Ruangguru Catat Profit Bisnis di Tahun 2021
Platform edtech Ruangguru mengantongi laba sebesar Rp55 miliar, dibandingkan posisi rugi Rp18,6 miliar di 2020
Startup edtech Ruangguru mencapai profitabilitas pertamanya dengan meraup laba sebesar $3,7 juta (sekitar Rp55 miliar) pada 2021, dari rugi yang diderita sebesar $1,2 juta (sekitar Rp18,6 miliar) pada 2020.
Berdasarkan laporan keuangan yang kami akses melalui platform Venture Cap, Ruangguru mengantongi pendapatan $102,6 juta (sekitar Rp1,52 triliun). Sementara tahun sebelumnya berkisar $63 juta (sekitar Rp940 miliar).
Per Desember 2021, Ruangguru menyimpan kas tunai yang disimpan di bank sebesar $129 juta. Diketahui, perusahaan memperoleh pendanaan lanjutan seri C sebesar $55 juta dipimpin oleh Tiger Global Management pada pertengahan 2021.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Ruangguru mengklaim telah mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produknya dengan mengantongi pertumbuhan pendapatan berlipat. Ruangguru menandai 2021 sebagai tahun pertamanya di titik profitabilitas.
Per 2020, Ruangguru tercatat memiliki total juta pengguna dari tiga negara operasionalnya, yakni Indonesia, Vietnam (KienGuru), dan Thailand (StartDee). Adapun, ekspansi perusahaan telah dilakukan sejak 2019 melalui aksi akuisisi.
Efisiensi efek winter
Usai mengantongi laba, Ruangguru kemudian memangkas ratusan karyawan menjelang akhir 2022. Tidak disebutkan jumlah karyawan yang terdampak.
Para pendiri Ruangguru, Adamas Belva Devara dan Iman Usman, saat itu menyatakan saat itu bahwa aksi PHK ini adalah dampak peningkatan permintaan yang besar pada awal pandemi. Perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi dalam dua tahun terakhir dan berujung pada rekrutmen masif.
More Coverage:
Tak hanya Ruangguru, startup di segmen yang sama, Zenius, juga melakukan perampingan karyawan lewat tiga gelombang. Di 2020, Zenius mengumumkan dua kali PHK, pertama pada Mei dengan memangkas 200 orang, dan kedua awal Agustus dengan 600 karyawan terdampak.
Gelombang ketiga terjadi pada awal Februari 2023. Manajemen Zenius menyebut situasi ekonomi memaksa perusahaan untuk melakukan restrukturisasi organisasi demi memastikan pertumbuhan jangka panjang.
Sign up for our
newsletter