Saatnya Indonesia Melangkah Lebih Ambisius Beralih ke Energi Terbarukan

Randi Eka - 6 October 2024

Penggunaan energi terbarukan perlu didorong, tidak hanya menguntungkan alam, namun perekonomian negara secara keseluruhan / Unsplash

Indonesia sedang berada di garis depan krisis iklim global. Dengan intensitas cuaca ekstrem yang meningkat, kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan, Indonesia mengalami dampak yang sangat nyata dari pemanasan global. Meski demikian, langkah-langkah mitigasi untuk menghadapi krisis iklim ini masih jauh dari cukup ambisius.

Sebagai negara dengan cadangan energi fosil yang melimpah, Indonesia masih menggantungkan lebih dari 86,92% pasokan energinya pada bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Bahkan, meski ada komitmen yang dibuat dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) 2016 untuk mengurangi emisi hingga 834 juta ton CO2e pada 2030, hanya sedikit langkah yang menunjukkan akselerasi transisi ke energi terbarukan. Realisasi energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 13% dari target 23% pada tahun 2025, angka yang jelas menunjukkan bahwa kita masih tertinggal dalam upaya melawan krisis iklim.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri berbagai keuntungan yang bisa didapat Indonesia jika lebih serius beralih ke energi terbarukan. Tidak hanya dari segi lingkungan, tetapi juga dari segi ekonomi dan sosial.

Menekan Emisi dan Polusi Udara

Salah satu keuntungan terbesar dari beralih ke energi terbarukan adalah penurunan emisi karbon. Berdasarkan data dari laporan Indonesia’s Energy Transition: Taking Off Without Gas (2024), sektor energi Indonesia berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon, dengan penggunaan energi fosil yang masih dominan. Gas alam, yang sering dianggap sebagai bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan batu bara, ternyata juga memiliki dampak besar terhadap perubahan iklim. Laporan tersebut menyebutkan bahwa meskipun gas menghasilkan emisi CO2 yang lebih sedikit dibandingkan batu bara, gas tetap mengandung metana—gas rumah kaca yang jauh lebih berbahaya. Kebocoran metana dari infrastruktur gas dapat memperburuk krisis iklim, karena metana memiliki potensi pemanasan global 28 kali lebih besar dibandingkan CO2 dalam jangka waktu 20 tahun.

Sebaliknya, energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air memiliki jejak karbon yang jauh lebih rendah. Data dari laporan yang sama memperlihatkan bahwa pembangkit listrik tenaga angin hanya menghasilkan 385 ribu ton CO2 per tahun, jauh lebih kecil dibandingkan emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga gas yang bisa mencapai 32,6 juta ton CO2 per tahun. Ini menunjukkan bahwa berinvestasi pada energi terbarukan adalah langkah paling efektif untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia.

Perbandingan emisi karbon yang dihasilkan dari setiap sumber bahan bakar energi / CERAH

Lebih dari itu, transisi ke energi terbarukan juga bisa menjadi solusi bagi masalah polusi udara di Indonesia, yang telah menjadi penyebab utama berbagai masalah kesehatan. Pencemaran udara akibat pembakaran batu bara di pembangkit listrik tak hanya menghasilkan emisi CO2 tetapi juga polutan berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx), yang berdampak langsung pada kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Dengan menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dengan energi bersih, Indonesia bisa secara signifikan mengurangi angka penyakit pernapasan yang banyak diderita oleh warganya.

Energi Terbarukan Lebih Murah

Selain dampak positif bagi lingkungan, transisi ke energi terbarukan juga menawarkan keuntungan ekonomi yang signifikan. Laporan Energy Transition Policy Perception Survey in 3 Regions (2023) menunjukkan bahwa masyarakat dan pelaku industri di tiga wilayah Indonesia, yakni Kalimantan Timur, Jawa Barat, dan Sumatra Selatan, menilai energi terbarukan seperti tenaga surya sebagai solusi hemat biaya yang berkelanjutan. Selain itu, banyak yang menyebutkan bahwa energi terbarukan dapat mengurangi biaya operasional jangka panjang, dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil yang harga dan pasokannya tidak stabil.

