Video on Demand dan Penerimaannya oleh Masyarakat Indonesia
Orang lebih suka melihat konten video melalui platform VoD, namun sebagian besar suka yang gratis
Ponsel pintar berhasil mengubah banyak hal, tidak hanya terkait aktivitas keseharian, juga pada preferensi seseorang dalam menikmati konten. Semuanya kini menjadi serba on demand, yang mengisyaratkan sebuah fleksibilitas dan penyesuaian kebutuhan berdasarkan kriteria tertentu, pun demikian dengan layanan konten. Salah satu yang mulai populer saat ini adalah video on demand (VoD).
Layanan VoD sederhananya sebuah sistem penyampaian konten video online, versi premium dengan mekanisme pembayaran berlangganan atau berdasarkan apa yang ingin dilihat. Trennya saat ini hampir semua layanan VoD di Indonesia menjalin kerja sama khusus dengan perusahaan telekomunikasi, dijajakan sebagai keuntungan/bonus atas paket berlangganan internet yang telah dibayar setiap bulannya. Lantas, apakah VoD ini diminati oleh masyarakat Indonesia secara umum?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan sebuah survei terhadap 1037 pengguna ponsel pintar di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagian besar responden sudah memahami apa itu layanan VoD, paling banyak (51,21%) mendefinisikan sebagai konten video yang ditonton melalui medium internet, sebagiannya lagi (49,66%) mendefinisikan sebagai konten video yang dibayar berdasarkan judul apa yang dipilih.
Layanan VoD populer di Indonesia
Di Indonesia saat ini sudah ada beberapa layanan VoD, rata-rata yang memiliki persentase besar sebarannya dibarengkan dengan paket data sebuah provider, misal HOOQ dan Viu bersama Telkomsel, iflix bersama Indosat Ooredoo. Berikut untuk persentase daftar layanan VoD berbayar yang paling populer berdasarkan masukan dari responden survei:
Dan berikut ini adalah persentase hasil survei untuk penggunaan layanan VoD yang dapat dinikmati secara gratis di internet:
Dari survei juga mengungkapkan sebuah data, bahwa sebagian besar responden (sekitar 70%) menyadari benefit layanan VoD yang mereka dapatkan dari hasil berlangganan paket data seluler ataupun pemasangan layanan tv kabel atau sejenisnya. Dari situ mereka memutuskan untuk memanfaatkan layanan tersebut. Dan keberadaan model VoD ternyata cukup mempengaruhi kebiasaan responden dalam menyaksikan konten video. Sebagian besar kini lebih suka melalui perangkat ponsel dan komputer.
Apakah pengguna VoD di Indonesia bersedia untuk membayar?
Kendati layanan seperti YouTube sudah menjadi bagian dari konsumsi harian pengguna ponsel pintar, lantas apakah mereka bersedia untuk membayar layanan VoD untuk konten-konten premium? Berbicara rentang harga, sebanyak 54,32% responden mengharapkan harga jual konten tidak melebihi dari Rp25.000, lalu di rentang Rp25.000 - Rp50.000 ada sekitar 28,90% responden yang merasa masih mau untuk membayar. Sedangkan untuk harga di atas itu hanya persentase minoritas responden yang bersedia membayar.
Hal tersebut dikarenakan memang lebih banyak pengguna yang lebih suka menonton layanan VoD gratis, pun demikian saat dibandingkan dengan alternatif kanal video lainnya.
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa pendekatan yang dilakukan oleh pemilik layanan VoD dengan menggandeng dan membundel paket video dengan paket internet operator seluler menjadi langkah yang tepat. Pendekatan ke pengguna memang harus dilakukan secara bertahap, dengan mengenalkan seberapa eksklusif konten yang ada di VoD misalnya, sembari membuat ketertarikan semakin meningkat.
Di atas adalah beberapa cuplikan dari Video on Demand Survey 2017 yang telah dilakukan oleh DailySocial. Untuk mengunduh survei lengkap, dapat mengunjungi tautan berikut ini: klik di sini. Simak juga pembaruan berita tentang penyedia layanan VoD Indonesia di sini.