Bertujuan Genjot Penetrasi Asuransi, PasarPolis Kembangkan Aplikasi Keagenan
Telah memiliki 40 ribu mitra sejak pertama kali dirilis pada enam bulan lalu
Startup insurtech PasarPolis merilis aplikasi keagenan bernama PasarPolis Mitra sebagai salah satu langkah untuk perluas penetrasi asuransi yang masih minim di Indonesia. Misi lainnya adalah membantu mitra tersebut memperoleh tambahan pendapatan, mengingat aplikasi ini dirilis bertepatan di saat pandemi yang memukul penghasilan banyak orang.
Dalam mengoperasikan aplikasi tersebut, PasarPolis bekerja sama dengan perusahaan broker PT Futura Finansial Prosperindo. Inisiasi ini juga dirilis sebagai salah satu realisasi pasca mengumumkan pendanaan Seri B senilai $54 juta pada September 2020 dari LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi.
Dalam wawancara terbatas yang diadakan perusahaan pada hari ini (3/12), Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing menjelaskan PasarPolis Mitra bukan menjadi agen asuransi karena punya mekanisme yang berbeda, hanya memberi referensi produk asuransi kepada konsumen. Produk asuransi yang dijual tergolong simpel dengan premi yang ringan.
Terlebih itu, mitra yang tergabung ini harus melalui proses pelatihan demi memastikan tidak terjadi misselling. Perusahaan juga memastikan perlindungan konsumen, seperti audit ISO cyber security dan data protection, sebagai langkah proteksinya.
“Ada app khusus dan perlu training dulu. Setelah itu dapat kode akses, tujuannya agar konsumen mengerti produk asuransi yang mereka beli, jangan sampai ada misselling,” ujar Cleosent.
Sejak aplikasi ini dirilis pada enam bulan lalu, diklaim kini telah mampu menggaet 40 ribu mitra. Pendapatan bulanan para mitra disebutkan naik antara dua sampai tiga kali lipat. Cleosent menyebut seluruh angka tersebut, melampaui ekspektasi perusahaan.
“Mitranya ini ada dari driver GoCar, GoLife, dan agen profesional yang tadinya berjualan secara offline kini ke online.”
Konsep keagenan, sambungnya, bukan barang baru di dunia asuransi. Mencontoh dari negara lain, Tiongkok misalnya, terdapat Ping An yang memiliki 1 juta agen yang menjadi perantara perusahaan dan konsumen akhir. Namun, konsep yang dipakai Ping An tidak serta merta copy-paste saat dibawa ke Indonesia.
Menurut Cleosent, lokalisasi memegang peranan terpenting terlebih Indonesia adalah negara yang unik. “Justru kita ingin putar paradigma, dari Indonesia yang kita bawa ke negara lain, bukan sebaliknya.”
Pencapaian dan prospek pasar insurtech
Ia juga turut menyampaikan pencapaian perusahaan yang positif sepanjang pandemi. Hingga Agustus 2020 disebutkan pertumbuhan bisnis PasarPolis tumbuh lebih dari 80 kali. Diklaim tiap bulannya perusahaan menerbitkan 70 juta polis baru. Adapun sepanjang pada tahun lalu, perusahaan telah menerbitkan 650 juta polis di tiga negara di mana mereka beroperasi, yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Kebanyakan produk yang dibeli berkaitan tentang logistik, travel, dan e-commerce. Ketiga produk ini mencerminkan lini bisnis utama dari tiga investor PasarPolis yang menanamkan investasi seri A pada 2018, yakni Tokopedia, Gojek, dan Traveloka. “Kenaikan juga terjadi signifikan berkaitan dengan kesehatan dan mobil.”
Selain itu juga diungkapkan sebanyak 90% pembeli asuransi di PasarPolis adalah first time buyer dan 40% dari mereka bekerja di sektor informal. Perusahaan, bersama dengan mitra perusahaan asuransi, telah meracik 80 produk asuransi yang aktif dijual melalui berbagai platform.
More Coverage:
Pertumbuhan yang positif ini dipengaruhi oleh pesatnya akselerasi digitalisasi di berbagai sektor selama pandemi, yang turut memengaruhi tingkat permintaan di sektor kesehatan. Alhasil, prospek perusahaan insurtech cukup cerah untuk tahun depan.
Dia menuturkan, pandemi Covid-19 pada tahun ini adalah kunci pendorong percepatan digitalisasi. Dengan fondasi digitalisasi yang sudah kuat, proses berikutnya akan semakin mudah. Terlebih lagi, pasar asuransi di Indonesia masih sangat luas karena penetrasi yang minim.
“Insurtech dapat tumbuh positif meski ada pandemi, adopsi digital kita lihat menjadi peluang bagi insurtech. Kita optimis ke depannya orang-orang akan semakin sadar untuk membuat perlindungan. Pekerjaan rumah kami adalah bagaimana mendemokratisasi semua lapisan dengan produk asuransi yang terjangkau,” tutupnya.