Biayanya mulai dari Rp495 ribu untuk berlangganan selama tiga bulan hingga Rp1,18 juta untuk berlangganan selama setahun.
Mel berencana mempermudah akses para orang tua untuk memperkenalkan Kiddu dengan mode trial selama 7 hari atau 14 hari sebelum memutuskan untuk berlangganan penuh. Aplikasi Kiddu sendiri sudah dirilis untuk publik per (28/11), setelah melakukan berbagai testing selama tiga bulan dengan mewawancarai para orang tua sebagai responden untuk meminta masukan.
"Perkembangan awalnya kami memang masuk ke web app, bukan mobile app. Tapi memang ada agenda di 2023 bakal improve supaya user experience-nya bisa ditingkatkan. Kita juga mau tambah fitur yang lebih advanced untuk gamifikasi dan ada komunitas agar app ini bisa lebih fun."
Tidak hanya meningkatkan awareness orang tua melalui aplikasi, ke depannya Kiddu berencana untuk melakukan kerja sama dengan ratusan sekolah di Jakarta dan Kemendikbud Ristek, menggaet psikolog influencer, dan melakukan aktivitas offline dengan menggelar Kiddu Offline Center untuk mempertemukan komunitas dan melakukan aktivitas bersama yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan EQ anak.
Menurut Mel, sejauh ini perusahaan masih dalam tahap product-market fit, mencari solusi yang tepat di pasar sembari melihat model bisnis yang dipakai sudah tepat atau belum, sehingga belum aktif mencari penggalangan dari investor luar. "Kami open tapi tidak actively looking, kemarin sudah ada investor yang sudah menghubungi. Kemungkinan kebutuhan baru ada sekitar pertengahan atau akhir tahun depan."