Bukalapak Rekrut Tim di Korea Selatan, Bantu Analisis Tren untuk Diadopsi
Sebelumnya Bukalapak buka kantor sebagai "tech hub" di Melbourne, Australia pada awal tahun ini
Bukalapak memperluas tim di Korea Selatan, dengan menunjuk Kim Juhee sebagai Country Manager. Kim dan timnya bertugas membantu analisis tren dan inovasi yang dapat diadopsi perusahaan ke depannya.
“Area utama kami adalah untuk mendukung pengembangan pasar di Asia Tenggara melalui akuisisi merek domestik dan kami berencana untuk menciptakan peluang bisnis baru melalui usaha patungan,” tulis Kim dalam unggahannya di LinkedIn. Kim memiliki latar belakang yang kuat di bidang teknologi, lewat perjalanan kariernya di sejumlah perusahaan, seperti NAVER, Oracle, dan Dell.
Mengutip dari DealStreetAsia, Bukalapak tidak memperluas bisnisnya ke Korea Selatan. Menurut Head of Media and Communication Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal, Kim mendapat mandat untuk mempelajari tren dan inovasi lokal untuk diadopsi di dalam perusahaan. “Pada dasarnya kami selalu memantau tren dan perkembangan industri teknologi di seluruh dunia sebagai panduan kami dalam mengembangkan semua layanan dan produk kami,” kata dia.
Langkah Bukalapak selaras dengan aksi korporasi yang sudah diumumkan sebelumnya dalam rangka memperluas bisnis di luar Mitra Bukalapak. Sebelumnya, perusahaan dan Sembrani Kiqani terlibat dalam putaran investasi di Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) sebesar $15 juta. YGG SEA merupakan organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) di bawah naungan YGG, startup pengembang game berbasis blockchain asal Filipina.
Dalam rangka memperkuat tim teknologinya, pada awal tahun ini perusahaan membuka R&D Hub di Melbourne, Victoria. Kantor tersebut menjadi basis internasional pertama Bukalapak untuk pusat penelitian dan pengembangan, sekaligus menandai kerja sama bilateral antar kedua negara di sektor teknologi dan inovasi digital.
Pusat penelitian dan pengembangan tersebut diharapkan dapat memberi akses Bukalapak kepada kapabilitas dan pool of talent bidang teknologi dan inovasi digital yang dimiliki Victoria, sekaligus kesempatan kerja sama dengan berbagai universitas di sana.
Victoria dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan teknologi dan inovasi digital di Australia. Pemerintah negara bagian tersebut mengalokasikan anggaran untuk mendorong pengembangan teknologi dan inovasi digital, termasuk melalui kerja sama internasional.
AlloFresh
Selanjutnya, masuk ke ranah online grocery bersama CT Corp dan Growtheum Capital Partners untuk mendirikan AlloFresh. Perusahaan patungan tersebut akan memanfaatkan 138 gerai beserta ekosistem lainnya yang dimiliki CT Corp untuk melayani pemesanan kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya konsumen akhir, para Mitra Bukalapak nantinya dapat memesan stok barang jualannya melalui platform tersebut, dengan lebih banyak pilihan hingga 150 ribu SKU.
President Director & CEO PT Trans Retail Indonesia Bouzeneth Benaouda mengatakan, menyediakan fasilitas belanja online dan offline untuk konsumen adalah kunci di masa depan. Meski kesenjangan antara belanja online terhadap total belanja ritel nasional masih luas, pihaknya tidak mau menampik pilihan belanja online atau offline. Mereka memilih mengambil kedua segmen tersebut.
“Kita tidak mau underestimate customer yang masih mau experience belanjanya datang langsung ke gerai. Di luar Jakarta, kebiasaan belanja seperti itu masih ada dan porsinya besar. Makanya di masa depan, keduanya harus jalan bersama. Hal tersebut berkaitan erat dengan apa yang kami lakukan bersama Bukalapak,” ucapnya.
Presiden Bukalapak Teddy Oetomo melanjutkan, AlloFresh hadir karena semangat kolaborasi yang bila dilakukan oleh satu pihak saja akan memakan ongkos yang jauh lebih besar. “Mungkin bisa lebih dari Rp1 triliun untuk sampai ke titik ini,” ucapnya.
More Coverage:
Rp1 triliun yang dimaksud Teddy ini adalah investasi awal yang digelontorkan untuk pengembangan AlloFresh. Pemegang saham mayoritas di AlloFresh adalah Trans Retail (55%), Bukalapak (35%), dan Growtheum (10%).
Teddy melanjutkan, selama ini banyak pemain online grocery yang membangun infrastrukturnya dari titik nol. Mereka punya teknologi, tapi membutuhkan biaya dan waktu untuk mereplikasi infrastruktur yang ada. Kondisi tersebut berbeda dengan AlloFresh, sebab Trans Retail sudah hadir lebih dari dua dekade untuk membangun jaringan gerai supermarket di seluruh Indonesia.
Kelebihan tersebut diklaim menjadi kekuatan utama AlloFresh yang selama ini belum ditawarkan kebanyakan startup. “Jadi kami melakukan leapfrog 20 tahun lebih untuk mempercepat penetrasi e-grocery yang mungkin butuh 20 tahun kalau dilakukan sendirian.”
Sign up for our
newsletter