Penetrasi Teknologi di Proses Rekrutmen Indonesia
Teknologi mempersingkat proses rekrutmen dari segi administratif, pengambilan keputusan sepenuhnya wewenang perusahaan
Sekitar satu dekade yang lalu, ketika akses terhadap internet masih terbatas dan media sosial belum begitu menjamur seperti sekarang, perusahaan masih menempuh cara manual untuk bisa menjangkau talenta-talenta bersinar. Saat ini, teknologi telah berhasil merevolusi sistem perekrutan dengan mengubah cara perusahaan dalam menemukan kandidat yang sesuai dan profesional. Mulai dari lembaran surat lamaran menjadi aplikasi lamaran online, hingga proses wawancara yang bisa dilakukan jarak jauh.
Menurut data BPS per Agustus 2019, terdapat total 7,05 juta jiwa yang tidak memiliki pekerjaan di Indonesia. Hal ini berarti, sejumlah 7,05 juta jiwa sedang berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai.
Berbagai tools diciptakan untuk bisa membantu mempermudah proses perekrutan karyawan, mulai dari platform job aggregator hingga memanfaatkan media sosial untuk bisa mengakuisisi talenta. Tidak hanya untuk penyedia lapangan kerja, hal ini juga berdampak pada para talenta. Di sini, proses kreativitas bekerja tatkala mereka menggunakan berbagai platform untuk "menjajakan" kemampuan.
"Dulu saya hanya melihat resume dan dilanjutkan dengan wawancara. Ternyata [hal itu] tidak berhasil. Resume dapat mengelabui. Wawancara bersifat subyektif. Tanpa pengalaman yang cukup untuk membaca orang, dan tidak memiliki pewawancara berbakat dari sisi SDM, maka rentan untuk melewatkan detail penting," ujar Head of Product eFishery Ivan Nashara dalam salah satu tulisan lepasnya.
Berbagai platform penunjang
Ada banyak platform yang menawarkan solusi dalam mempermudah proses perekrutan karyawan, baik untuk korporasi besar maupun perusahaan teknologi dalam berbagai skala. Mencari talenta mulai dari profesi yang paling umun hingga kebutuhan akan talenta spesifik atau niche.
Dalam wawancara lanjutan DailySocial dengan Ivan Nashara, ia menyampaikan, "Dalam konteks menemukan talenta (outbound), LinkedIn sangat powerful. Dalam hal memasang iklan dan membangun awareness (inbound), portal seperti jobstreet, Glints, Kalibrr, juga berperan penting. Sementara, untuk manajemen rekrutmen atau funnelling, kita cukup pakai Trello."
LinkedIn adalah salah satu platform yang menjadi primadona dalam industri rekrutmen. Sebagai jejaring sosial profesional terpopuler, ragam talenta dan perusahaan dapat ditemukan dalam platform ini. Contoh lainnya adalah Kalibrr, sebuah platform yang juga menyediakan uji kemampuan online untuk membantu seleksi talenta.
Implementasi AI
Meningkatnya penggunaan platform teknologi dalam proses rekrutment menjadi potensi tersendiri dalam ranah kecerdasan buatan. Sebuah robot bahkan pernah dikembangkan dengan objektif menyamarkan bias serta sugarcoating dalam proses interview.
Menanggapi potensi pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dalam proses rekrutmen, CEO Kata.ai Irzan Raditya menilai, proses rekrutmen yang masih manual terlalu banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal administratif, sementara peran tim HR harusnya bisa lebih fokus dalam mengembangkan potensi talenta.
Teknologi AI diklaim bisa membantu mengoptimalkan pekerjaan tim HR mulai dari proses seleksi CV, wawancara, sehingga terbentuk candidate scoring. Hal ini bisa memangkas beberapa fase yang selama ini dilakukan secara manual sehingga mempersingkat proses perekrutan karyawan.
"Jadi, peran teknologi AI di sini bukan untuk mengambil keputusan, melainkan lebih kepada augmentasi. Sementara penilaian tetap menjadi core dari tim HR," ujar Irzan.
Salah satu perusahaan yang juga menawarkan solusi teknologi AI dalam industri rekrutmen adalah Glints. Platform ini menawarkan full-stack recruitment dengan kombinasi teknologi dan konsultasi. Menurut wawancara DailySocial dengan seorang senior konsultan Glints, perusahaan yang sudah memanfaatkan teknologi mereka sebagai solusi proses rekrutmen pun beragam, mulai dari startup hingga korporasi.
Dari sisi perusahaan, kebutuhan akan pemanfaatan teknologi dalam proses rekrutmen masih beragam. "Semua tergantung stage perusahaan, hal ini juga bisa dihitung dari ROI perusahaan. Pada dasarnya, tujuan dari pemanfaatan teknologi adalah untuk memperkecil kemungkinan kehilangan kandidat yang punya potensi dan menghindari bias."