TransTRACK Segera Rampungkan Pendanaan Lanjutan
TransTRACK telah hadir di Malaysia dan Singapura, selanjutnya memiliki rencana ekspansi di Myanmar, Vietnam, dan Thailand
Menurut laporan Statista, ukuran pasar industri logistik di Indonesia diproyeksikan mencapai nilai $240 miliar pada tahun 2027, naik dari $111 miliar pada tahun 2019. Pertumbuhan ini menghadirkan peluang yang signifikan bagi perusahaan yang dapat memberikan solusi inovatif untuk membantu bisnis beroperasi lebih efisien dan hemat biaya.
Salah satu platform yang mencoba untuk memberikan solusi logistik secara terpadu adalah TransTRACK. Mereka menyediakan real-time tracking dan solusi manajemen yang membantu bisnis mengoptimalkan operasi logistik dan mengurangi biaya.
Kepada DailySocial.id, Founder & CEO TransTRACK Anggia Meisesari mengungkapkan rencana ekspansi perusahaan dan rencana penggalangan dana baru.
Kemitraan dengan pemerintah
Saat ini TransTRACK telah menawarkan solusi logistik end-to-end. Bukan hanya sekadar Fleet Management System, namun juga Transportation Management System dan Truck Appointment System. Tercatat perusahaan sudah mengakomodasi lebih dari 600 pelanggan dengan lebih dari 50 ribu unit armada dan pengemudi.
Terlebih dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah seputar izin trayek untuk transportasi publik yang harus dilengkapi GPS dan terhubung langsung dengan server Kementerian Perhubungan, TransTRACK bisa menyediakan solusi tersebut. Menurut Anggia tidak semua vendor bisa menyediakan solusi tersebut, dan TransTRACK terpilih bersama beberapa vendor lainnya.
"Jadi kami membantu transportasi publik untuk bisa mendapatkan izin trayek dan akhirnya terhubung dengan Kementerian Perhubungan. Kemudian kita juga bisa terhubung dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, karena yang mengangkut limbah B3, harus bisa terintegrasi dengan sistem KLHK," kata Anggia.
Kelebihan lain yang saat ini dimiliki TransTRACK termasuk teknologi Fuel Monitoring. Berbeda dengan vendor lain yang banyak menggunakan alat GPS Fuel Censor yang ada di lapangan, kebanyakan alat tersebut hanya memiliki tingkat akurasinya maksimal 75% saja. Sementara dengan teknologi TransTRACK yang saat ini sedang dalam proses paten, mereka menggunakan Fuel Stabilizer yang bisa meningkatkan akurasi pengukuran BBM sampai 98%.
Fokus ke segmen B2B
Saat ini kebanyakan bisnis yang memanfaatkan teknologi TransTRACK.id adalah segmen B2B. Kendati demikian, sebenarnya tidak hanya perusahaan besar saja yang bisa menggunakan layanan mereka, kategori perorangan juga bisa menggunakan teknologi milik TransTRACK.
Sebagian besar pelanggan TransTRACK datang dari pelaku shipping company, ada juga fleet owner dan fleet operator, perusahaan logistik pihak ketiga (3PL), logistic service provider atau logistic service aggregator, termasuk salah satu startup besar logistik menjadi customer dari TransTRACK.
Salah satu keunggulan yang diklaim mampu meningkatkan pertumbuhan perusahaan adalah rekomendasi dari customer kepada customer baru lainnya melalui sistem referral. Memanfaatkan peluang tersebut, saat ini TransTRACK juga mulai banyak bermitra dengan pelanggan mereka, yang memiliki jaringan hingga latarbelakang yang relevan untuk meningkatkan sales.
"Beberapa mitra sales kami sebenarnya juga pelanggan. Mereka sudah happy menggunakan TransTRACK di kota mereka dan memiliki network yang cukup kuat. Akhirnya mereka menjadi mitra kami dengan membantu penjualan, kami bisa sharing revenue dari situ. Hal tersebut yang membuat kami bisa tumbuh lumayan cepat di 28 kota. Target perusahaan tahun ini adalah bisa hadir di 100 kota di 37 provinsi, dengan membuka program untuk kemitraan," kata Anggia.
Saat ini strategi monetisasi yang dilancarkan oleh perusahaan adalah melalui subscription fee atau biaya berlangganan. Opsi ini diklaim oleh perusahaan sudah mencapai 92% jumlahnya. Biaya berlangganan tersebut berasal dari Fleet Management System, Transportation Management System, Truck Appointment System dan juga Warehouse Management System.
Kendati demikian ada model bisnis lain berupa transaction fee yang dijalankan melalui layanan Supply Chain Integrator yang telah diluncurkan pada bulan Januari lalu. Komisi juga didapatkan dari perusahaan asuransi untuk kargo. Demikian juga dengan platform fintech yang menawarkan Invoice Factoring dan Working Capital untuk pelanggan.
"Saat ini fokus kita di road transport. Apa pun usahanya selama ada armada berjalan di darat bisa menjadi customer TransTRACK. Karena yang paling besar ada di logistik, yang kedua adalah public transport, tapi selebihnya mulai dari perusahaan F&B, industri manufaktur dan jasa. Bahkan kami saat ini telah memiliki customer besar yaitu provider Telco. Kemudian ada juga perusahaan leasing, perbankan, rental, tambang, perkebunan, peternakan, BUMN, dan tentunya pemerintah," kata Anggia.
Rampungkan pendanaan lanjutan
TransTRACK telah berhasil menutup putaran pendanaan tahapan awal (Seed). Investor yang terlibat adalah Cocoon Capital, Accelerating Asia, dan YCAB Ventures. Secara keseluruhan mereka berhasil mengumpulkan investasi senilai SGD755 ribu (setara dengan $570 ribu atau 8 miliar Rupiah). Sebelumnya TransTRACK juga merupakan salah satu peserta terpilih DSLaunchPad 2.0.
Tahun ini perusahaan juga berencana untuk merampungkan pendanaan tahapan lanjutan yaitu Pra Seri A. Namun demikian Anggia enggan untuk menyebutkan lebih lanjut kapan finalisasi penggalangan dana tersebut akan diumumkan.
TransTRACk telah memiliki sekitar 130 tim. Jumlah tersebut diklaim mengalami peningkatan yang cukup besar sejak tahun 2019 lalu yang hanya terdiri dari 12 orang saja. Tercatat saat ini perusahaan juga telah mencapai profitabilitas di tahun 2022 lalu. Meskipun jumlahnya belum terlalu banyak, namun paling tidak telah memvalidasi model bisnis yang mereka lancarkan.
"Fokus perusahaan selanjutnya adalah melakukan ekspansi di Indonesia dan juga negara lainnya di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan telah menjalin kemitraan strategis di Malaysia dan Singapura. Selanjutnya TransTRACK juga ingin memperluas layanan di Myanmar, Vietnam dan Thailand," kata Anggia.
Sign up for our
newsletter