Fakta ini diperkuat dengan data dari laporan sebelumnya, yang memperlihatkan perbandingan biaya antara energi terbarukan dan gas. Menurut laporan tersebut, harga listrik dari energi surya diperkirakan akan turun menjadi US$22,5/MWh pada 2050, sementara harga listrik dari gas masih berkisar di angka US$99/MWh pada tahun yang sama. Penurunan harga energi terbarukan yang signifikan ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, Indonesia akan menghemat lebih banyak biaya jika berinvestasi pada energi terbarukan sekarang.

Lebih jauh lagi, transisi ke energi terbarukan juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru di berbagai sektor, terutama dalam pengembangan infrastruktur energi terbarukan, seperti instalasi panel surya dan turbin angin. Berdasarkan survei dalam penelitian CERAH dan Markdata, mayoritas responden setuju bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan angin dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat setempat. Pembangunan infrastruktur energi terbarukan juga bisa meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal dan mempromosikan ekonomi daerah.

Berbagai kesempatan yang dianggap bisa menguntungkan dari program transisi energi / CERAH & Markdata

Mengatasi Ketergantungan pada Gas Alam dan Batu Bara

Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada gas alam dan batu bara untuk kebutuhan energinya. PT PLN, dalam rencana penyediaan listriknya (RUPTL 2021-2030), bahkan merencanakan penggantian pembangkit listrik tenaga batu bara dengan gas alam.

Namun, seperti yang diungkapkan dalam laporan Analysis of Indonesia’s Energy Regulation 2014-2024, penggunaan gas alam sebagai pengganti batu bara hanya akan menambah beban subsidi pemerintah, mengingat biaya operasional gas yang lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara maupun energi terbarukan. Selain itu, rencana investasi besar-besaran pada infrastruktur gas hanya akan memperlambat transisi menuju energi bersih, yang sebenarnya jauh lebih efisien dan murah.

Laporan tersebut juga menegaskan bahwa gas alam bukanlah solusi jangka panjang bagi Indonesia. Metana, komponen utama gas alam, merupakan gas rumah kaca yang sangat berbahaya dan bisa meningkatkan suhu bumi secara signifikan jika dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, energi terbarukan tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih murah dan lebih dapat diandalkan.

Peran Pemerintah dan Tuntutan Aksi yang Lebih Konkret

Melihat berbagai keuntungan dari energi terbarukan, sudah saatnya pemerintah Indonesia mengambil langkah yang lebih serius dan ambisius dalam mempercepat transisi energi. Komitmen dalam NDC 2016 untuk menurunkan emisi hingga 834 juta ton CO2e pada 2030 dengan kontribusi sektor energi sebesar 37,6% tidak akan tercapai jika energi fosil masih mendominasi pasokan energi nasional.

Pemerintah perlu mempercepat pengembangan energi terbarukan dengan kebijakan yang lebih mendukung, termasuk penyediaan insentif bagi investasi energi terbarukan, penghapusan subsidi untuk energi fosil, dan peningkatan regulasi yang memastikan percepatan pembangunan infrastruktur energi bersih. Seperti yang dijelaskan dalam laporan Analysis of Indonesia’s Energy Regulation 2014-2024, inkonsistensi kebijakan energi Indonesia harus segera diatasi agar transisi energi dapat berjalan lancar dan efektif.

Transisi ke energi terbarukan bukan hanya soal menyelamatkan bumi dari krisis iklim, tetapi juga tentang memastikan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia—dari segi kesehatan masyarakat, ekonomi, hingga kedaulatan energi. Dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan yang melimpah, seperti tenaga surya dan angin, Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam transisi energi di Asia Tenggara, sekaligus mengurangi emisi dan polusi udara yang selama ini menjadi ancaman bagi masyarakat.

Saatnya Indonesia melangkah lebih ambisius dan meninggalkan energi fosil. Langkah-langkah mitigasi yang lebih konkret dan terukur sangat diperlukan agar bangsa ini bisa menghindari dampak terburuk dari krisis iklim.

Dailysocial.id is a news portal for startup and technology innovation. You can be a part of DailySocial.id`s startup community and innovation members, download our tech research and statistic reports, and engage with our innovation community.