Bagaimana Sebaiknya Pembelajaran Jarak Jauh (UPDATED)
Menempatkan teknologi sebagai alat dengan tetap mengedepankan sistem dan konten yang komprehensif
Wabah virus corona memaksa sejumlah pemangku kepentingan mengambil kebijakan untuk mengurangi penyebarannya. Salah satu yang diambil adalah meliburkan seluruh sekolah dan "memaksa" berlangsungnya kegiatan belajar online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sesuatu yang kini bukan hal yang mustahil tapi masih banyak yang harus dibenahi, yang paling utama adalah bagaimana memaknai pembelajaran jarak jauh itu sendiri.
Pertama kita harus angkat topi atas apa yang dilakukan startup pendidikan di Indonesia. Seperti Ruangguru misalnya, menggratiskan layanannya dan bekerja sama dengan operator seluler untuk memberikan subsidi kuota sehingga berdampak pada banyaknya murid yang mengakses dan belajar menggunakan dulu.
Ada juga Zenius, dengan komitmen membantu pendidikan Indonesia, Zenius juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Bahkan yang terbaru mereka memperkenalkan Zenius Live, sebuah fitur yang bisa dimanfaatkan oleh para siswa belajar secara mandiri.
Sederhannya Zenius live ini merupakan kelas online yang di dalamnya ada pengajar dari Zenius mengajar secara langsung. Kelas ini dijadwalkan dari Senin sampai Jum'at dengan dua kali sesi sehari. Sesi pertama ada materi yang disampaikan oleh pengajar dari Zenius, dan sesi kedua adalah sesi membahas pertanyaan yang paling banyak ditanyakan.
Kemudian ada juga Kelase, solusinya pada akhirnya bisa jadi jalan keluar bagi mereka yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Tentunya dengan banyak provinsi di Indonesia yang mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah pengguna dan trafik kunjungan di banyak startup pendidikan membeludak, ini bisa jadi momen yang tepat bagi startup pendidikan untuk mengevaluasi kualitas layanan mereka, sambil terus memberikan yang terbaik bagi pendidikan Indonesia.
Selanjutnya, berbicara mengenai pendidikan jarak jauh, infrastruktur Indonesia sebenarnya sudah cukup siap. Terlebih provinsi yang memberlakukan kebijakan belajar jarak jauh sudah hampir seluruhnya dijangkau oleh konektivitas yang memadai. Permasalahan kuota, sinyal, dan keberadaan perangkat teknologi tentu jadi permasalahan yang cukup minor. Ibarat kata bagi siapa pun yang mau berusaha selalu ada jalan.
Masalah besar yang timbul dari kebijakan belajar dari rumah justru lahir dari pemahaman mengenai konsep "belajar jarak jauh" itu sendiri. Karena banyak yang memahami bahwa belajar jarak jauh sama dengan distribusi tugas. Kondisi yang sudah dikeluhkan oleh banyak murid dan orang tua.
Belajar jarak jauh bisa dilakukan dengan banyak bentuk. Pertama pembelajaran langsung atau live menggunakan teknologi livestream. Bisa menggunakan layanan conference call seperti Hangout, Zoom, Skype, atau YouTube Live. Cara ini bisa ditempuh untuk menjaga murid tetap terjaga di dalam rumah, sekaligus tetap memiliki waktu khusus untuk belajar. Namun sayangnya tantangan untuk penerapan pembelajaran ini cukup banyak. Yang cukup jamak adalah kuota dan kualitas sinyal, juga penguasaan teknologi.
Alternatifnya pembelajaran on demand. Jadi sekolah dan guru menyusun silabus dan materi yang diunggah online lengkap dengan sumber daya pendukungnya. Kemudian bisa ditentukan apakah materi dibuka berdasarkan jadwal atau langsung dibuka semuanya atau menerapkan model self-paced learning. Metode ini bisa jadi solusi cukup efektif jika guru dan orang tua aktif melakukan kontrol terhadap perkembangan belajar anak.
Solusi lainnya, yang paling gampang dari semua, adalah memanfaatkan teknologi media sosial. Semacam WhatsaApp, Telegram, atau Facebook. Guru bisa menjelaskan materi melalui pesan teks yang dilengkapi dengan voice note, video, tangkapan layar, dan sebagainya. Solusi ini relatif cukup mudah dilakukan dalam kondisi susah belajar teknologi baru.
Teknologi adalah alat, sistem jadi penggerak
Pendidikan Indonesia saat ini sangat tergantung pada teknologi untuk keberlangsungan proses belajar mengajar. Kebijakan dua minggu (untuk sementara dan kemungkinan bisa diperpanjang) belajar di rumah memaksa menjadikan teknologi sebagai tulang punggung. Tapi, teknologi pada dasarnya adalah alat, yang lebih penting dari semua itu tetaplah sistem dan konten pembelajaran.
More Coverage:
Untuk itu semua agar proses belajar tetap berjalan semestinya dan tidak terganggu karena prosesnya dipindahkan di rumah, yang perlu diperhatikan tidak hanya teknologi, tetapi sistem dan konten di dalamnya. Termasuk dalam bagian sistem adalah sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Menumbuhkan kesadaran itu tetap belajar meski tidak diawasi langsung oleh guru, meski melalui jarak jauh.
Saya pribadi percaya bahwa jika kondisi saat ini digunakan untuk sekaligus mengevaluasi dan menguji teknologi, sistem, dan konten pendidikan yang ada. Setelah ini selesai pendidikan Indonesia tidak hanya kembali sedia kala, tetapi juga mengalami perbaikan dan evolusi, menjadi lebih matang, menjadi lebih siap dengan perubahan.
update: penambahan informasi mengenai Zenius Live
Sign up for our
newsletter