Fokus Startup Edtech "SekolahPro" Jembatani Integrasi antara Pemerintah dan Sekolah
Saat ini fokus layani institusi pendidikan di Kalimantan Barat
Berawal dari penyediaan teknologi Learning Management System (LMS), SekolahPro startup edtech yang berbasis di Pontianak kini telah berkembang menjadi one-stop solution untuk ekosistem sekolah. Founder & CEO SekolahPro Firman Cahyadi mengungkapkan, tidak hanya pada sekolah SMA dan SMK, SekolahPro juga mengembangkan inovasi pada sekolah berkebutuhan khusus dan inklusi.
“Pada awalnya, SekolahPro dirancang sebagai LMS yang fokus pada upscaling kualitas manajemen sekolah dan pembelajaran. Lalu terjadi pandemi, membuat kami menyikapi tantangan pendidikan di masa Covid-19 di wilayah provinsi Kalimantan Barat dengan berinovasi menyediakan platform edutech yang menyasar komunikasi terintegrasi antara layanan publik milik pemerintah dengan sekolah,” kata Firman.
SekolahPro juga membantu pihak sekolah menghadapi kurikulum merdeka yang disesuaikan dengan tujuannya, yaitu menciptakan pendidikan yang menyenangkan, mengejar ketertinggalan pembelajaran, dan mengembangkan potensi peserta didik. Hingga saat ini SekolahPro telah terintegrasi di 35 sekolah, digunakan 288 guru dan 13.224 peserta didik yang tersebar di 14 kabupaten di Kalimantan Barat.
Hingga saat ini SekolahPro juga belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi ke wilayah lainnya di luar Kalimantan Barat. Namun demikian tidak menutup kemungkinan daerah yang akan disasar oleh perusahaan selanjutnya adalah Papua, yang saat ini masih dalam tahap penjajakan.
"Tujuan kami memang nasional namun kami ingin memastikan ketika ingin melakukan ekspansi ke wilayah lain, dari sisi hukum dan kebijakan sudah tepat sehingga dengan mudah bisa melakukan hal yang sama. Hal ini terkait kemitraan yang terjalin dengan pemerintah setempat," kata Firman.
Tahun ini SekolahPro memiliki rencana untuk menambah jumlah siswa dan sekolah hingga institusi pendidikan dalam ekosistem SekolahPro. Kerja sama dengan pemerintah juga akan makin digencarkan oleh SekolahPro.
Strategi monetisasi SekolahPro
Karena mitra strategis SekolahPro adalah pemerintah yang telah memiliki alokasi dana untuk pendidikan dan perluasan ekosistem yang menjadi tanggung jawab pemerintah, mereka belum pernah melakukan penggalangan dana. Strategi monetisasi lainnya yang diterapkan oleh SekolahPro adalah dengan mengenakan biaya yang sangat terjangkau kepada siswa hingga institusi pendidikan seperti yayasan hingga universitas.
"Untuk bisa memperluas layanan ke wilayah lainnya, tidak menutup kemungkinan perusahaan ke depannya akan melakukan penggalangan dana, agar proses scale-up bisa dilakukan," kata Firman.
Mengklaim sebagai teknologi LMS yang berbeda dengan platform lainnya, SekolahPro juga terintegrasi dengan universitas untuk pendaftaran calon mahasiswa baru dan penyajian data dari sekolah secara real time yang dapat dipantau oleh pihak yang berkepentingan seperti kepala sekolah, ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), hingga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Integrasi serupa juga telah dilakukan oleh SekolahPro dengan SMK dan industri terkait yang selama ini membutuhkan tenaga magang atau PKL langsung dari SMK. Bukan hanya pihak sekolah yang dapat memantau jalannya proses PKL, namun industri pun dapat melihat proses PKL siswa SMK yang tergabung dalam ekosistem SekolahPro.
More Coverage:
SekolahPro berkomitmen untuk berkontribusi aktif dalam menyediakan layanan solusi pendidikan dan manajemen sekolah agar menjadi profesional dengan membantu sekolah menyajikan data analytic yang terkoneksi dengan pemerintah daerah. Sehingga, pemerintah setempat mudah dalam melihat dan mengambil kebijakan berbasis data di setiap sekolah sekolah dibawah pengawasannya.
“Kami melihat urgensi masalah dalam sektor pendidikan publik antara pemerintah daerah dengan sekolah, seperti ekosistem sekolah yang tidak terintegrasi, manajemen sekolah yang masih manual, dan data yang tidak up-to-date. Belum lagi layanan informasi pendidikan, layanan informasi sekolah dan kampus, dan informasi dunia industri yang tidak terintegrasi di lingkungan warga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Padahal, integrasi manajemen dan informasi sangat krusial jika kita berbicara tentang peningkatan kualitas manajemen sekolah dan pembelajaran,” kata Firman.
Sign up for our
newsletter