Startup Insurtech Igloo Seriusi Lini Keagenan Lewat Aplikasi Ignite
Sejak dirilis pada 2022, diklaim Ignite telah merekrut lebih dari 22 ribu agen di Indonesia dan Vietnam
Startup insurtech Igloo makin menyeriusi bisnis keagenan asuransi dengan menambah beragam fitur terbaru di platform Ignite, bersamaan dengan rebranding logo. Prospek bisnis ini dinilai lebih menjanjikan karena agen memainkan peranan penting dalam inklusi produk asuransi di kawasan Asia Tenggara.
Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson menyampaikan, pihaknya memahami bahwa karakter orang Indonesia yang suka membangun hubungan personal, termasuk dengan agen asuransi mereka. Berdasarkan wawasan tersebut dan pemahamannya tentang pasar dan teknologi terkini, pihaknya meyakini dapat memberdayakan agen untuk menjadi penasihat terpercaya bagi para pelanggan.
"Rebranding Ignite akan memberikan berbagai fitur baru yang dapat meningkatkan pengalaman agen dan produktivitas mereka, serta mengatasi berbagai kendala yang dihadapi pelanggan. Kami yakin versi terbaru Ignite akan menyediakan teknologi yang dibutuhkan para agen untuk mengembangkan kemampuan, berkolaborasi dengan agen lain, serta memastikan mereka memenuhi kebutuhan para pelanggan," jelas Henry dalam keterangan resmi, Selasa (25/7).
Fitur Ignite
Dalam versi teranyarnya, Ignite menghadirkan 20 fitur terbaru dari sebelumnya tersedia sembilan fitur. Keseluruhan fitur ini membantu agen dalam pekerjaan administratif dan penawaran produk, serta membantu para pelanggan menemukan produk yang tepat. Terlebih, kini Ignite memiliki lebih dari 30 paket asuransi, termasuk asuransi roda dua, perjalanan, kecelakaan diri, dan properti. Adapun fitur-fitur baru ini meliputi:
- Tampilan antarmuka baru untuk pengalaman menjelajah yang lebih cepat dan lancar;
- Fast quote mempersingkat alur pembelian dengan menghitung premi dan menghasilkan penawaran hanya dalam hitungan detik;
- Proses pembayaran yang terjamin membantu pelanggan bertransaksi dengan rasa aman dan nyaman;
- Alat manajemen data untuk tim dan penjualan menggunakan teknologi analisis data dan mengurangi waktu pelaporan manual;
- Pelacakan dan pelaporan komisi yang langsung disambungkan ke rekening bank agen secara real-time.
"Agen memainkan peran penting dalam inklusi layanan asuransi terutama di kawasan Asia Tenggara, karena sentuhan manusiawi mereka tetap menjadi kekuatan utama dalam penjualan asuransi. Pembaruan platform Ignite menunjukkan komitmen kami terhadap pertumbuhan industri, menjembatani kesenjangan dalam rantai nilai asuransi, dan mewujudkan misi kami yaitu Insurance for All," tambah Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta.
Sejak dirilis pada tahun lalu, diklaim Ignite telah merekrut lebih dari 22 ribu agen di Indonesia dan Vietnam, memfasilitasi lebih dari 36 ribu polis. Diterangkan, dengan Ignite, para agen dapat menjangkau konsumen dengan mudah, sehingga pekerjaan mereka tetap relevan di tengah digitalisasi industri asuransi.
Selain mendigitalkan operasi agen asuransi, Ignite juga mendigitalkan proses asuransi untuk lebih dari 10 perusahaan asuransi, termasuk Sinarmas Insurance, Tugu Insurance, dan Asuransi Takaful.
Ditargetkan pada akhir tahun ini, Ignite dapat meluncur di berbagai negara, dengan target menjangkau 50 ribu agen dan menjual polis dengan peningkatan hingga 50 kali lipat (Gross Written Premium) dibandingkan tahun sebelumnya.
Dipaparkan, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 55 perusahaan di tujuh negara, di antaranya Singapura, India, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, dengan pusat teknologi di Tiongkok dan India. Dari kemitraan tersebut, perusahaan menawarkan lebih dari 15 produk asuransi dengan lebih dari 300 juta polis terfasilitasi dan kenaikan premi bruto sebesar 15 kali lipat sejak 2019.
Tantangan keagenan asuransi
Sebelumnya, Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing merinci ada beberapa permasalahan mendasar yang ada dalam industri asuransi. Misalnya, inovasi yang tidak terlalu kencang, produk yang tidak terjangkau untuk masyarakat luas, hingga proses bisnis banyak yang masih manual. Dari sini, banyak sekali kesempatan digitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemain insurtech.
Berangkat dari kondisi tersebut, PasarPolis mengambil pendekatan: membangun "digital engagement", menautkan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup digital masyarakat Indonesia, dengan menghadirkan layanan "embedded insurance".
"Seperti saat orang membeli barang di marketplace, asuransi berasa seperti udara [sesuatu yang mengiringi, dalam hal ini untuk perlindungan barang]. Jadi tujuannya mendatangkan asuransi ke kehidupan orang, bukan orang yang datang untuk mencari asuransi. Kemitraan ini adalah strategi terbaik untuk mengakses pelanggan," jelas Cleo.
Co-founder & COO Qoala Tommy Martin menambahkan, tiap kali ada inovasi yang mengubah perilaku masyarakat akan menimbulkan risiko baru. Kesempatan inilah yang bisa digarap perusahaan asuransi, sehingga produknya juga dituntut untuk terus berinovasi. Dunia asuransi itu sendiri dikenal sebagai industri yang kaku dengan proses kerja yang tidak sedinamis layanan insurtech.
“Asuransi harus menjadi lifestyle yang bukan dicari untuk satu tahun, tapi bisa dibeli beberapa kali dalam setahun. Makanya harus dikaitkan dengan lifestyle,” ujarnya.
Kedua perusahaan di atas juga mulai tancap gas memanfaatkan kanal distribusi yang paling banyak dicari konsumer, yakni keagenan. Fuse bahkan hanya memfokuskan diri di model bisnis ini saja.
More Coverage:
Sebelumnya, Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyampaikan, bagi perusahaan asuransi jiwa, agen itu ibarat darah segar. Bila tidak melakukan rekrutmen, akan membahayakan perusahaan yang mengadopsi strategi agency. Namun catatan ini hanya berlaku bagi perusahaan asuransi jiwa yang menggunakan agency sebagai kanal distribusinya.
Togar juga menegaskan model keagenan tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat Indonesia hingga seluruh masyarakat memahami pentingnya proteksi asuransi jiwa bagi dia dan keluarganya. Sebab, produk asuransi sampai saat ini masih ‘dijual’, bukan 'dibeli'.
Bisnis keagenan ini termasuk mahal dan memiliki turnover yang tinggi. Kendati begitu, perusahaan yang mengandalkan kanal ini tetap harus melakukan perekrutan agar tetap tumbuh dalam kondisi apapun. Togar menyebut ada rumusan umum dalam merekrut agen, yakni 10:3:1. Artinya, dari setiap 10 orang yang diundang, hanya tiga orang yang tertarik dan mengikuti pelatihan. Namun pada akhirnya hanya satu orang yang bersedia menjadi agen asuransi jiwa.
“Kalau dianalogikan, mie instan itu tinggal taruh di-display, lalu orang datang membelinya. Produk asuransi jiwa enggak bisa begitu. Dia harus ditawarkan. Nah, inilah yang menyebabkan kenapa peranan tenaga pemasar asuransi jiwa menjadi penting,” katanya.