Omnichannel Semakin Populer Dorong Pemasyarakatan Beauty Tech
Industri kecantikan semakin kompetitif, tren digital didorong adopsi omnichannel oleh brand D2C
Pandemi mempercepat pertumbuhan industri beauty tech, termasuk di Indonesia. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan platform beauty tech di Indonesia adalah penutupan toko dan salon kecantikan (gerai fisik) selama masa social distancing.
Brand D2C (direct-to-consumer) semakin marak. Model D2C populer karena memungkinkan brand menjual produk langsung ke konsumen melalui saluran sendiri maupun platform pihak ketiga. Mereka memotong perantara dan
Menurut data Tokopedia, kategori kecantikan menjadi salah satu kategori dengan peningkatan jumlah transaksi paling tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya di periode Januari-Maret 2023.
Di tahun 2023, pandemi melandai. DailySocial.id mencoba melihat bagaimana strategi omnichannel, kehadiran secara online dan offline/gerai fisik, dihadirkan para pemain beauty tech.
D2C semakin populer
Menurut President & CEO PT Social Bella Indonesia Christopher Madiam, dibandingkan produk kecantikan konvensional, startup kecantikan/marketplace D2C cenderung memiliki pendekatan yang lebih customer-centric approach, dengan fokus pada memberikan pengalaman belanja yang personal dan seamless.
Perusahaan seperti ini memanfaatkan kehadiran media sosial dan saluran pemasaran digital lainnya untuk membangun kesadaran terhadap brand dan mencapai audiens target mereka. Di sisi lain, brand kecantikan konvensional biasanya mengandalkan metode pemasaran yang lebih tradisional, seperti iklan cetak dan TV.
Selama perjalanan bisnis, Sociolla mengklaim telah mempelajari pentingnya beradaptasi dengan perilaku digital yang terus berkembang.
"Di Sociolla, kami mengutamakan pemahaman terhadap pelanggan kami dan preferensi mereka. Kami tahu bahwa menjaga fleksibilitas dan fokus pada kebutuhan konsumen serta merespons dengan cepat perubahan di pasar sangat penting. Pendekatan kami selalu mengutamakan pengalaman pelanggan, memungkinkan kami untuk membangun loyalitas pelanggan dan mencapai pertumbuhan bisnis," kata Christopher.
Menurut Founding dan Managing Partner Creative Gorilla Capital Benz Budiman, segmen beauty tech menjadi bisnis yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari besarnya penjualan dan pemasaran yang dilakukan oleh para pemain memanfaatkan berbagai platform media sosial.
"Namun demikian saat ini beauty industry juga sangat kompetitif dan sangat tersaturasi. Karena semua orang ingin melakukan hal tersebut, mereka yang bisa bermain dan bertahan di industri ini adalah, pemain yang harus bisa menjalin kolaborasi dengan pemain yang sudah established di industri tersebut," kata Benz.
Kehadiran omnichannel memberi dampak
Industri kecantikan adalah pasar yang sangat kompetitif, dan pelanggan memiliki banyak pilihan. Dengan pertumbuhan layanan marketplace dan mobile shopping, pelanggan berharap memiliki akses ke produk dan informasi kapan saja, di mana saja, dan di perangkat apa saja.
Menurut data Riverty, pelanggan generasi muda lebih memilih memesan produk kecantikan secara online. 71% responden disebutkan membeli melalui perangkat mobile.
Preferensi baru ini memberikan kelonggaran bagi startup dan brand untuk memanfaatkan keunggulan kompetitif mereka: kemampuan memanfaatkan data untuk memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan dengan cepat.
More Coverage:
Perwakilan East Ventures mengatakan, "Kami melihat penerapan strategi omnichannel ini melibatkan integrasi antara toko fisik dan toko online, yang tentunya memerlukan manajemen operasional yang baik. Hal ini meliputi manajemen stok barang, distribusi, metode pembayaran, dan penerapan teknologi serta pengelolaan data yang baik. Penerapan strategi omnichannel juga menerima respon yang sangat baik di Indonesia. Kami melihat perkembangan positif dari sisi portofolio kami, Sociolla, yang telah memiliki 50 toko di 30 kota."
-
Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini
Sign up for our
newsletter